Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Musik Keroncong

Musik keroncong merupakan genre musik yang lahir dari perpaduan budaya Barat serta Timur.
Genre musik ini cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Awal mula kepopuleran musik
keroncong adalah pada awal abad ke-20. Saat itu belum ada metode perekaman musik atau industri
rekaman. Dilansir dari situs Indonesia.go.id, walau industri rekaman belum muncul namun saa itu
musik keroncong populer lewat berbagai pentas yang diselenggarakan. Pentas musik keroncong kala
itu sangat menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan untuk membeli tiket dan menonton
pertunjukannya. Saat itu musik keroncong lebih dikenal sebagai tradisi musik rakyat dari Kampung
Tugu. Karena disesuaikan dengan lokasi penemuannya, yakni di Kampung Tugu. Pada awal
penemuannya, musik keroncong menjadi primadona masyarakat peranakan Indo-Eropa kelas
bawah. Musik yang dibawakan dengan gitar besar, gitar kecil, seruling, piul, dan rebana berhasil
memikat hati mereka.

Dari Mestizos ke Betawi Konon katanya musik keroncong pertama kali dibawa oleh orang Mestizos
ke Tanah Betawi, pada 1661. Siapakah orang Mestizos? Mestizos merupakan orang yang memiliki
keturunan pelaut Portugis yang akhirnya menikah dengan penduduk lokal dan menjadi koloni. Orang
Mestizos kala itu membuat tradisi musik khas yang membuat mereka bernostalgia tentang
keseharian, kesulitan serta kebahagiaan mereka. Kreativitas warga Kampung Tugu saat membuat
tradisi musik khas, akhirnya menciptakan tiga jenis gitar yang diberi nama Jitera, Prunga serta
Macina. Jitera adalah sebutan untuk gitar yang besar, Prunga sebutan untuk gitar yang sedang serta
Macina sebutan untuk gitar yang kecil. Ketika memainkan ketiga gitar tersebut akan muncul suara
'krong-krong' serta 'crong-crong'. Bunyi gitar inilah yang menjadi awal mula penamaan musik
keroncong.

Penemu keroncong
Gesang Martohartono (Gesang)

Jawa Tengah

Gesang Martohartono atau kerap disebut dengan Gesang saja, lahir di Kota Surakarta, 1 Oktober
1917. Beliau adalah seorang penyanyi dan pencipta lagu Jawa yang telah dikenal sebagai 'maestro
keroncong Indonesia'.

Beliau tinggal di Serengan, Solo bersama keponakan dan keluarganya, meninggalkan rumah
pemberian Gubernur Jawa Tengah 1980 setelah 20 tahun ditinggalinya. Beliau berpisah dengan istri
pada tahun 1962 tanpa dikaruniai seorang anak pun.

Memilih hidup sendiri selama bertahun-tahun, kondisi kesehatan Gesang dikabarkan memburuk.
Beliau dilarikan ke rumah sakit pada pertengahan Mei 2010. Rumah sakit membentuk sebuah tim
yang terdiri dari lima dokter spesialis yang berbeda untuk menangani kesehatan beliau. Namun
sayang, ajal pun menjemput. Pada hari Kamis, 20 Mei 2010, pukul 18.10, dalam usia 92 tahun,
Gesang meninggal dunia.

Pada awalnya, Gesang bukanlah seorang pencipta lagu. Dulu, beliau hanya seorang penyanyi lagu-
lagu keroncong untuk acara dan pesta kecil-kecilan di kota Solo. Ia juga pernah menciptakan
beberapa lagu, seperti Keroncong Roda Dunia, Keroncong si Piatu, dan Sapu Tangan, pada masa
perang dunia II. Sayangnya, ketiga lagu ini kurang mendapat sambutan dari masyarakat.

Gesang terkenal lewat lagu ciptaannya, Bengawan Solo yang kemudian mengantarkan dirinya
berkeliling Asia. Lagu ini diciptakan pada tahun 1940, saat usianya menginjak 23 tahun. Lagu ini
tercipta karena kekagumannya akan sungai tersebut. Lagu yang diciptakan dalam waktu 6 bulan ini
juga populer di Jepang, dan sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar di Jepang.

