Anda di halaman 1dari 25

KELOMPOK 3

Rega Wahyudi (18410001)


Indi Iskayasi (18410006)
M. Sarwono (18410010)
Novia Randi Pratiwi (18410012)
Ummul Azizah (18410014)
PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM
KESEHATAN
“KASUS ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut)”
DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Perencanaan dan Evaluasi Program
Kesehatan

Pada dasarnya konsep perencanaan kesehatan


adalah sebuah proses untuk merumuskan
masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber
daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paling pokok dan menyususn langkah-
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Di samping perencanaan bidang kesehatan,
perlu juga dilakukan evaluasi terhadap suatu
program. Evaluasi berarti menentukan
pendapat berdasarkan penafsiran secara
seksama dan penilaian secara krisis mengenai
keadaan tertentu, yang harus mengarah kepada
penarikan kesimpulan yang masuk akal serta
pengajuan usulan-usulan untuk tindakan lebih
lanjut yang bermanfaat.
Struktur Kerja Tim Perencana

Tim perencana terdiri dari lima anggota dengan perannya


masing-masing, antara lain sebagai berikut :
Pakar : Rega Wahyudi
Tim Kesehatan : 1. Novia Randi Pratiwi
2. Ummul Azizah
Masyarakat : 1. Indi Iskayasi
2. M. Sarwono
Sumber data berdasarkan Profil Kesehatan
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2017
Masalah Kesehatan di Kabupaten Lampung
Timur

10 Besar Penyakit Terbanyak di Kabupaten Lampung Timur


Analisa dan Perencanaan
1 Identifikasi Permasalahan Sosial dan Prioritas Masalah
(Fase I)
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Lampung Timur, ada terdapat
masalah sosial yang utama, antara lain :
1. Pekerjaan
2. Kependudukan
3. Pendidikan
Kemudian dari ketiga masalah sosial tersebut, tim perencana
melakukan prioritas masalah sosial yang ada di Kab. Lampung Timur.
Tim perencana memberikan penilaian berdasarkan pendapat dan
pengetahuannya. Dengan satuan penilaian 1-3, yaitu tidak penting,
cukup penting, atau sangat penting dari ketiga masalah sosial tersebut
untuk dapat diatasi. Lalu hasil yang tertinggi lah yang akan menjadi
prioritas masalah sosial nya.
Berdasarkan tabel di atas dan dilihat dari hasil
penjumlahan dari ketiga masalah sosial tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas
masalah sosial di Kabupten Lampung Timur adalah
masalah pendidikan.
2 Identifikasi dan Diagnosa Epidemiologi
(Fase II)
Dari prioritas masalah sosial yang ada di Kabupaten Lampung Timur
yaitu masalah pendidikan, lalu tim perencana mencari apa saja
masalah-masalah kesehatan dalam 10 penyakit terbanyak yang ada di
Kabupaten Lampung Timur yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
Dan didapatlah empat masalah kesehatan yang berkaitan dengan
masalah pendidikan, antara lain :
1. Hipertensi
Masalah hipertensi, ada jenjang pendidikan terakhir SD untuk
laki-laki sebesar 40,9%, sedangkan untuk perempuan sebesar
43,3%, jadi total keseluruhan ialah 84,2%.
2. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan
pendidikan rendah, yaitu sekitar 25,5%.
3. Diare
Masalah sosial pendidikan turut berpengaruh terhadap penyakit
diare, dan hubungan antar rendahnya pendidikan dengan
masalah diare sekitar 10,4%.
4. Rematik
Penyakit rematik ada hubungan dengan pendidikan yang rendah,
dengan prevalensi sebesar 27,3%.
Kemudian dari keempat masalah kesehatan yang berkaitan dengan
masalah pendidikan tersebut tim perencana melakukan identifikasi dan
prioritas masalah dengan penilaian 1-3 (tidak penting, cukup penting
dan sangat penting) dari keempat masalah kesehatan yang ada di
Kabupaten Lampung Timur. Dan identifikasi penilaian terdiri dari empat
indikator, diantaranya :
- Dampak kesehatan terhadap ibu dan anak
- Daya ungkit
- Biaya
- Bisa diselesaikan atau tidak
Berdasarkan tabel di atas dan hasil akhir yang paling tinggi, maka
dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan yang berpengaruh
terhadap masalah pendidikan ialah masalah kesehatan yaitu
penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Artinya telah
didapatkan prioritas epidemiologi di Kabupaten Lampung Timur
yaitu penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
3 Identifikasi Diagnosa Perilaku dan
Lingkungan (Fase III)
Dari prioritas masalah kesehatan yang ada di Kabupaten Lampung Timur
yaitu masalah penyakit ISPA, lalu tim perencana mencari apa saja
masalah perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit
ISPA yang ada di Kabupaten Lampung Timur. Dan didapatlah empat
masalah antara lain :
1. Kebiasaan merokok
2. Tidak menggunakan masker
3. Sanitasi buruk
4. Kepadatan penduduk
Penilaian terdiri dari tiga indikator, antara lain :
a. Preventif
b. Important
c. Change ability
Berdasarkan tabel di atas dan hasil akhir yang paling tinggi, maka
dapat disimpulkan bahwa masalah perilaku yang berpengaruh
terhadap masalah kesehatan penyakit ISPA ialah masalah perilaku
kebiasaan merokok. Artinya telah didapatkan prioritas perilaku di
Kabupaten Lampung Timur perilaku kebiasaan merokok.
Objective Goals
Berdasarkan pertanyaan (5W+1H) dan jawabannya, sehingga dapat
disimpulkan menjadi satu kalimat yaitu :
Pada tahun 2020 dilakukan upaya pemberian edukasi tentang
pencegahan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), untuk
merubah perilaku merokok dan terpaparnya asap kendaraan bermotor
guna untuk menurunkan angka kejadian ISPA di Desa Pekalongan,
Bumiharjo, Lampung Timur. Melalui upaya penyuluhan dan pemberian
masker gratis perbulan kepada masyarakat serta bekerjasama dengan
Dinas Perhubungan (Dishub) terkait pembatasan jumlah kendaraan
bermotor. Dengan target 55% yaitu sekitar 249 jiwa dari 452 jiwa
penderita ISPA.
4 Identifikasi Diagnosa Pendidikan dan
Organisasi (Fase IV)
Ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap perilaku, yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposing factor)
faktor yang mempermudah perilaku seseorang. Faktor predisposisi
dalam penyakit ISPA ialah umur, jenis kelamin, pendidikan,
persepsi, keyakinan, sikap, motivasi dan pengetahuan.
2. Faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor yang memungkinkan perilaku seseorang. Faktor pemungkin
dalam penyakit ISPA ialah sarana prasarana, sumber daya manusia,
sumber daya alam, teknologi, dan akses ke pengobatan, dan biaya
untuk berobat.
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
Faktor yang menguatkan seseorang untuk berperilaku sehat atau
sakit, mendorong /memperkuat terjadinya perilaku. Faktor penguat
dalam penyakit ISPA ialah dukungan dari keluarga, tokoh
masyarakat, petugas kesehatan, dan perilaku masyarakat sekitar
yang menjadi panutan.
5 Identifikasi Diagnosa Kebijakan (Fase V)
Pada tahap ini tim perencana melakukan diagnosa kebijakan untuk
mengidentifikasi terkait penyakit ISPA di Desa Pekalongan, Bumiharjo,
Lampung Timur. Kemitraan terdiri dari tiga unsur, diantaranya :
1. Penanggung Jawab Program
Yang merencanakan, mengkoordinir, memonitoring dan
mengevaluasi setiap program perencanaan. Penanggung jawab
program mengenai masalah penyakit ISPA ialah Kepala Dinkes
Kabupaten Lampung Timur.
2. Lintas Program
Kerja sama antara beberapa program dalam bidang yang sama
untuk mencapai tujuan yang sama. Lintas program terkait masalah
kesehatan penyakit ISPA ialah Dinas Kesehatan Lingkungan,
Direktoran P2PTM (Program Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular), Bappelkes (Badan Pelayanan Kesehata), Tim Penyuluh
Kesehatan, Puskesmas yang ada di Desa Pekalongan, Bumiharjo,
Lampung Timur.
3. Lintas sektoral
Program yang melibatkan suatu institusi atau instansi negeri atau
swasta yang membutuhkan pemberdayaan dan kekuatan dasar
dari pemerintah atau swasta mengenai peraturan yang dtetapkan
untuk mewujudkan alternatif kebijakan secara terpadu sehungga
adanya keputusan dan kerja sama. Dalam hal ini lintas sektoral
terkait masalah kesehatan penyakit ISPA ialah Dinas
Perhubungan, Dinas Kehutanan.
Implementasi (Pelaksanaan)

Ada empat kegiatan yang akan tim laksanakan, antara


lain:
1. Penyuluhan dan edukasi terkait penyakit ISPA, dengan tujuan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait kasus ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut), serta menyadarkan masyarakat
agar mau mengubah perilaku merokok. Dan indikator
keberhasilan yaitu masyarakat mengetahui dan memahami
mengenai penyakit ISPA (penyebab, faktor risiko, penyebaran,
pencegahan, dan penanggulangan). Masyarakat sadar dan
mampu merubah perilaku merokok untuk menghindari penyakit
ISPA. Serta dapat mengetahui paparan yang dapat menyebabkan
penyakit ISPA.
2. Pemberian masker gratis kepada masyarakat, dengan
tujuan untuk memfasilitasi masyarakat dalam
mengurangi risiko atau terpaparnya masyarakat
dengan masalah penyakit ISPA di lingkungannya, serta
memberdayakakn masyarakat dalam perubahan
perilaku terkait penggunaan masker sebagai
pencegahan risiko penyakit ISPA. Dan indikator
keberhasilan yaitu masyarakat terfasilitasi dengan
adanya masker gratis, guna meminimalisir terjadinya
penyakit ISPA. Dan masyarakat lebih mandiri dalam
merubah perilaku terkait penggunaan masker sebagai
pencegahan risiko penyakit ISPA.
3. Bekerjasama dengan Dinas Perhubungan terkait
pembatasan jumlah kendaraan bermotor, dengan tujuan
adanya pengawasan serta peraturan tentang jumlah
kepemilikan kendaraan bermotor pada tiap individu di
Desa Pekalongan, Bumiharjo, Lampung Timur. Dan
indikator keberhasilan yaitu terkendalinya jumlah
kepemilikan kendaraan bermotor pada tiap individu di
Desa Pekalongan, Bumiharjo, Lampung Timur

4. Monitoring, dengan tujuan untuk mengetahui hasil


program kegiatan. Dan indikator keberhasilannya yaitu
Pencapaian sesuai dengan target program
Evaluasi
a. Evaluasi Proses, hal yang dievaluasi selama proses pelaksanaan
program terkait masalah kesehatan penyakit ISPA di Desa Pekalongan,
Bumiharjo, Lampung Timur antara lain :
1. Sulitnya menyamakan persepsi antara tim penyuluh kesehatan
dengan masyarakat yang ada di Desa Pekalongan, Bumiharjo,
Lampung Timur.
2. Masih ada beberapa masyarakat yang tidak setuju dengan adanya
pelaksanaan program ini, karena mereka masih awam dan tidak bisa
menerima kedatangan tim program untuk mengintervensi terkait
masalah penyakit ISPA di Desa Pekalongan, Bumiharjo, Lampung
Timur.
3. Kurangnya antusias dan partisipasi masyarakat untuk mengikuti
program ini.
4. Masih ada sedikit kendala dalam melakukan advokasi dan kemitraan
dengan lintas sektoral.
b. Evaluasi Dampak, hal yang dievaluasi selama
pelaksanaan program terkait masalah kesehatan
penyakit ISPA di Desa Pekalongan, Bumiharjo, Lampung
Timur antara lain :
1. Masyarakat masih lalai dalam penggunaan masker
untuk menghindari risiko penyakit ISPA.
2. Masyarakat masih ada yang melanggar terkait
pembatasan jumlah kendaraan .
3. Masyarakat masih ada yang belum memahami materi
yang diberikan tim penyuluh setelah dilakukan
penyuluhan.
c. Evaluasi Outcome, hal yang dievaluasi selama pelaksanaan
program terkait masalah kesehatan penyakit ISPA di Desa
Pekalongan, Bumiharjo, Lampung Timur antara lain :
1. Tim penyuluh dapat lebih memerhatikan auedience, karena
masih ada beberapa masyarakat yang kurang mengerti materi
yang dijelaskan dan merka malu untuk bertanya kepada
penyuluh.
2. Pemegang kebijakan dapat lebih tegas dalam menjalankan
aturan-aturan yang ditetapkan untuk mengintervensi angka
kejadian penyakit ISPA di Desa Pekalongan, Bumiharjo, Lampung
Timur.
3. Tokoh masyarakat dapat lebih antusias lagi dalam mengajak
masyarakat untuk mengikuti rangkaian program yang diberikan.
4. Adanya kesepakatan antara pihak pemegang program dengan
pihak daerah terkait pelaksanaan program untuk
mengintervensi masalah penyakit ISPA di Desa Pekalongan,
Bumiharjo, Lampung Timur.
Daftar Pustaka
Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2017
Notoamodjo. 2007. PromosiKesehatandanIlmuPerilaku. Jakarta. RinekaCipta
Notoamodjo. 2010. PromosiKesehatanTeoridanAplikasi. Jakarta. RinekaCipta
Green & Kreteur (1974), Sulistiawan, dkk (2014), Wahyuningrum, dkk
id.scribd.com
jurnal.fkm.unand.ac.id
Mantra, I.B. (1997). Monitoring dan Evaluasi, Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.
Suhadi dan Kardi Rais, 2015, Perencanaan Puskesmas, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai