Anda di halaman 1dari 15

STANDAR PRAKTEK DENGAN ASPEK

HUKUM DALAM PRAKTEK


KEBIDANAN

Oleh kelompok 5
Definisi Standar Praktik dan Hukum
Perundangan
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau
nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan
dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu
standar pelayanan kebidanan yang menjadi
tanggung jawab profesi bidan dalam sistem
pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat
(Depkes RI, 2001: 53).
Hukum perundangan adalah himpunan
petunjuk atas kaidah atau norma yang mengatur
tata tertib didalam suatu masyarakat, oleh
karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang
bersangkutan.Hukum perundangan dilihat dari
isinya terdiri dari norma atau kaidah tentang apa
yang boleh dilakukan dan apa yang tidak, apa
yang dilarang atau apa yang diperbolehkan.
Standar Praktik Bidan di Indonesia
• Standar I : Metode Asuhan
• Standar II : Pengkajian
• Standar III : Diagnosa Kebidanan
• Standar IV : Rencana Asuhan
• Standar V : Tindakan
• Standar VI : Partisipasi Klien
• Standar VII : Pengawasan
• Standar VIII : Evaluasi
• Standar IX : Dokumentasi
Dasar hukum penerapan SPK Undang-undang
kesehatan Nomor 23 tahun 1992 Menurut
Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum
1992 kewajiban tenaga kesehatan adalah
mematuhi standar profesi tenaga kesehatan,
menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan
identitas dan kesehatan pasien, memberikan
informasi dan meminta persetujuan (Informed
consent), dan membuat serta memelihara rekam.
medik.Ruang Lingkup SPK meliputi 24 standar
yaitu :

1. Standar pelayanan (2 standar)


2. Standar pelayanan antenatal (6 standar)
3. Standar pertolongan persalinan (4 standar)
4. Standar pelayanan nifas (3 standar)
5. standar penanganan kegawatdaruratan
obstetri neonatal (9 standar)
(Depkes RI, 2001:3).
Hukum Perundangan di Indonesia.

Undang-Undang yang ada di Indonesia yang berkaitan


dengan praktik kebidanan:
• UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok
kesehatan Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara
lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan
hukum.
• UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.UU
ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960.
UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan
bukan sarjana.
• UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib
Kerja Paramedis.
Pada pasal 2 ayat (3) dijelaskan bahwa
tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan
rendah wajib menjalankan wajib kerja pada
pemerintah selama 3 tahun.
Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa selama
bekerja pada pemerintah, tenaga kesehatan yang
dimaksud pada pasaal 2 memiliki kedudukan
sebagai pegawai negeri sehingga peraturan-
peraturan pegawai negeri juga diberlakukan
terhadapnya
• SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan paramedis menjadi dua golongan
yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan)
dan paramedis non keperawatan. Dari aspek
hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa
tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga
termasuk katagori tenaga keperawatan.
• Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun
1980 Pemerintah membuat suatu pernyataan
yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan
dan bidan.
• SK Menteri Negara Penyalah gunaan Aparatur
Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4
November 1986, tentang jabatan fungsional
tenaga keperawatan dan sistem kredit point.
Dalam sisitem ini dijelaskan bahwa tenaga
keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi
angka kredit tertentu.
• UU Kesehatan No.23 Tahun 1992 Merupakan
UU yang banyak memberi kesempatan bagi
perkembangan termasuk praktik keperawatan
profesional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien,
kewenangan,maupun perlindungan hukum
bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
• PERMENKES RI NO. 1464/MENKES/SK/X/2010
TENTANG IJIN DAN PENYELENGGARAAN
PRAKTEK BIDAN
• Dan sebagainya....
• Hubungan Standar pelayanan Kebidanan
dengan Hukum Perundang – Undangan yang
berlaku dengan tenaga kesehatan adalah Klien
sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai
hubungan timbal balik dengan tenaga
kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi
jasa.
• Hubungan timbal balik ini mempunyai dasar
hukum yang merupakan peraturan
pemerintah. Klien sebagai penerima jasa
kesehatan dan tenaga kesehatan sebagai
pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai