Anda di halaman 1dari 80

PERENCANAAN, PENGELOLAAN,

PENGUKURAN DAN EVALUASI HASIL LOGISTIK


Perencanaan Kebutuhan Materi
01 Manajemen Katalog
DEFINISI MANAJEMEN MATERIAL

MATERIAL : asset perusahaan yang mempunyai nilai yang cukup signifikan


dilihat dari saldo yang disajikan pada Laporan Keuangan PLN
(Reff : Edaran Direksi No. 0010.E/DIR/2013 ttg Kebijakan & Pelaksanaan Inventarisasi Material).

Material di lingkungan PLN disebut juga sebagai Bahan dan Persediaan


(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material)

MANAJEMEN MATERIAL : mengelola proses penyediaan material yang


meliputi proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian, sehingga mendapatkan material yang tepat kualitas, tepat
kuantitas, tepat waktu dan tepat harga
(Reff : Buku Panduan Tata Kelola Bidang Pembangkitan, SMR 2009)

www.pln.co.id |
PERATURAN YANG MENGATUR MANAJEMEN
1. MATERIAL
Manajemen Katalog
 SK 503.K/DIR/2012 Tentang : Penamaan Komponen Pembangkit Tenaga Listrik
 SK 0007.P/DIR/2015 Tentang : Struktur dan Pengelompokan Data Aset Penyaluran Tenaga Listrik
 SK 0449.K/DIR/2014 Tentang : Standarisasi Struktur Data Aset Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
 SK 312.K/DIR/2012 Tentang : Pelaksanaan penggunaan Katalog Material Pembangkit
2. Manajemen Kebutuhan Dan Manajemen Persediaan/Inventory
 SK 717.K/DIR/2012 Tentang : Kebijakan Persediaan Material
 011.E/DIR/2007 Tentang : Akuntansi Material

3. Manajemen Pergudangan
 SK 687.K/DIR/2010 Tentang : Sistem Tata Kelola pergudangan
 0010.E/DIR/2003 Tentang : Kebijakan & Pelaksanaan Inventarisasi Material
 015.E/870/DIR/1998 Tentang : Penarikan Aktiva Operasi menjadi Aktiva Tidak Beroperasi

www.pln.co.id |
RUANG LINGKUP MANAJEMEN
MATERIAL
 Adm. Pergudangan
 Transaksi Penerimaan  Prakulifikasi
 Penyimpanan
 Perawatan Manajemen
Manajemen Manajemen
Manajemen  Data base
 Evaluasi Kinerja
 Pengamanan Pergudangan
Pergudangan Suppllier
Suppllier  Pengukuran Kepuasan
 Trasaksi Pengeluaran  Fungsi Pembinaan
 Stock Opname

Data base material : Manajemen


Manajemen
 Kelengkapan Spesifikasi
 Pengkodean Manajemen Pengadaan
Pengadaan
 Standarisasi Penulisan Manajemen
Manajemen Material  Perencanaan pengadaan :
 Pola penulisan Katalog  Schedule Proses
 Standarisasi ukuran Katalog  Apa yg dibeli
 Standarisai satuan  Berapa yg dibeli
 Kapan harus beli
 Kemana harus beli
 Perencanaan Kebutuhan :  Penetapan HPS
 Apa yang kebutuhan  Proses Pengadaan
 Kapan dibutuhkan Manajemen
Manajemen Manajemen
Manajemen  Dokumen Adm & Kontrak
 Berapa yang dibutuhkan Kebutuhan
 Siapa yang membutuhkan Kebutuhan Persediaan
Persediaan  Monitoring & Pengendalian progres
 Sifat & Jenis kebutuhan  Perencanaan Persediaan :
 Kajian Teknis  Apa yg di stock
 Kajian Resiko  Berapa yg di stock
 Estimasi biaya  Kapan harus pesan
 Berapa yg di pesan
 Strategi Persediaan (ROP/ROQ, JIT)
 Monitoring & Pengendalian www.pln.co.id |
KLASIFIKASI MATERIAL

MATERIAL (Bahan dan Persediaan) digolongkan menjadi 2 kelompok :


(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material)

1.Material Persediaan
Semua material yang diadakan untuk melaksanakan program investasi
maupun pemeliharaan, yang pengadaannya dilakukan melalui Anggaran
Investasi (AI) dan Anggaran Operasi (AO)
2.Material Cadang
Material yang akan digunakan dalam rangka menunjang kesinambungan
pengoperasian Aktiva Tetap Induknya, serta untuk menjamin keandalan
operasi dan mengatasi kerusakan yang terjadi

www.pln.co.id |
MATERIAL PERSEDIAAN BERDASARKAN
KONDISI-1

1.Persediaan Material Normal


Persediaan material yang masih dalam kondisi baik
2.Persediaan Material Retrofit
Apabila persediaan material berasal dari pabrikan atau rekondisi (retrofit)
maka nilai yang diakui adalah sebesar nilai material sebelum perbaikan
ditambah dengan nilai perbaikannya
3.Persediaan Material Rusak
Persediaan material yang telah menurun kondisinya

(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material) www.pln.co.id |


MATERIAL PERSEDIAAN BERDASARKAN
KONDISI-2
4.Persediaan Material Hapus
Persediaan material yang ada di gudang yang direncanakan dan diusulkan
untuk dihapus
5.Persediaan Material Bursa
Persediaan material yang akan dibursakan ke unit lain karena kelebihan
atau tidak digunakan lagi di unit yang bersangkutan
6.Persediaan Material Pre Memory
Persediaan material yang berasal dari kegiatan pemeliharaan maupun
investasi dan tidak mempunyai nilai lagi

(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material) www.pln.co.id |


MATERIAL PERSEDIAAN BERDASARKAN
KEBERADAANYA
(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material)

1. Material Gudang
Merupakan persediaan material yang secara fisik tersimpan digudang PLN dan siap untuk
digunakan
2. Material Impor Dalam Perjalanan
Merupakan persediaan material yang bersumber dari pengadaan impor, dimana secara
physic belum diterima digudang namun secara persyaratan kontrak sudah merupakan milik
PLN
3. Material Pada Pihak Ketiga
Merupakan persediaan material milik PLN yang secara physic berada pada pihak ketiga
4. Material dalam Perjalanan antar satuan
Merupakan persediaan material masih dalam perjalanan yang bersumber dari PLN satuan
administrasi lainnya
www.pln.co.id |
MATERIAL CADANG

Ciri-ciri material cadang :

1. Diadakan untuk menjamin keandalan operasi dan akan digunakan untuk


mengatasi kerusakan yang mungkin terjadi
2. Proses pengadaannya memerlukan waktu relatif cukup lama, karena tidak
mudah diperoleh/dibeli di pasaran bebas/lokal
3. Memiliki rasio perputaran yang lambat
4. Pengadaan material ini dilakukan melalui Anggaran Investasi dengan SKI
5. Jenis dan jumlahnya terbatas (berbeda di setiap jenis Pembangkit)

(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material) www.pln.co.id |


Contoh Daftar Kode Perkiraan Material
Cadang
Kode Perkiraan Kode Perkiraan
Kode Perkiraan Fungsi PLTU Aktiva Tetap Akumulasi
Material Cadang Penyusutan

01. Instalasi dan Mesin 111121x05 11121x05

 Turbin Uap
 Bearing 112121x05xxx 112121x05xxx
 Valve 112121x05xxx 112121x05xxx
 Heat Exchanger Tube 112121x05xxx 112121x05xxx

 Vacuum Pump 112121x05xxx 112121x05xxx

(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material) www.pln.co.id |


LEVEL MATERIAL CADANG

Penggunaan Material Cadang dipengaruhi oleh :


1. Kualitas Aktiva Tetap Induknya / bagian-bagiannya
2. Umur Instalasi yang bersangkutan
3. Pemeliharaan yang dilakukan terhadap aktiva tetap induknya
4. Kualitas Operator
5. Kondisi Lingkungan
6. Jenis Bahan Bakar yang digunakan

(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material) www.pln.co.id |


LEVEL MATERIAL CADANG

Penentuan Level Material Cadang memperhatikan aspek :


1. Perkembangan teknik / teknologi
2. Keadaan pasar
3. Prosedur pengadaannya
4. Tingkat keandalan operasi yang diperlukan/dipersyaratkan

(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material) www.pln.co.id |


LEVEL MATERIAL CADANG

INSTALASI MAX JUMLAH MATERIAL CADANG


• PLTA • 1% • Dari Nilai Perolehan Instalasi dan Mesin (kode akun
1 11 121 x05)
• PLTU • 2% • Dari Nilai Perolehan Instalasi dan Mesin (kode akun
1 12 121 x05)
• PLTD • 4% • Dari Nilai Perolehan Instalasi dan Mesin (kode akun
1 13 121 x05)
• PLTG • 3% • Dari Nilai Perolehan Instalasi dan Mesin (kode akun
1 14 121 x05)
• PLTP • 3% • Dari Nilai Perolehan Instalasi dan Mesin (kode akun
1 15 121 x05)
• PLTGU • 3% • Dari Nilai Perolehan Instalasi dan Mesin (kode akun
1 16 121 x05)

(Reff : Edaran Direksi No. 011.E/DIR/2007 ttg Akuntansi Material) www.pln.co.id |


IDENTIFIKASI MATERIAL berdasarkan ORIGINALITAS

1. Material SUKU CADANG ASLI (Original Part)


• Material suku cadang yang terpasang dan merupakan asli bawaan dari
suatu mesin atau unit.
• Dibagi menjadi 2 jenis :

a. Original Engine Manufacture  diproduksi langsung pembuat mesin


b. Original Equipment Manufacture  tidak diproduksi langsung oleh
pembuat mesin, tapi vendor lain yang bekerjasama secara resmi
dengan pembuat mesin. Merk dapat sesuai dengan merk mesin
atau menggunakan merk sendiri milik vendor tersebut

www.pln.co.id |
IDENTIFIKASI MATERIAL BERDASARKAN ORIGINALITAS

2. Material SUKU CADANG TIDAK ASLI (Non Original Part)


• Spare part / material suku cadang yang bukan asli bawaan mesin/unit,
bisa berupa persamaan/equivalent dengan yang terpasang pada suatu
mesin/unit (diproduksi selain vendor dan pabrikan mesin)
• Penggunaan part ini bisa dibenarkan, selama spek teknis dan
karakteristiknya sama dengan part aslinya, dibuktikan dengan kajian
dan analisa dari sisi teknis dan finansial

www.pln.co.id |
IDENTIFIKASI MATERIAL BERDASARKAN ORIGINALITAS

3. Material SUKU CADANG LOKAL (Local Part)


• Spare part / material suku cadang yang bukan asli bawaan mesin/unit,
bisa berupa persamaan/equivalent dengan yang terpasang pada suatu
mesin/unit (diproduksi selain vendor dan pabrikan mesin) dan
diproduksi oleh pabrikan lokal/dalam negeri.
• Penggunaan part ini juga dibenarkan, selama spek teknis dan
karakteristiknya sama dengan part aslinya, dibuktikan dengan kajian
dan analisa dari sisi teknis dan finansial

www.pln.co.id |
IDENTIFIKASI MATERIAL BERDASAR METODE
PENYIMPANAN
1. Material STOCK (Persediaan)
• Jenis material suku cadang yang disimpan dan dikelola sebagai
material persediaan yang akan digunakan pada saat dibutuhkan
• Contoh : valve, bearing, breaker

2. Material NON-STOCK (Non Persediaan)


• Jenis material suku cadang yang tidak disimpan di gudang
• Sifat kebutuhan jarang dan dibeli saat dibutuhkan
• Material consumabel & umum (lampu, battery, majun , ATK dsb)

www.pln.co.id |
MANUFAKTUR DAN MERK

MANUFAKTUR/PABRIKAN : pabrik atau perusahaan yang memproduksi


suatu barang / material

MERK adalah simbol atau identitas dari suatu barang atau produk yang
diberikan oleh pabrik atau perusahaan yang memproduksi dengan tujuan untuk
mempermudah identifikasi

Suatu pabrik atau manufacture bisa memproduksi beberapa barang dengan


beberapa Merk

www.pln.co.id |
SERTIFIKAT MATERIAL

Keterangan atau pernyataan berupa surat, yang menerangkan tentang hal-hal


terkait suatu material atau spare part dalam proses jual beli, dan dikeluarkan
oleh pabrikan, vendor atau lembaga terkait (misal : KADIN)

Dalam pembelian suatu material atau barang, adanya sertifikat merupakan


suatu keharusan.

Manfaat adanya sertifikat material :


•Jaminan kwalitas
•Jaminan harga
•Jaminan garansi
•Referensi untuk pembelian berikutnya

www.pln.co.id |
JENIS SERTIFIKAT MATERIAL

1. COM (Certificate Of Manufacture)


Sertifikat yang menerangkan tentang pabrikan dan keaslian (originalitas)
suatu material/spare part, dikeluarkan oleh pabrikan mesin/vendor

2. COO (Certificate Of Origin)


Sertifikat yang menerangkan tentang pabrikan dan keaslian (originalitas)
suatu material atau spare part, yang dikeluarkan oleh Kamar Dagang
(KADIN) atau yang sederajat dari negara dimana barang tersebut dibeli.
COO yang dikeluarkan oleh pabrikan mesin atau vendor sama dengan
COM

www.pln.co.id |
JENIS SERTIFIKAT MATERIAL

3. COC (Certificate Of Conformity)


sertifikat yang menerangkan tentang keaslian dan kelayakan operasional
meliputi spesifikasi teknis, hasil tes dan commissioning dari suatu material
atau spare part, yang dikeluarkan oleh lembaga independen atau pabrikan
mesin atau vendor

4. Asal Usul Barang


sertifikat yang hanya menerangkan tentang asal usul produk/material atau
spare part tersebut dibeli, jadi dalam hal ini bisa dari pabrikan, distributor,
agen atau toko dimana barang tersebut didapatkan

www.pln.co.id |
PERAN MATERIAL DALAM KINERJA PEMBANGKIT

Dalam Tata Kelola Unit Pembangkit, Availability dan Reliability Pembangkit


menjadi fokus utama  aktivitas pemeliharaan asset sangat penting

Ketersediaan material di gudang  mendukung program pemeliharaan unit sehingga


jadwal pemeliharaan dapat dilaksanakan tepat waktu (secara tidak langsung,
ketersediaan material turut meningkatkan Availability dan Reliability sebuah unit
Pembangkit)

Material yang tidak tersedia di gudang untuk pemeliharaan unit , dapat mengganggu
aktivitas dan jadwal pemeliharaan , menyebabkan perusahaan kehilangan
kesempatan menjual energi listrik

Reff : Buku Panduan Tata Kelola Bidang Pembangkitan, 2009 www.pln.co.id |


PERAN MATERIAL DALAM KINERJA PEMBANGKIT

Contoh Hasil Assesmen Grahame Fogel di PJB :


Key Performance Area internal PJB  gap manajemen material sangat tinggi (level 4) menunjukkan
material pemeliharaan sering tidak ada saat dilakukan pemeliharaan (disebabkan perencanaan material
kurang optimal)

www.pln.co.id |
CONTOH PERAN MATERIAL THD KINERJA PEMBANGKIT

Jika unit pembangkit tidak beroperasi disebabkan karena tidak adanya persediaan material di Gudang
bernama “Module AC160” diperlukan proses sebagai berikut :

- Proses pembelian Modul AC160 memerlukan waktu 10 hari atau 240 jam
- Selling price misalnya Rp 472 /kWh
- Kapasitas pembangkit 126 MW
- Capacity Factor misalnya 16%
Maka Loss of Energy Sale selama 10 hari adalah sebagai berikut :

Loss of Energy Sale = Capacity x Number of Unit Shutdown x Shutdown Period x CF x Selling Price
= 126.000 kW x 1 unit x 240 jam x 16 % x 472 Rp/kWh
= Rp 2.283.724.800 ,-

www.pln.co.id |
MANAJEMEN KATALOG

Sistem Katalog material/spareparts ditujukan untuk memudahkan dalam


mengenali, mengetahui, mengelola dan menggunakan material/sparepart
pembangkit, distribusi dan transmisi sehingga pengelolaan material dapat lebih
efektif dan optimal.

Sistem Katalog Material/Spare Part sebagai bagian Sistem Tatakelola Material


perlu disusun secara terintegrasi untuk berbagai jenis pembangkit, sehingga
menunjang optimalisasi kebutuhan semua proses bisnis operasi dan
pemeliharaan pembangkit, distribusi dan transmisi.

www.pln.co.id |
TUJUAN PENGATURAN SISTEM
KATALOG MATERIAL
a. Keseragaman pengkodean di seluruh unit PLN
b. Memfasilitasi mampu tukar diantara unit pembangkit pengguna
material/spare part.
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari masing-masing unit
pengguna material/spare part.
d. Memfasilitasi penanganan data khususnya bila diintegrasikan dengan
sistem teknologi informasi terkait tatakelola material.
e. Mengoptimalkan biaya logistik diantara unit pengguna material/spare
part

www.pln.co.id |
11 PENAMAAN KOMPONEN PEMBANGKIT
TENAGA LISTRIK
Standar ini disusun berdasarkan KKS (Kraftwerk-Kennzeichen-System)
yang terdiri atas tiga jenis penamaan atau identifikasi :
(Ref: SK 503.K/DIR/2012 Tentang : Penamaan Komponen Pembangkit Tenaga Listrik)

1. Penamaan komponen terkait proses, mengidentifikasi instalasi dan peralatan


sesuai dengan fungsi dalam proses di unit pembangkit (misalnya turbin uap).
2. Penamaan komponen terkait letak pemasangan, mengidentifikasi letak
pemasangan didalam suatu unit instalasi (misalnya cubicle).
3. Penamaan komponen terkait lokasi, mengidentifikasi lokasi ruang dan lantai atau
lokasi peralatan di dalam struktur bangunan.

www.pln.co.id |
CONTOH HIRARKI PENAMAAN KOMPONEN PEMBANGKIT UNTUK
WILAYAH ACEH
Urutan level 1 2 3 4 5 6 7
Wilayah Area Banda Rayon
Urutan Level Aceh Aceh Sabang Unit 10 Tank Farm Pump Units Pump

Penamaan 01 01 05 010 2EGB01 AP001 KP01

1. Penamaan komponen terkait struktur organisasi


Level 1 : Unit Induk (01: PLN Pembangkitan atau PLN Wilayah)
Level 2 : Unit Pelaksana (01 : PLN Sektor, PLN Area/Cabang atau yang setingkat)
Level 3 : Sub Unit Pelaksana (05 : Pembangkit Listrik, Rating/rayon atau yang setingkat)

2. Penamaan komponen terkait proses, letak pemasangan dan lokasi


Level 4 : Nomor Pembangkit (010 : Pembangkit Unit 1)
Level 5 : Kode System (2 : Nomor awalan dari kode system, EGB : Penamaan peralatan, 01 : Penomoran lantai)
Level 6 : Kode Peralatan (AP : Klasifikasi Peralatan (mekanik, elektrik atau kontrol), 001 : No. urut peralatan)
Level 7 : Komponen (KP : Klasifikasi Komponen, 01 : Penomoran komponen)

SK 503.K/DIR/2012 Tentang : Penamaan Komponen Pembangkit Tenaga Listrik www.pln.co.id |


STRUKTUR DAN PENGELOMPOKAN DATA ASET
22 PENYALURAN TENAGA LISTRIK

Maksud dan Tujuan sebagai acuan penggunaan dta aser dan data peralatan penyaluran tenaga
listrik bagi seluruh jajaran PLN dalam kegiatan pengeloaaan asset sehubungan dengan
penerapan Transmission Asset Management (TEAM).
(Ref : SK 0007.P/DIR/2015 Struktur dan Pengelompokan Data Aset Penyaluran Tenaga Listrik)

Ruang Lingkup dan Pengelompokan Data Aset Penyaluran meliputi;


1. Struktur data asset
2. Pengelompakan data asset
3. Kepemilikan Aset Penyaluran Tenaga Listrik
Terdiri atas kelompok asset Gardu Induk, SUTT/SUTET, SKTT/SKLT, SCADA, Teleinformasi data,
Peralatan Kerja dan Gedung Gardu Induk

www.pln.co.id |
STRUKTUR DAN PENGELOMPOKAN DATA ASET
PENYALURAN TENAGA LISTRIK

ASSET OBJECT
KELOMPOK ASET NAMA ASET NAMA ASET DI SAP KODE ASSETTYPE PEMILIK ASET
CLASS TYPE
GARDU INDUK Power Transformer Transformer Tenaga/TRF TRF 10700 8101001 TSGI-001 UPT/APP/AP2B
  Current Transformer Trafo Arus/CT CT 10700 8101003 TSGI-003 UPT/APP/AP2B
  Potential Transformer Transformer Tegangan/PT PT 10700 8101003 TSGI-004 UPT/APP/AP2B
SUTT/SUTET Pole 275 kV Tiang275 KV/P275 P275 10800 9112003 TL01-008 UPT/APP/AP2B
  Overhead Conductor 275 Kv Hantara Alumunium 275 kV/OC275 OC275 1800 9123006 TL01-009 UPT/APP/AP2B
  Tower 500 KV Menara 500 kV/YWR 500 TWR500 10800 9121002 TL01-010 UPT/APP/AP2B
SKTT/SKLT Kabel Dibawah Tanah Alumunium 30
  Underground Cable 30 kV kV/UC30 UC30 10900 11101001 TL02-001 UPT/APP/AP2B
  Kabel Dibawah Tanah Alumunium 70 10900 11101002 TL02-002 UPT/APP/AP2B
Underground Cable 70 kV kV/UC70 UC70
Kabel Dibawah Tanah Alumunium 150 10900 11101003 TL02-003 UPT/APP/AP2B
Underground Cable 150 kV kV/UC150 UC150
TELEINFORASI Server Master Server Master/MS SM 11450 14500004 TSCA-001 UPB/APB/AP2B
DATA Work Station Work Station/WS WS 11450 14500005 TSCA-002 UPB/APB/AP2B
 
  Mimic Projection Mimic Projection/MP MP 11450 14500006 TSCA-003 UPB/APB/AP2B
PERALATAN KERJA Crane Crane/CN CN 11750 18500001 TPRT-001 UPT/APP/AP2B
  Tackie Tackie/TC TC 11750 18500002 TPRT-002 UPT/APP/AP2B
  Vacuum Vacuum/VC VC 11750 18500003 TPRT-003 UPT/APP/AP2B

SK 0007.P/DIR/2015 Struktur dan Pengelompokan Data Aset Penyaluran Tenaga Listrik www.pln.co.id |
STANDARISASI STRUKTUR DATA ASET JARINGAN
33 DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Tujuan ;
(Ref : SK 0449.K/DIR/2014 Standarisasi Struktur Data Aset Jaringan Distribusi Tenaga Listrik)

1. Memperoleh keseragaman pengelompokan asset jaringan ke dalam struktur data berbasis


IT. Dengan keseragaman ini maka diharapkan setiap unit dapat mempersiapkan diri menuju
manajemen aset yang lebih sempurna
2. Menjadi platform untuk berbagai aplikasi IT masa yang akan datang, sehingga pada
waktunya dapat diintegrasikan ke dalam sistem ERP yang sudah bergulir.
3. Memenuhi kebutuhan untuk Distribution Management System (DMS) termasuk di
dalamnya antara lain Manajemen Aset (EAM) dan berbasis Geographic Information System
(GIS).

www.pln.co.id |
STANDARISASI STRUKTUR DATA ASET JARINGAN
DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Ruang Lingkup standarisasi struktur data aset jaringan distribusi tenaga


listrik dipersiapkan untuk mencakup asset jaringan distribusi yang terkait
dengan;

1. Proses akutansi
2. Entrerprise Asset Management (EAM)
3. Tata Usaha Jaringan Distribusi (TUJD)
4. Publicity Available Spesification (PAS) point 55
5. Penataan Data Pelanggan dan Jaringan (PDPJ)
6. Standar Pemeliharaan Peralatan Jaringan Distribusi
7. Katalog Peralatan Jaringan Distribusi
8. Standar Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

SK 0449.K/DIR/2014 Standarisasi Struktur Data Aset Jaringan Distribusi Tenaga Listrik www.pln.co.id |
KODEFIKASI ASET DISTRIBUSI
Berikut ini adalah penjelasan dari pengkodean di samping:
a. 2 digit pertama adalah kode Unit Distribusi atau Unit
Wilayah selaku pemilik aset
8 digit Nomor Random b. 4 digit kedua adalah kode aset dengan prefix kode
Sistem
kelompok aset
4 digit Kode Aset c. 8 digit berikutnya adalah nomor urut aset yang di
FGnn – Fasilitas 20 KV GI generate oleh sistem
CNnn – Conductor
PJnn – Peralatan Jaringan Misalnya:
TGnn – Tiang
GDnn – Gardu Kode Pemiliki : Unit Distribusi Jakarta (54)
TFnn – Trafo
Kode Unit Distribusi/Wilyah APnn - Alat Pengukur Pembatas Kelompok Aset : Hantaran (CN)
FDnn – Pengolah Data
FKnn – Fasilitas Komunikasi Jenis Hantaran : SUTM (01)
PKnn – Peralatan Kerja
PCnn – Peralatan Kontrol
PBnn – Peralatan Bantu
Maka kode aset dari Hantaran ini adalah:
5 4 C N 0 1 1 2 3 4 5 6 7 8

SK 0449.K/DIR/2014 Standarisasi Struktur Data Aset Jaringan Distribusi Tenaga Listrik www.pln.co.id |
PENGELOMPOKAN ASET JARINGAN
DISTRIBUSI Pengelompokan Aset di rekomendasikan Pengelompokan Aset versi Akunting
Kode Kode
Kel. Nama Kel Aset Nama Aset Kode Aset No. Kel. Nama kel Aset Nama Aset
FUNGSI DISTRIBUSI
CN Penghantar Jaringan atau Hantaran SUTM NN.CN01.11111111 1 NA Jaringan Distribusi TM
Conductor Hantaran SKTM NN.CN02.11111111 TR
Hantaran SKUTM NN.CN03.11111111
Hantaran STL-TM NN.CN04.11111111
Hantaran SUTR NN.CN11.11111111
Hantaran SKTR NN.CN12.11111111
Hantaran SKUTR NN.CN13.11111111
Hantaran STL-TR NN.CN14.11111111

PJ Peralatan Jaringan Ground wire NN.PJ01.11111111


Jointing NN.PJ02.11111111
Termination NN.PJ03.11111111
Arrester NN.PJ04.11111111
Pemisah Beban (no-load switch) NN.PJ05.11111111
Pemutus Beban (load break switch) NN.PJ06.11111111
Fuse Cut-out NN.PJ07.11111111
LBS NN.PJ08.11111111

SK 0449.K/DIR/2014 Standarisasi Struktur Data Aset Jaringan Distribusi Tenaga Listrik www.pln.co.id |
PEDOMAN PENGGUNAAN KATALOG MATERIAL
44 PEMBANGKIT
DI PLN DAN ANAK PERUSAHAAN
1. Maksud pengaturan system katalog material ini adalah sebagian acuan dalam
penomoran katalog material di seluruh Pembangkit PLN dan Anak Perusahaan.
(Ref : SK 312.K/DIR/2012 Pelaksanaan penggunaan Katalog Material Pembangkit
dilingkungan PT PLN dan Anak Perusahaan)

2. Tujuan pengaturan system katalog material ini adalah untuk;


a. keseragaman pengkodean di seluruh unit PLN
b. Memfasilitasi mampu tukar diantara unit pembangkit pengguna material
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari masing masing unit pengguna
material
d. Memfasilitasi penanganan data khususnya bila diintegrasikan dengan
system teknologi informasi terkait tatakelola material
e. Mengoptimalkan biaya logistic diantara unit pengguna material

www.pln.co.id |
NATO STOCK NUMBER (NSN)
3110 00 001-4722 a) 4 digit pertama adalah NATO Supply
Classification Code (NSC), yang terdiri dari 2
NATO Code for National
NATO Supply Classification
Codification Bureau
Non-Significant digit pertama menjelaskan group dan 2 digit
Code (NSC) Number berikutnya menunjukkan kelas.
(NCB)
  00-001-4722 b) 2 digit selanjutnya menunjukkan National
  Codification Bureau (NCB) atau Lembaga
NATO Item Identification Number (NIIN)
Kodifikasi Nasional.
3110-00-001-4722
c) 7 digit terakhir adalah angka bebas (tidak
NATO Stock Number (NSN)
mempunyai arti) yang merupakan angka yang
unik untuk masing-masing material/sparepart.
d) Untuk mendapatkan 7 angka terakhir ini harus
menggunakan NATO Master Catalogues of
References for Logistic (NMCRL).

SK 312.K/DIR/2012 Pelaksanaan penggunaan Katalog Material Pembangkit www.pln.co.id |


INFORMASI, SPESIFIKASI DAN KELENGKAPAN DATA YANG
DITAMPILKAN DI KODE KATALOG MATERIAL

Data Spesifikasi Kode Material

www.pln.co.id |
Spesifikasi yang ditampilkan di kode katalog

www.pln.co.id |
Lampiran Data Spesifikasi – Referensi dari
Website

www.pln.co.id |
Lampiran Data Spesifikasi – Alternate Items

www.pln.co.id |
Informasi Where Used

www.pln.co.id |
Hubungan antara Asset dengan Kode Katalog

www.pln.co.id |
Perencanaan Kebutuhan
Material
02 Manajemen Kebutuhan
Material
Definisi

Material Requirement Planning (MRP) merupakan aktivitas perencanaan


material untuk Seluruh komponen dan raw material (bahan baku) yang
dibutuhkan sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP) yang sama halnya dengan
demand / permintaan per komponen .
Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP
yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP
yaitu pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi. Sedangkan tujuan
dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk
mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan
produksi, menjaga jadwal valid dan up-to date, serta secara khusus berguna
dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.

www.pln.co.id | 4
Manajemen Kebutuhan Material
Suatu konsep dalam manajemen operasi/pemeliharaan yang membahas tentang cara yang tepat
dalam perencanaan kebutuhan material dalam proses produksi, sehingga material yang
dibutuhkan tersebut dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan.

Proses Perencanaan Kebutuhan Material :


1. Netting, yaitu menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhan kasar dengan memperhitungkan
jumlah material yang akan diterima, jumlah persediaan yang ada dan jumlah persediaan yang
akan dialokasikan (reserve material),
2. Lot Sizing, konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas-kuantitas pesanan,
3. Offsetting, menentukan waktu kebutuhan material (required pada waktu yang tepat dengan
cara menghitung mundur (backward scheduling) dari waktu yang dikehendaki dengan
memperhitungkan waktu tenggang (lead time), agar dapat memenuhi pesanan material,
4. Explosion, Menjabarkan rencana produksi produk akhir ke kebutuhan kasar untuk
komponen-komponennya melalui daftar material (Bill of Material).

www.pln.co.id |
Material Required Planning (MRP)

Sistem Konvensional Sistem MRP


Dihitung berdasarkan permintaan bebas Dihitung berdasarkan rencana produksi dan
pemeliharaan

Pemesanan kembali hanya untuk penggantian barang Didasarkan atas pemakaian yang lalu dan keperluan
yang dipakai yang akan digunakan

Perencanaan lebih didasarkan atas suatu keperluan Lebih didasarkan atas keperluan yang akan digunakan
yang telah berlalu

Peramalan dilakukan untuk semua barang persediaan Peramalan dilakukan untuk barang yang dijadwalkan

Untuk berjaga-jaga (just in case) Diperlukan secara tepat waktu (just in time)

Berorientasi pada setiap barang Berorientasi pada rencana produksi atau rencana
pemeliharaan, Stategic Spare Parts

www.pln.co.id |
Strategic Planning Material Manajement
Requirement

NON TACTICAL MAINTENANCE TACTICAL MAINTENANCE


Identify

FORCE Cor PM PdM PaM OVERHAU PROJECT


OUTAGE L
ABC
Inventory Requirement
Planning

Analisis
STRATEGIC INVENTORY OUTAGE
SPARE POLICY Manajemen
Planning

JIT
ROP & ROQ
Plannin
Procur.

• LTSA
g

• NON LTSA
Planning

• INDIVIDUAL STOCK
WH

• ALIANCE STOCK
• CONSIGNMENT
STOCK

www.pln.co.id |
Manajemen Kebutuhan Material
Pembangkitan
OPERASI Kebutuhan
& Material
PEMELIHARAAN

Gudang
Supplier

Kebutuhan
Material

Pengadaan
Perencanaan Material
Kebutuhan
Material
Perencanaan
Persediaan
Material

SK 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


Proses Bisnis Manajemen Kebutuhan Material
Pembangkit GOAL MATERIAL
SERVICE` LEVEL MANAGAMENT

Service
On Quality
On Schedule
TIME For“Receiving” On Quantity
Inventory Level On Cost
MATERIAL INVENTORY
OPERATION & MAINTENANCE

QUALITY
DEMAND LEVEL
QUANTITY
PLANING &
Issue CONTROLING
“PROCUREMENT”

Recommended

Manajement
PLANING & PLANING &
Order

Supplier
CONTROLING CONTROLING
“REQUIREMENT” “INVENTORY”

What ? What Order ?


How Many? How many Order ?
When ? When Order?
Who ? 50
www.pln.co.id |
Strategic Goal
Maintenance :
“ Service Level ! “

51 www.pln.co.id |
Tujuan Manajemen Kebutuhan Material

Maximum Service Level


Menjamin terpenuinya kebutuhan O & M

Minimum Inventory
Membatasi nilai seluruh investasi
Membatasi jenis dan jumlah material

Lowest Operating Cost


Memanfaatkan seoptimal mungkin material yang ada

Optimasi Supply Chain harus ada ukurannya dan


dituangkan dalam kebijakan yang selalu direview

www.pln.co.id |
Perencanaan Kebutuhan
Material
03 Manajemen Persediaan
Kebijakan Persediaan Material
Latar Belakang
(Ref : SK 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material)

Pengaturan Persediaan material merupakan hal yang sangat penting untuk


menciptakan keandalan dan effisiensi dalam penyaluran tenaga listrik.
Ketersediaan material baik untuk bidang pembangkitan, transmisi dan
distribusi harus dijaga kontinuitasnya agar tidak menyebabkan
terganggunya kegiatan operasi.

Penyediaan material harus dilakukan secara selektif dan memperhatikan


aspek-aspek lain, seperti tingkat kekritisan, lamanya waktu pengadaan
dan nilai pemakaian sehingga tidak menyebabkan terjadinya penumpukan
material yang menimbulkan inefisiensi bagi perusahaan.

www.pln.co.id |
Tujuan Kebijakan Persediaan Material

1. Tercapainya keseimbangan dalam tata kelola persediaan material,


dalam rangka memaksimalkan tingkat pelayanan dengan persediaan
yang optimal.
2. Mengelompokan material persediaan berdasarkan kriteria kekritisan,
ketersediaan dan tingkat pemakaian (usage), sehingga diperoleh
pengendalian persediaan yang tepat (efektif dan efisien) untuk masing-
masing material.

SK 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


PROSES BISNIS MANAJEMEN MATERIAL
Lead Time
5 Panitia Pemeriksa 1. Internal Lead Time
Barang a) Inventory Lead Time : waktu yang diperlukan
untuk mengevaluasi dan memproses
permintaan dari pengguna sampai dengan
11 rekomendasi pembelian (Recomnded Order)
ke fungsi pengadaan (dari 1 ke 2)

6 44 b) Purchase lead time : waktu yang diperlukan


fungsi pengadaan untuk memproses
pengadaan dari rekomendasi pembelian
hingga terbit surat Pesanan (PO) (dari 2 ke 3)
Surat Pesanan c) Receiving and inspection lead time : waktu
/Kontrak/PO/SPK yang diperlukan bagian penerimaan dalam
memeriksa dan menerima material (dari 5 ke
33 6)
2. External lead time : waktu yang diperlukan
penyedia/supplier barang untuk memasok barang
sesuai dengan surat pesanan yang diterima
sampai barang didatangkan ke Gudang pengguna
(dari 3 ke 4 untuk produksi dan dikirim ke 6)

22 Total Lead Time adalah Waktu total yang diperlukan


Internal lead time ditambah Eksternal Lead Time

(Reff : Kep Direksi No. 717.K/DIR/2010 ttg Kebijakan Persediaan Material) www.pln.co.id |
Prinsip Manajemen Persediaan (Inventory)
Prinsip Inventory

APA yang di kontrol ? Berapa yang harus dipesan ?


Kapan harus dipesan ?
ABC ANALYSIS
(Criticality, Availability, Usage Value)
SKILL ANALYSIS

SATU ALUR PROSES


INVENTORY POLICY Pengaruh terhadap Unit
Modul Pola Kerusakan
• Metode Perencanaan Rec.Order Metode Penggantian
Manual atau Auto SIT
Pola Kebutuhan
• Metode Persediaan Jumlah Terpasang
Jus In Time atau Stock di Gudang Lead Time
• Metode Pengadaan Harga
Kontrak Payung atau Biasa
• Target Service Level
• Target Turn Over • Titik Pemesanan (ROP)
Kapan harus pesan kembali
Tertuang dalam Kebijakan • Jumlah Pemesanan Ekonomis (ROQ)
Perusahaan Per Peridoe pemesanan

Aplikasi SIT

SK 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


Pengelompokan Material berdasarkan Inventory
Policy
Klasifikasi ABC adalah suatu media yang digunakan untuk mengelompokkan material
berdasarkan 3 (tiga) kriteria :

 Criticality, yaitu tingkat pengaruhnya terhadap unit, apakah apabila tidak tersedia
pembangkit akan mengalami trip, derating atau tidak berpengaruh.

 Availability, yaitu lead time yang dibutuhkan barang tersebut. Lead time yang
dimaksud adalah waktu yang dibutuhkan mulai proses pengadaan sampai dengan
barang terpasang di pembangkit.

 Usage, yaitu tingkat penggunaan barang yang dinilai dari total nilai frekuensi
penggunaan (jumlah x harga).

