Anda di halaman 1dari 48

MANAJEMEN & KEBIJAKAN

INVENTORY

Tanggal, 19 Juni 2013


Disampaikan oleh :
Miftahul Huda
Senior Manajer Perbekalan PT PJB
Materi

1. Konsep Dasar Supply Chain Managemen Hal. 4

2. Proses Bisnis Manajemen Material Hal. 11


3. Manajemen Persediaan / Inventory Hal. 20
4. Kebijakan Persediaan / Inventory PT PLN Hal. 34
Materi

1. Konsep Dasar Supply Chain Managemen Hal. 4

2. Proses Bisnis Manajemen Material Hal. 11


3. Manajemen Persediaan / Inventory Hal. 20
4. Kebijakan Persediaan / Inventory PT PLN Hal. 34
Definisi Umum
Supply Chain Management = Manajemen Rantai pasokan
• Adalah manajemen seluruh kegiatan bisnis proses mulai
dari produksi s/d deliver produk /jasa ke konsumen
• Adalah sebuah pendekatan untuk mengintergrasikan
aktifitas suplier, vendor, pabrikan dan end user agar
produk dan jasa yang dihasilkan dapat didistribusikan
dalam jumlah yang tepat, dalam waktu yang tepat,
tempat yang tepat dengan sasaran akhir minimal biaya
dan peningkatan pelayanan kepada konsumen
• Adalah mengelola dan memantain proses aliran material
produksi sedemikian rupa mulai dari pemasok (Raw
material), proses produksi, penyimpanan dan distribusi
ke konsumen (material jadi)
4
Pemahaman Umum SCM
Pemasok

Persediaan
Informasi Penjadwalan Konsumen
Arus Kas
Pemasok Arus Pesanan

Konsumen

Perusahaan
Persediaan Persediaan

Distributor Konsumen
Pemasok
Persediaan

Arus Kredit
Arus Bahan baku
Tahapan SCM Secara Umum
Informasi Penjadwalan
Arus Kas
Arus Pesanan

PEMASOK PERSEDIAAN PRODUKSI PERSEDIAAN PEMASARAN &


KONSUMEN
“IN” “OUT” PENJUALAN

Arus Kredit
Arus Bahan baku

Material Bahan Baku (Raw Material) Material Setengah Jadi


Material Setengah Jadi (Work In Proses) (Work In Proses)
Material Jadi (Finish
Material Suku Cadang (Spare Part)
Goods)
SCM Industri Listrik
Pemasok
Informasi Penjadwalan
Arus Kas
Persediaan Arus Pesanan

Konsumen
Pemasok
Konsumen

Pembangkit P3B / Wilayah Distribusi


Persediaan
Pemasok

Arus Kredit
Arus Bahan baku Konsumen
Arus produk/jasa
Tahapan SCM Industri Listrik
Informasi Penjadwalan
Arus Kas
Arus Pesanan

PEMASOK PERSEDIAAN PEMBANGKIT PENYALURAN DISTRIBUSI KONSUMEN

Arus Kredit
Arus Bahan baku

Material Bahan Baku (Raw Material)


Bahan Bakar, Pelumas, Kimia, Air dll
Energy Listrik (KWH)
Material Suku Cadang (Spare Part)
SCM Pembangkit Listrik

Ketersediaan
Material &Jasa

OPERASI Pemasok
&
PEMELIHARAAN

Transaksi
Pengadaan
Perencanaan
Material & Jasa
Kebutuhan
Material & Jasa
Perencanaan
Persediaan
Material
Material
& Jasa
Materi

1. Konsep Dasar Supply Chain Managemen Hal. 4

2. Proses Bisnis Manajemen Material Hal. 11


3. Manajemen Persediaan / Inventory Hal. 20
4. Kebijakan Persediaan / Inventory PT PLN Hal. 34
Definis Manajemen Material

• MATERIAL adalah item (barang) yang dibeli atau


dibuat, yang disimpan untuk keperluan kemudian,
baik untuk dipakai, diproses lebih lanjut atau dijual.

• MANAJEMEN MATERIAL adalah mengelola proses


penyediaan material yang meliputi proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian, sehingga mendapatkan material yang
tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat waktu dan
tepat harga.
Sekilas Tentang Material
Jenis Material
Penanganan lebih mudah :
Material Bahan Baku  Jenis tidak terlalu banyak Pada umumnya berfungsi
(Raw Material)  Pola kebutuhan lebih terukur sebagai material Produksi
baik jumlah & Waktu nya

Material Setengah Jadi


(Work in Process)

Material Jadi
(Finish Good)

Material Suku Cadang Penanganan lebih sulit : Pada umumnya berfungsi


 Jenis terlalu banyak
(Spare part)  Pola kebutuhan kurang terukur
sebagai material
baik jumlah & Waktu nya Pemeliharaan

Consumable General Specifik


Sinergi Antar Fungsi dan Kepentingan
SUPPLIER

MANAJEMEN
MATERIAL

USER
KEUANGAN
(O & M)
Keberhasilan Manajemen Material sangat ditentukan
adanya sinergi, keselarasan pemahaman, komunikasi
dan koordinasi yang baik antar bidang/fungsi
Issue Strategis ....
• Adanya transaksi keuangan yang cukup besar
karena ± 85 % anggaran biaya pemeliharaan
setiap tahunnya adalah “Biaya Material”,
• Sangat rawan adanya muatan kepentingan
• Sangat rawan adanya intervensi
• Sangat rawan terjadinya praktek KKN
• Untuk itu sangat diperlukan suatu sistem
manajemen yang transparan, akuntabel dan
fairness serta didukung oleh adanya integritas
dan kejujuran bagi para pelaku /
penyelenggaranya
Symptom Asset Wellness 2008
Plant Performance dapat digunakan sebagai dianostik awal adanya
kelemahan / kekurangan dalam Tata Kelola Pengusahaan
PLTU SURALAYA
100
90 84.79
80 74.7
70
60
SLA
50
NERC
40
29
30
19
20
7.8 8.09 6.79 8.71
10
v
0
EAF
1 SOF
2 EFOR
3 SdOF
4

PLTU TANJUNG JATI B PLTU PAITON PJB


100 100
87.3
90 84.79 90 84.79
76.6 80
80
70 70

60 60
TJB PITON
50 50
NERC NERC
40 40
30 30
20 15
12 8.71 20
8.09 6.79 8.71
10 4.9 7.5 8.09 5.2 6.79
10
2
0 0
EAF
1 SOF
2 EFOR
3 SdOF
4 EAF
1 SOF
2 EFOR
3 SdOF
4
Business Process Maturity
PLN TJBs Plant Audit Result – October 2008
Proses Bisnis Manajemen Material
GOAL MATERIAL
` LEVEL
SERVICE MANAGAMENT

Service
On Quality
On Schedule
TIME For“Receiving” On Quantity
Inventory Level On Cost
INVENTORY
OPERATION & MAINTENANCE

MATERIAL QUALITY
DEMAND LEVEL
QUANTITY
PLANING &
Issue CONTROLING
“PROCUREMENT”

Recommended

Management
PLANING & PLANING &
Order

Supplier
CONTROLING CONTROLING
“REQUIREMENT” “INVENTORY”

What ? What Order ?


How Many? How many Order ?
When ? When Order?
Who ?
Ruang Lingkup Manajemen Material
 Adm. Pergudangan
 Transaksi Penerimaan  Prakulifikasi
 Penyimpanan Manajemen  Data base
Manajemen
 Perawatan  Evaluasi Kinerja
 Pengamanan Pergudangan Suppllier
 Pengukuran Kepuasan
 Trasaksi Pengeluaran  Fungsi Pembinaan
 Stock Opname

Data base material : Manajemen


 Kelengkapan Spesifikasi Pengadaan
 Pengkodean Manajemen
 Standarisasi Penulisan Manajemen Material  Perencanaan pengadaan :
 Pola penulisan Katalog  Schedule Proses
 Standarisasi ukuran  Apa yg dibeli
 Berapa yg dibeli
 Standarisai satuan
 Kapan harus beli
 Kemana harus beli
 Perencanaan Kebutuhan :  Penetapan HPS
 Apa yang kebutuhan  Proses Pengadaan
 Kapan dibutuhkan Manajemen Manajemen  Dokumen Adm & Kontrak
 Berapa yang dibutuhkan
 Siapa yang membutuhkan
Kebutuhan Persediaan  Monitoring & Pengendalian
 Sifat & Jenis kebutuhan progres
 Perencanaan Persediaan :
 Kajian Teknis
 Apa yg di stock
 Kajian Resiko  Berapa yg di stock
 Estimasi biaya  Kapan harus pesan
 Berapa yg di pesan
 Strategi Persediaan (ROP/ROQ, JIT)
 Monitoring & Pengendalian
Tujuan Strategis Manajemen Material
Finance: Operation and
“ Inventory Level ! ” Materials Maintenance :
“ Service Level ! ”

Dua hal yang tidah mudah


untuk menyeimbangkan ? Ketersediaan
Penghematan
Effisiensi Kesiapan
Harus ada Prioritas ! Kehandalan
Harus ada Keseimbangan !
Berorientasi pada persyaratan produk yang diharuskan !
Ada Analisa

Kebijakan Persediaan (Inventory Policy)


Requirement Alur Perencanaan Manajemen Material
NON TACTICAL TACTICAL
Identify

FORCE OUTAGE Cor PM PdM PaM OVERHAUL PROJECT


Requirement
Planning

KEBIJAKAN PERSEDIAAN PT PLN (Persero)


OUTAGE
SK Dir Nomor 717.K/DIR/2010
MANAGEMENT
Tanggal 29 Desember 2010
Inventory
Planning

ROP & ROQ JIT


Planning
Procur.

LTSA
NON LTSA
Planning

• INDIVIDUAL STOCK
WH

• ALIANCE STOCK
• CONSIGNMENT STOCK
• CENTRAL STOCK
Materi

1. Konsep Dasar Supply Chain Managemen Hal. 4

2. Proses Bisnis Manajemen Material Hal. 11


3. Manajemen Persediaan / Inventory Hal. 20
4. Kebijakan Persediaan / Inventory PT PLN Hal. 34
Definisi Umum
• Manajemen Persediaan (Inventory Control) :
– Pengelolaan Item Material yang disimpan oleh organisasi
atau perusahaan untuk digunakan dalam menjalankan
bisnisnya dengan melibatkan fungsi kontrol dan optimalisasi
dalam mengatur stock level
– Adalah memaintain persediaan pada level tertentu,
sehingga tercapai titik optimal antara tingkat pelayanan
dan nilai persediaan, agar memberikan tingkat
pelayanan yang optimal.
– Adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen
material
– Adalah merupakan “Even Organizer” dalam proses
manajemen material
Dilema Inventory Management

AKUNTANSI : MAINTENANCE :
“TURUNKAN NILAI INVENTORY!” “BARANG HARUS TERSEDIA!”
Materials:

Bagaimana menentukan keseimbangan ………


Tujuan Inventory Control

Maximum Service Level


Menjamin terpenuinya kebutuhan O & M

Minimum Inventory
Membatasi nilai seluruh investasi
Membatasi jenis dan jumlah material

Lowest Operating Cost


Memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada

Optimasi Supply Chain harus ada ukurannya dan


dituangkan dalam kebijakan yang selalu direview
Prinsip Manajemen Inventory
Pertimbangan suatu item material diperlakukan sebagai item
persediaan (Inventory) adalah :
 High Business Impact (Criticality)
 Long Lead Time (Availability)
 High Usage

Untuk menjawab pertanyaan “ Apa yang dikontrol dan bagaimana cara


mengontrol item material di Inventory” dapat dilakukan dengan
beberapa analisa antara lain:
 Criticality Analysis
 Availability Analysis
 Usage Value Analysis

Dengan menggunakan metode “ABC Analysis” yang dituangkan dalam


Kebijakan Perusahaan berupa “Inventory Policy” (Kebijakan
Persediaan).
Prinsip Manajemen Inventory
Prinsip Inventory

APA yang di kontrol ? Berapa yang harus dipesan ?


Kapan harus dipesan ?
ABC ANALYSIS
(Criticality, Availability, Usage Value)
SKILL ANALYSIS

SATU ALUR PROSES


INVENTORY POLICY Pengaruh terhadap Unit
Modul Pola Kerusakan
• Metode Perencanaan Rec.Order Metode Penggantian
Manual atau Auto SIT
Pola Kebutuhan
• Metode Persediaan Jumlah Terpasang
Jus In Time atau Stock di Gudang Lead Time
• Metode Pengadaan Harga
Kontrak Payung atau Biasa
• Target Service Level
• Target Turn Over • Titik Pemesanan (ROP)
Kapan harus pesan kembali
Tertuang dalam Kebijakan • Jumlah Pemesanan Ekonomis (ROQ)
Perusahaan Per Peridoe pemesanan

Aplikasi SIT
Business Impact Analysis
Adalah analisis dampak yang ditimbulkan akibat rusaknya (failure)
suatu item material saat “unit normal operasi”, terhadap bisnis suatu
perusahaan.

CODE CHARACTERISTICS IMPACT

A  Major Production Loss Severe


 Shutdown to Operation

B  Partial Production Loss


 Threat to Operation
Performance

 No Production Loss
C
 No Threat to Operation Unimportant
Performance
Availability Analysis
Adalah analisis tehadap waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses
pengadaan mulai dari usulan pengadaan sampai dengan barang diterima dan
ditransaksikan sebagai barang persediaan.

Analisa ini
menggunakan
komponen Lead Time
yaitu jumlah waktu
yang dibutuhkan
untuk melakukan
proses pengadaan
setelah Purchase
Order dibuat dan
disampaikan kepada
Vendor/Supplier.
Lead Time:
External ead Time
Internal Lead Time
Usage Value Analysis
Adalah analisis tehadap jumlah biaya pemakaian suatu item material dalam satu
tahun periode
Yaitu harga satuan dikalikan dengan jumlah item pemakaian, dengan satuan
biaya (IRD atau USD)
CODE TOTAL USAGE CHARACTERISTICS
 Jumlah item low 100
A ≥ 500 Juta  Harga satuan high
 Hight Priority 80

Percentage of Value
 Jumlah item medium
≥ 100 Juta 60
B  Harga satuan medium
< 500 Juta
 Medium Priority
40
 Jumlah item high
C < 100 Juta  Harga satuan low 20
 Low prioity A B C

 Tidak ada pemakaian 0 20 40 60 80 100


D 0
dalam satu periode
Percent of Items
Kombinasi 3 Analisa
Klasifikasi material perlu dibuat dari ketiga analisa untuk lebih fokus dalam
menentukan policy
Yaitu melakukan identifikasi terhadap setiap item material berdasarkan
Criticality (x1), Availability (x2) dan Usage Value (x3)

Item Material
X1 X2 X3

Criticality Availability Usage

A B C A B C A B C D

Contoh :
Suatu Part mempunyai kriteria ACB, artinya part tersebut mempunyai
criticality A, availability C dan usage value B
Terminilogi Umum
Terminologi Inventory Control
Reorder Point (ROP)
Titik stock level setup dimana dilakukan proses replenishment (pengadaan)
kembali.
Reorder Quantity (ROQ)
Jumlah dari item material yang akan dipesan kembali
Maximum
Jumlah maksimum dari item stock yang akan disimpan
Max = ROP + ROQ

Max
ROQ
Max-LT
Usage

ROP
Safety
Stock
Lead Time
Terminilogi
Terminologi Umum Control
Inventory
Order Quantity (OQ)
Order Quantity lebih berorientasi kepada “Penghematan Stock”
dibandingkan EOQ yang berorientasi kepada penghematan biaya.

Rumus:
OQ = U x L/T
Dimana:
OQ = Order Quantity
U = Pemakaian (Usage) untuk satu tahun
L/T = Lead Time
Terminilogi Umum
Terminologi Inventory Control
Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ disebut juga Optimum Order Size
Dihitung berdasarkan Total Cost = Order Cost + Holding Cost
Order Cost meliputi biaya-biaya:
- Gaji personil Puchasing
- Seluruh biaya Administrasi untuk proses Procurement
- Seluruh biaya kebutuhan dibagian Procurement (telpon, listrik dll)
Holding Cost meliputi biaya-biaya:
- Gaji personil Warehousing
- Kebutuhan Warehouse (rak, material handling, listrik dll)
- Kebutuhan biaya Administrasi Warehouse
Terminologi Inventory
Terminilogi Umum Control

Safety Stock
Suatu jumlah yang ditetapkan sebagai buffer untuk mengantisipasi
adanya ketidakpastian dari jumlah pemakaian (usage) atau Lead
Time
Safety Stock dapat ditambahkan dalam perhitungan karena:
- Adanya variabel pemakaian dalam masa Lead Time
- Frekuensi Reorder
- Lamanya periode Lead Time
Materi

1. Konsep Dasar Supply Chain Managemen Hal. 4

2. Proses Bisnis Manajemen Material Hal. 11


3. Manajemen Persediaan / Inventory Hal. 20
4. Kebijakan Persediaan / Inventory PT PLN Hal. 34
KEBIJAKAN PERSEDIAAN MATERIAL PT PLN (Persero)
Tkeputusan Direksi Nomor : 717.K/DIR/2010
29 Desember 2010
Latang Belakang
• Pengaturan persediaan material merupakan hal yang sangat penting
untuk menciptakan keandalan dan efisiensi dalam penyaluran tenaga
listrik. Ketersediaan material baik untuk bidang pembangkitan, transmisi
dan distribusi harus dijaga kontinuitasnya agar tidak menyebabkan
terganggunya kegiatan operasi.
• Proses penyediaan material-material tersebut harus dilakukan secara
selektif dengan memperhatikan aspek-aspek seperti tingkat kekritisan
(Criticality), lamanya waktu pengadaan (Availability) dan nilai pemakaian
(Usage Value), sehingga tidak menyebabkan terjadinya penumpukan
material yang menimbulkan inefisiensi bagi perusahaan.
• Untuk mencapai hal tersebut diatas, perlu ditetapkan suatu metoda
untuk melakukan pengelompokan material mana yang sangat penting
dijaga ketersediannya untuk menjaga sevice level setinggi mungkin
namun pada saat yang sama hal tersebut bukan merupakan inefisiensi
bagi perusahaan.
Tujuan
• Tercapainya keseimbangan dalam tata kelola
persediaan material, dalam rangka memaksimalkan
tingkat pelayanan dengan persediaan yang optimal.
• Mengelompokkan material persediaan berdasarkan
kriteria kekritisan, ketersediaan dan tingkat
pemakaian (usage), sehingga diperoleh
pengendalian persediaan yang efektif dan efisien
untuk masing – masing material.
Definisi Kriteria
• Kriteria Tingkat Kekritisan (Criticality)
• Yaitu tingkat kekritisan atau urgensi dari suatu item material
terhadap unit/sistem
• Kriteria Tingkat Ketersediaan (Availability)
• Yaitu tingkat ketersediaan dari suatu item spare part, yang
diukur dengan seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mendatangkan spare part mulai dari permintaan sampai
dengan siap digunakan (total lead time)
• Kriteria Tingkat Pemakaian (Usage Value)
• Yaitu tingkat nilai penggunaan suatu item spare part dalam
satu periode, dengan rumusan : harga satuan x jumlah
pemakaian dalam satu periode (1 Tahun)
Kalsifikasi ABC Analysis
• Kriteria Tingkat Kekritisan (Criticality) :
– Tingkat A : Sangat Kritis
Pada kondisi operasi normal, kerusakan material akan menyebabkan :
• Pembangkit : Unit Pembangkit stop (shutdown/trip)
• Transmisi : Sistem Transmisi tidak bisa menyalurkan daya sama sekali
• Distribusi : Sistem Distribusi tidak bisa mendistribusikan daya sama sekali

– Tingkat B : Kritis
Pada kondisi operasi normal, kerusakan material akan menyebabkan :
• Pembangkit : Unit Pembangkit turun kapasitas (derated)
• Transmisi : Sistem Transmisi tidak bisa menyalurkan daya secara penuh
• Distribusi : Sistem Distribusi tidak bisa mendistribusikan daya secara penuh

– Tingkat C : Kurang Kritis


Pada kondisi operasi normal, kerusakan material akan menyebabkan :
• Pembangkit : Tidak berdampak langsung bagi operasi
• Transmisi : Tidak berdampak langsung bagi operasi
• Distribusi : Tidak berdampak langsung bagi operasi
Kalsifikasi ABC Analysis

• Kriteria Tingkat Ketersediaan (Availability) :


– Tingkat A : Long Lead Time
Material yang proses pengadaannya memerlukan waktu total lead time
diatas 90 (sembilan puluh) hari kalender

– Tingkat B : Medium Lead Time


Material yang proses pengadaannya memerlukan waktu total lead time
antara 30 (tiga puluh) hari sampai dengan 90 (sembilan puluh) hari kalender

– Tingkat C : Shord Lead Time


Material yang proses pengadaannya memerlukan waktu total lead time
dibawah 30 (tiga puluh) hari kalender
Kalsifikasi ABC Analysis
• Kriteria Tingkat Pemakaian Per Periode (Usage Value) :
– Tingkat A :
Adalah material yang nilai pemakaian (Harga Satuan x Jumlah item) dalam
suatu periode tertentu diatas Rp. 500 juta.
– Tingkat B :
Adalah material yang nilai pemakaian (Harga Satuan x Jumlah item) dalam
suatu periode tertentu antara Rp. 100 Juta s/d Rp. 500 juta.
– Tingkat C :
Adalah material yang nilai pemakaian (Harga Satuan x Jumlah item) dalam
suatu periode tertentu dibawah Rp. 100 Juta.
– Tingkat D :
Adalah material yang nilai pemakaian (Harga Satuan x Jumlah item) dalam
suatu periode tertentu 0 Rp (tidak ada pemakaian)
Catatan :
Periode yang digunakan adalah periode Tahunan mengikuti periode
“Akutansi”
Metode Persediaan

• Metode Persediaan yang digunakan adalah :


– Spare Part harus selalu tersedia gudang di gudang, dengan
menggunakan sistem setting auto ROP dan ROQ
• Diperlakukan pada spare part untuk peruntukan Cor, PM, PdM dan
Cadangan force Major
• ROP (Re-Order Point), yaitu suatu titik atau jumlah item minimum
dimana harus melakukan pemesanan ulang (Recommended Order).
• ROQ (Re-Order Quantity), yaitu jumlah item yang harus dipenuhi
saat melakukan pemesanan ulang (Recommended Order)
– Spare Part didatangkan ke gudang saat atau menjelang waktu
dibutuhkannya (Just In Time), dalam hal spare part masuk gudang
hanya transit administrasi.
• Diperlakukan pada spare part untuk peruntukan yang sifatnya
periodik dan terencana : Overhaul (OH) dan Project
Kalsifikasi Pengkodean
• Kalisifikasi dan pengkodean pada setiap
item material : Jumlah pemakaian
material x harga, per
tahun (periode)
X X X
> 500 Jt

Usage 100 ~ 500 Jt


A
B 1 ~ 100 Jt
Availability
C
D 0 Jt
Total Waktu untuk
Criticality proses pengadaan
(internal & external)

> 90 hr
Tingkat ke”Kritisan” 30 ~ 90 hr
A
Unit /Sistem Trip
B < 30 hr
Unit /Sistem derated
A C
B Tidak ada
pengaruh
C
Tabel Kriteria Kebijakan
Service
Level Turnover Strategi pengendalian persediaan
Kriteria (%) (tahunan) yang direkomendasikan Strategi Pengadaan

AAA 99.99 0-1 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.


- Melakukan Proses RO Stores menjadi RO Buy Sesuai kondisi spesifik unit PLN terkait
secara manual.
AAB 99.99 0-1 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Proses RO Stores menjadi RO Buy idem
secara manual.
AAC 95-98 3-5 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Proses RO Stores menjadi RO Buy idem
secara manual.
ABA 97 1-2 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Proses RO Stores menjadi RO Buy idem
secara manual.
ABB 97 2-3 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Proses RO Stores menjadi RO Buy idem
secara manual.
ABC 95 3-4 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Proses RO Stores menjadi RO Buy idem
secara manual.

Dan seterusnya……………

Tabel Kriteria Kebijakan Persediaan


Tahapan Implementasi
Data
Inventory Variabel Perhitungan :
Base
Katalog Policy 1.Pengaruh terhadap unit
2.Pola kerusakan
Identifikasi dan 3.Pola kebutuhan
Klasifikasi 4.Jumlah terpasang
item spare part
SK Dir. No:
5.Metode penggantian
Pengolahan 6.Waktu yang dibutuhkan
717.K/DIR/2010
dan
29 Desember
analisa data
untuk penggantian
2010 7.Harga parts
Identifikasi
Berdasarkan 8.Delivery time
terhadap
Kriterria Cricality
peruntukan
Availability dan
Usage Value Penentuan
metode
persediaan
Menentukan
Nilai
Daftar item Overhaul ROP dan ROQ
Spare part lengkap Project Eksekusi
Dengan kriteria Cor, PM, Pdm setting
Criticality, Just In Time
Force Major pada SIT
Availability dan (JIT)
Usage Value atau
Setting Auto
ROP & ROQ

Monitoring
Approval Manajemen Berwenang Analisa, Evaluasi
dan Improvement
Secara periodik Setiap 6 bulan
Contoh Implementasi

Anda mungkin juga menyukai