1983, Jepang mendirikan Taman Gesang di dekat Bengawan Solo. Taman yang pengelolaannya
didanai oleh Dana Gesang ini adalah suatu bentuk penghargaan atas jasanya terhadap
perkembangan musik keroncong. Dana Gesang sendiri adalah sebuah lembaga yang didirikan untuk
Gesang di Jepang.
Lagu Gesang yang lain di antaranya Pamitan, Caping Gunung, Jembatan Merah, Saputangan, Si Piatu,
Roda Dunia, Dunia Berdamai, Tirtonadi, Pemuda Dewasa, Luntur, Bumi Emas Tanah Airku,
Dongengan, Sebelum Aku Mati dan Aja Lamis. Kesemua lagu tersebut telah di aransemen ke
berbagai jenis irama.

Gesang yang pernah diundang pada festival salju Sapporo atas undangan himpunan persahabatan
Sapporo dengan Indonesia pada 1980 itu, juga telah merekam lagu-lagunya dalam bentuk Compact
Disk, masing-masing adalah Seto Ohashi (1988), Tembok Besar (1963), Borobudur (1965), Urung
(1970), Pandanwangi (1949) dan Swasana Desa (1939)

Tokoh-tokoh keroncong

Tokoh Keroncong Indonesia

1. Tokoh Keroncong Indonesia- Ismail Marzuki, Musisi Romantis

Nama asli dari tokoh keroncong ini adalah Ismail. Marzuki adalah nama orang tuanya. Lahir di
Kwitang, Jakarta Pusat, pada 11 Maret 1914, dan sering dipanggil dengan nama: Mail, Maing atau
bang Maing.

Ketertarikan tokoh keroncong ini terhadap musik sudah terlihat sejak masa kanak-kanak, terbukti
dengan koleksi piringan hitamnya yang sangat banyak, rata-rata berupa lagu Prancis dan Italia yang
berirama rumba, samba, dan tango.

Pada 1931, Bang Maing membuat komposisi lagu untuk pertama kalinya dengan judul “O Sarinah,”
menandai awal keterlibatannya secara serius pada dunia musik. Menyusul, tahun 1936 menjadi
anggota perkumpulan musik Lief Java, dengan spesialisasi gitar, saxophone, dan harmonium pompa.

Ciri khas karya dari tokoh keroncong ini adalah kedekatan dengan alam dan lingkungan, serta
kehidupan masyarakat bawah yang diformulasikan dalam sentuhan musik romantis penuh cinta.
Bahkan, dalam lagu-lagu bertema perjuangan sekalipun, warna romantis itu tetap kental.

Beberapa karya dari tokoh keroncong ini yang terkenal, misalnya: Keroncong Serenata (1935),
Roselani (1936), Keroncong Hikayat 1001 Malam (1937), Terang Bulan (1938), Als de Ovehedeen,
Als’t Meis is in de tropen, Bandaneira, Rindu Malam (1939), Rayuan Pulau Kelapa (1944), dan masih
banyak lagi hingga mencapai lebih dari 200 lagu.

2. Tokoh Keroncong Indonesia - Anjar Any, si Jangkrik Genggong

Tokoh keroncong ini lahir di Jawa Timur pada 1936 dan telah menciptakan 1.050 lagu, jumlah yang
fantastis sehingga namanya tercatat dalam Museum Rekor Dunia-Indonesia. Anjar Any dikenal
sebagai tokoh keroncong yang memopulerkan langgam Jawa dan membuka pintu kreativitas
lahirnya langgam dari etnik lain di Nusantara, karena mampu menggabungkan titilaras slendro dan
pelog dengan musik diatonik dalam keroncong.

Salah satu lagu dari tokoh keroncong yang populer adalah Yen Ing Tawang Ono Lintang, adalah
sumbangan tak ternilai bagi khazanah musik tanah air. Dia juga yang menulis lagu Jangkrik
Genggong, lagu yang fenomenal karena mengkritik politikus di awal Orde Baru. Tokoh keroncong ini
mungkin tidak begitu dikenal, tapi lagu-lagu keroncong yang diciptakannya tidak usah diragukan.

3. Tokoh Keroncong Indonesia - Waldjinah, si Walang Kekek

Tokoh keroncong yang satu ini lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1945. Waldjinah adalah tokoh
keroncong wanita yang nyaris tidak ada duanya. Melambung namanya saat memopulerkan lagu
Walang Kekek, menyusul suksesnya menjuarai Bintang Radio Indonesia tahun 1965.

Waldjinah, selaku tokoh keroncong, memimpin Orkes Keroncong Bintang Surakarta dan terus
memperjuangkan eksisitensi musik klasik ini di tengah serbuan budaya industri. Tahun 2002,
Waldjinah menerima anugrah seni dari yayasan musik Hanjaringrat di Solo.
Lagu-lagu karya tokoh keroncong yang terkenal ini di antaranya adalah: Ande-ande lumut, Rudjak
Ulek, Suwe Ora Jamu, Warung Pojok, Gethuk Lindri, Othok-othok Unine Tekek, Tukang Pijet dan
Tetanen.

4. Tokoh Keroncong Indonesia - Sundari Untinasih Soekotjo, Si Dewi Keroncong dari Istana

Satu lagi tokoh keroncong Indonesia wanita yang memiliki bakat luar biasa di dunia musik
keroncong. Wanita ayu ini lahir di Jakarta, 14 April 1965, tertarik dengan musik keroncong sejak
masih kecil. Sundari Soekotjo terpilih sebagai finalis pada Festival Keroncong Remaja 1978, dan
runner up pada ajang Juara Bintang Radio dan TV kategori Keroncong Dewasa Wanita 1979.

Sundari Soekotjo terkenal dengan suaranya yang bening dan mampu menyanyikan keroncong
dengan berbagai genre. Suara yang terlantun dari tokoh keroncong wanita satu ini banyak diminati
khalayak, dan telah menjadi penyanyi istana sejak zaman Presiden Soeharto, Habibie, hingga Susilo
Bambang Yudhoyono.

Tahun 2002, setelah lama tidak mengeluarkan album, Sundari Soekotjo kembali menyapa
penggemar dengan merilis album keroncong asli berjudul Ingkar Janji dengan garapan musik Orkes
Keroncong Puspa Kirana pimpinan Acep Djamaludin, di bawah label PT Gema Nada Pertiwi. Tokoh
keroncong wanita inipun menerima Keroncong Award 2002 dari Yayasan Bina Suci dan Radio
Republik Indonesia dan meraih penghargaan khusus di ajang AMI-Sharp Award 6.

Bagaimanapun keadaannya, musik keroncong dan tokoh keroncong adalah salah satu kekayaan
budaya musik Indonesia yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Musik keroncong sekaligus tokoh
keroncong Indonesia itu sendiri telah memberikan sumbangsih kepada negara Indonesia ini, sebut
saja Gesang.
Mengenal Musik Keroncong dan Alat Musiknya

Siapa yang tak mengenal musik Keroncong? musik-musik dengan alunan nada yang merdu dan
menenangkan hati. ciri khasnya adalah musik yang mendayu-dayu dan nada yang ekstra lembut.
namun, dari manakah asal mula musik Keroncong ini? dan apa sajakah alat-alat musik yang digu
nakan? semua ada disini, selamat membaca 🙂

Asal Usul Keroncong

Akar keroncong berasal dari Fado (sejenis aliran musik dari Portugis) yang diperkenalkan oleh para
pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara. Dari daratan India (Goa)
masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan oleh para budak dari Maluku.
Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol), di mana salah satu lagu oleh
Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai.
Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling
serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah
populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya.

Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an. Selanjutnya, pada tahun 1880 Musik
Keroncong lahir, dan awal ini Musik Keroncong juga dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada
mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong.

Alat Musik Keroncong


Saat ini, musik keroncong menggunakan alat-alat musik berikut

 Ukulele-Cuk. berdawai 3 dan terbuat dari nilon. urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai
alat musik utama yang menyuarakan crong – crong sehingga disebut keroncong cuk

 Ukulele-Cak. berdawai 4 terbuat dari besi. urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat
musik lainnya memainkan tangga nada C maka cak bermain pada tangga nada F

 Gitar Akustik.sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis

 Biola. digunakan untuk menggantikan rebab. karena dulu musik keroncong ini
menggunakan rebab
 Flute.mengantikan Suling Bambu, pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling
kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java),
sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua
dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno
dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);

 Selo/Cello. betot menggantikan kendang,


 Kontra Bass(menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati
dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya

Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur
peralihan akor. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut
mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.

Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta
synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main
keroncong, dangdut, rock, polka, mars).

Anda mungkin juga menyukai