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


Kriteria Tingkat Kekritisan (Criticallity)
Adalah analisis dampak yang ditimbulkan akibat rusaknya (failure) suatu item material saat
“unit normal operasi”, terhadap bisnis suatu perusahaan.
CODE
CODE CHARACTERISTICS
CHARACTERISTICS IMPACT
IMPACT

A – Sangat Kritis  Pembangkit : Unit Pembangkit Stop/Trip


Severe
 Transmisi : Sistem transmisi tidak bisa menyalurkan daya sama sekali
 Distribusi : Sistem Distribusi tidak bisa menyalurkan daya sama sekali

 Pembangkit : Unit Pembangkit turun kapasitas (derated)


B - Kritis  Transmisi : Sistem transmisi tidak bisa menyalurkan daya secara penuh
 Distribusi : Sistem Distribusi tidak bisa menyalurkan daya secara penuh

C – Kurang Kritis  Tidak berdampak langsung bagi operasi


Unimportant

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


Kriteria Tingkat Ketersediaan (Availability)
Adalah analisis tehadap waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses pengadaan mulai dari
usulan pengadaan sampai dengan barang diterima dan ditransaksikan sebagai barang persediaan.

TINGKAT
TINGKAT TOTAL
TOTALLEAD
LEADTIME
TIME KARAKTERISTIK
KARAKTERISTIK
Analisa ini
menggunakan A  > 90 hari  Long Lead Time
komponen Total
 Overseas Supplier
Lead Time yaitu
jumlah waktu total  Manufactured Item
yang diperlukan
Internal Lead Time B  30 < Lead Time > 90 hari  Medium Lead Time
ditambah External
Lead Time (sejak
Proses permintaan  Short Lead Time
sampai material  Local Supplier
diterima ) C  < 30 hari
 Have Purchase Agreement
 Available Off Shelt

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


Tingkat Pemakaian Material per periode
(Usage)
Adalah analisis tehadap jumlah biaya pemakaian suatu item material dalam satu tahun periode,
yaitu harga satuan dikalikan dengan jumlah item pemakaian, dengan satuan biaya (IRD atau
USD)
CODE TOTAL USAGE CHARACTERISTICS 100

 Jumlah item low


A > 500 Juta  Harga satuan high 80
 Hight Priority

Percentage of Value
60
≥ 100 Juta  Jumlah item medium
B s.d 500 Juta  Harga satuan medium
 Medium Priority
40

 Jumlah item high


C < 100 Juta  Harga satuan low 20
 Low prioity A B C

D 0  Tidak ada pemakaian dalam


satu periode 0 20 40 60 80 100

Percent of Items

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material 61 www.pln.co.id |


Kombinasi ABC Analis
Klasifikasi material perlu dibuat dari ketiga analisa untuk lebih fokus dalam menentukan
policy, yaitu melakukan identifikasi terhadap setiap item material berdasarkan Criticality
(x1), Availability (x2) dan Usage Value (x3)

Item Material
X1 X2 X3

Criticality Availability Usage

A B C A B C A B C D

Contoh :
Suatu Part mempunyai kriteria ACB, artinya part tersebut mempunyai criticality A,
availability C dan usage value B

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material 62 www.pln.co.id |


Contoh Implementasi Kombinasi ABC Analisis

Contoh : Part CWP

PLTU Pacitan Unit 10 dengan kapasitas 315 MW memiliki peralatan CWP


2 buah Unit 1A dan 1B, sehingga jika Unit 1A CWP dalam kondisi rusak
membuat unit 10 derating, Harga CWP unit 1 A senilai 15 Milyar dengan
Total Lead Time 6 bulan.
Kriteria BAA :
Ketiadaan barang tersebut membuat unit derating (B), Long lead time (A),
dengan usagenya tinggi (A).

63 www.pln.co.id |
Penjelasan-penjelasan Kriteria ABC
 Penentuan kriteria kekritisan (criticality) adalah wewenang dan tanggung jawab user (Bidang
Perencanaan & Pengendalian Operasi/ Pemeliharaan, Bidang Engineering atau sesuai
kebijakan)
 Penentuan kriteria ketersediaan (avaibility) adalah wewenang dan tanggung jawab Bidang
Pengadaan dan Inventory Control
 Penentuan usage level dalam kriteria stock item material sebagaimana table di atas dilakukan
secara otomatis oleh CMMS dalam modul ABC level berdasarkan riwayat pemakaian satu
periode sebelumnya.
 Setiap item material memungkinkan terjadinya perubahan usage level pada setiap
periodenya, sehingga akan berubah juga kriteria stock item materialnya
 Usage level D adalah material yang pada periode satu tahun sebelumnya tidak ada
pemakaian atau nilai pemakaiannya nol rupiah

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


Setting Inventory
Berapa banyak dan kapan melakukan pemesanan tergantung dari beberapa faktor antara lain : biaya pesan, biaya kirim,
lead time, variasi demand, variasi di bidang produksi dan sebagainya.
 Reorder Point (ROP) adalah jumlah persediaan material, dimana harus melakukan pemesanan ulang
 Reorder Quantity (ROQ) adalah jumlah material yang harus dipenuhi saat melakukan pemesanan ulang.
 Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode untuk menentukan berapa jumlah barang yang harus dipesan
sehingga biaya inventorinya minimal.
 Safety Stock (SS) adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai pengaman untuk mengantisipasi adanya
ketidakpastian dari jumlah pemakaian atau ketidakpastian lead time

Max
 Maximum adalah Jumlah maksimum dari
ROQ Usage/demand rate item stock yang akan disimpan
Max-LT
Usage Max = ROP + ROQ
Quantity
on hand
ROP
Safety  Just In Time (JIT) adalah material yang
Stock didatangkan pada saat menjelang
Lead Time
dibutuhkan
Place Receive
order Order

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material www.pln.co.id |


Analisa Persediaan Material

Pengendalian tingkat persediaan material mempergunakan formula


Minimum-Maximum (Min-Max) dan penentuan jumlah yang harus dipesan
mempergunakan formula Reorder Quantity (ROQ)
D = Rata-rata penggunaan material (unit/hari)
L = Lead Time
Z = distribusi demand sesuai service level yang
diatur dalam SK DIR PT PLN (Persero)
No. 717.K/DIR/2010
Sdl = Standard Deviasi Demand

www.pln.co.id |
Penentuan Safety Stock (SS)

Sdl = Sd × √l Sdl = √ (d² × Sl² + l ×


Safety stock ditentukan Sd²)
variabel
oleh ketidakpastian Safety stock ditentukan
permintaan oleh interaksi dua
ketidakpastian
permintaan Sdl = 0 Sdl = d × Sl
Tidak diperlukan safety Safety stock ditentukan
stock oleh ketidakpastian lead
time
konstant
konstant Lead time variabel

www.pln.co.id |
Biaya pemesanan (ordering cost/set up cost)

Adalah semua biaya dari persiapan pemesanan/pengadaan sampai material yang


dipesan datang :
Sifat : konstan, tidak tergantung pada jumlah material yang dipesan
Biaya-biaya ini adalah :
a. biaya persiapan pemesanan
b. biaya mengirim atau menugaskan karyawan untuk melakukan
pemesanan
c. biaya saat penerimaan material yang dipesan
d. biaya penyelesaian pembayaran pemesanan.

www.pln.co.id |
Basic EOQ – Ordering Cost/Set Up Cost
 

EOQ (Ordering Cost) =


R = Kebutuhan material dalam suatu periode tertentu
S  = biaya pengadaan setiap kali pesan
Ordering Cost

P = harga beli setiap unit material

Ordering Cost decreases as


Order Quantity increases;
however not linearly

Order Quantity (Q)


www.pln.co.id |
Biaya Penyimpanan di Gudang (Inventory Carrying Cost)

Adalah semua biaya yang tibul untuk menyimpang material di Gudang :


Biaya-biaya ini adalah :
a. biaya sewa Gudang
b. biaya pemeliharaan material di Gudang
c. biaya asuransi material
d. biaya TK di Gudang
e. biaya kerusakan/repair material

www.pln.co.id |
Basic EOQ – Inventory Carrying Cost
 

EOQ (Inv. Carrying Cost) =


R = Kebutuhan material dalam suatu periode tertentu
Carrying Cost

S  = biaya pengadaan setiap kali pesan


C = biaya penyimpanan tiap unit material yang disimpan
Annual Carrying Cost is
linearly related to the Order
Quantity

Order Quantity (Q)

www.pln.co.id |
Basic EOQ – Instantaneous Delivery
Basic Economic Order – instantaneous delivery model EOQ menentukan jumlah
pemesanan untuk meminimasi Total Cost = Carrying Cost + Ordering Cost. Di mana
Carrying Cost = Order Cost dan dihitung :
 

EOQ (Inv. Carrying Cost) =


Total Cost

EOQ (Ordering Cost) =

Basic EOQ

www.pln.co.id |
Dua Hal Yang Bertentangan

Biaya pemesanan (ordering cost) menghendaki yang dipesan sebesar-


besarnya agar biaya pemesanan minimal,

sedangkan

biaya penyimpanan (Inventory Carrying Cost) menghendaki jumlah


yang dipesan sekecil-kecilnya agar menghemat biaya penyimpanan.

www.pln.co.id |
Study Kasus Perhitungan Persediaan Material
Bagian Pemeliharaan PLTU Tanjung Jati B membutuhkan Ball Bearing sejumlah 4,320 ea/tahun
dengan harga satuan Rp. 250,000 per ea, dengan masa lead time 90 hari kalender (1 tahun = 360 hari
kalender)
 
Dalam rangka pengadaan ball bearing tersebut dibutuhkan biaya – biaya sbb:
Biaya pengiriman = Rp. 5 Juta
Biaya pengadaan administrasi pengadaan = 2,5 Juta
Biaya penyimpanan bearing di Gudang Rp. 3 Juta/tahun
 
Berdasarkan keterangan diatas tentukan nilai EOQ dan ROP yang harus dilakukan seting oleh
Bagian Inventory jika safety stock yang ada adalah 300 ea

www.pln.co.id |
EOQ
  (Inv. Carrying Cost) =  EOQ (Ordering Cost) =
R = 4,320 ea/tahun R = 4,320 ea/tahun
S = 5 juta + 2,5 Juta = 7,5 juta S = 5 juta + 2,5 Juta = 7,5 juta
C = 3 juta/tahun P = 250 ribu

EQO = EQO =
= 147 ea = 465 ea

www.pln.co.id |
Max = 4,140
ROP = (DxL) + SS
ROQ = 2,760 ea
D = 4,320/360 = 12 ea/hari Max-LT Usage
= 3060 ea

L = 90 hari
Safety Stock (SS) = 300 ea
ROP = 1,380

ROP = (12 ea/hari x 90 hari) + 300 ea Safety Stock = 300 ea


= 1,380 ea Lead Time = 90 hari

ROQ = 2 x ROP
= 2 x 1,380
= 2,760 ea

www.pln.co.id |
Tabel Kebijakan Persediaan Material
Strateg i peng endalian pers ediaan Strateg i Pembelian yang
Kriteria Service Level Turno ver Reo rder yang direko mendas ikan direko mendas ikan
(%) (tahunan) Alg o rithm
- Melakukan Kontrak/PO secara manual.
AAA 99.99 0-1 0 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual. - Tidak Kontrak payung

AAB 99.99 0-1 00 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual. - Melakukan Kontrak/PO secara manual.

- Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual. - Tidak Kontrak payung


AAC 95-98 3-5 00 - Melakukan Kontrak/PO secara manual.
- Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual. - Tidak Kontrak payung
ABA 97 1-2 00 - Melakukan Kontrak/PO secara manual.
- Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual. - Tidak Kontrak payung
ABB 97 2-3 00 - Melakukan Kontrak/PO secara manual.
- Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual. - Tidak Kontrak payung
ABC 95 3-4 00 - Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual. - Melakukan Kontrak/PO secara manual.

- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual. - Tidak Kontrak payung
ACA 90 3-5 00 - Melakukan Kontrak/PO secara manual.
- Menentukan nilai ROP/ROQ secara manual.
- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual. - Tidak Kontrak payung
ACB 93 3-4 00 - Melakukan Setup ROP/ROQ secara manual - Melakukan Kontrak/PO secara manual.

- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual. - Tidak Kontrak payung
ACC 95 4-6 00 - Melakukan Setup ROP/ROQ secara manual - Melakukan Kontrak/PO secara manual.
- Tidak Kontrak payung
- Melakukan Process RO Stores menjadi RO Buy secara manual.

K 717.K/DIR/2012 Kebijakan Persediaan Material 77 www.pln.co.id |


ALUR PROSES PENERAPAN KEBIJAKAN MATERIAL -1

(Reff : Kep Direksi No. 717.K/DIR/2010 ttg Kebijakan Persediaan Material) www.pln.co.id |
ALUR PROSES PENERAPAN KEBIJAKAN MATERIAL -2

(Reff : Kep Direksi No. 717.K/DIR/2010 ttg Kebijakan Persediaan Material) www.pln.co.id |
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai