Anda di halaman 1dari 35

Case Report Session

Skizoafektif
Oleh: Preseptor:
Bakti Gumelar | 12100117113 dr. Hj. Gemah Nuripah, Sp.KJ., M.Kes
Eneng Utari Vitaloka | 12100117141

SMF Ilmu Penyakit Jiwa | P3D FK Unisba | RS Muhammadiyah Bandung | 2019


Identitas

 Nama Lengkap : Ny. Y


 Jenis kelamin : Perempuan
 Tanggal Lahir : 63 Tahun
 Status marital : Menikah
 Alamat : Cimahi
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Agama : Islam
 Suku bangsa : Sunda
 Tgl pemeriksaan : 25 Februari 2019
Anamnesis

 Autoanamnesis
 Keluhan Utama: ingin selalu menyendiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli jiwa RS Muhammadiyah Bandung dengan keluhan ingin selalu
menyendiri. Keluhan ini terjadi sejak 1 tahun yang lalu yang terjadi secara tiba-tiba
setelah adik kesayangannya meninggal dunia.
Keluhan disertai dengan rasa sedih, malas mengerjakan pekerjaan rumah tangga
seperti biasa, merasa cape walau tidak melakukan aktifitas, tidak bisa tidur dan nafsu
makan terganggu. Pasein juga mengaku jadi takut melihat orang, takut dan merasa
pusing jika berada di tempat ramai, sehingga pasien jadi sering menghindar dan
mengurung diri di rumah. Pasien juga mengaku jika ada yang mengetuk pintu pasien
sering tiba-tiba berdebar-debar, berkeringat dan merasa takut.
Pasien mengaku dapat mendengar seperti ada yang berbisik dan memanggil kata
“hey”, sering juga melihat sesuatu bayangan yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.
Bayangan itu muncul tiba-tiba, hilang timbul, dan biasanya muncul ketika pasien sedang
diam, bermurung diri, atau sedih. Pasien juga mengaku bayangan itu seperti sedang
mengamati pasien. Pasien merasa ada yang mengendalikan diri pasien sehingga pasien
menjadi lebih senang menyendiri dan merasa takut. Pasien terus berfikir takut
bagaimana jika beretemu anggota keluarga secara berulang.
Pasien menyangkal ada pikiran yang bukan pikirannya masuk kepikiran dia,
dan seseorang atau kekuatan di luar diri pasien yang mengendalikan pikiran atau
tindakan pasien di luar kemampuan pasien. Pasien juga menyangkal melakukan
tindakan yang berulang-ulang.
Pasien juga menyangkal merasakan gembira atau bersemangat yang
berlebihan dibanding biasanya, dan orang sekitar pun tidak melihat pasien lebih
aktif dari biasanya hingga membuat orang sekitar khawatir. Pasien menyangkal
menggunakan obat-obatan tertentu dan meminum alkohol. Tidak ada gangguan
orientasi dan memori dan gangguan penglihatan.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya dan baru berobat ke
dokter Sp.KJ 4 bulan ini. Dari hasil pengobatannya pasien merasa lebih baik dan
rasa takut pasien terhadap orang mulai berkurang.
Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit


kejiwaan atau keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat Hidup
 Masa dalam kandungan dan persalinan tidak diketahui.
 Masa anak-anak dan remaja: tidak diketahui
 Pasien anak ke 2 dari 3 bersaudara
 Pasien saat ini tinggal sendirian .
 Awalnya pasien tinggal dengan adik kesayangannya yang baru 1 tahun
meninggal dunia
 Suami pasien telah meninggal dunia
 Anak- anak pasien sudah menikah dan tinggal diluar kota.
 Pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarganya tidak dekat
terutama kakaknya.
 Pasien mengatakan hubungan dengan tetangganya baik.
Pemeriksaan Fisik

 Kesadaran : compos mentis, pasien tampak sakit ringan


 Tanda vital
Temperatur : tidak dilakukan
Nadi : tidak dilakukan
Respirasi : tidak dilakukan
Suhu : tidak dilakukan
 Status interna : tidak dilakukan
Status Psikiatri
 Kesadaran : compos mentis
 Keadaan Umum : tampak sakit ringan
 Roman mukan : tenang
 Kontak / raport : + / adequate
 Orientasi
Tempat : baik
Waktu : baik
Orang : baik
 Ingatan
Remote : baik
Recent : baik
Recent past : baik
 Perhatian : baik
 Presepsi
Ilusi : (-)
Halusinasi : Auditory (+) , Tactile (-) , Gustatory (-), Olfactory (-),
Visual (+)
 Pikiran
Bentuk : Autistik
Jalan : Koheren
Isi : Tought insertion (-), tought witdrawl (-), Tought broadcasting (-),
Waham kejar (-), Waham kendali (-), waham kebesaran (-),
Flight of idea(-)
 Emosi
Mood : Hipotim
Afek : Serasi
 Wawasan penyakit : full insight
 Tingkah laku : Normoaktif
 Bicara : Normal, kecepatan normal, artikulasi jelas
 Dekorum
kebersihan : baik
sopan santun : baik
kooperatif : baik
Diagnosis Multi Axial

 Aksis I : F25 Gangguan skizoafektif


DD : F20.0 Skizoprenia paranoid
F40.0 Agorafobia
 Aksis II : Z 03.2 Tidak ada diagnosis
 Aksis III : Tidak ada diagnosis
 Aksis IV : Setelah adik kesayangannya meninggal dunia
 Aksis V : GAF scale 70-61 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik
Manajemen

Psikofarmaka
 Antipsikotik: Clozapine 1x100 mg/hari
 Antidepresan : inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) : Fluksetin 1x20
mg/hari

Psikoterapi
 Konseling keluarga
 Terapi psikososial
Prognosis

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
Gangguan Skizoafektif
Definisi

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun gangguan


afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang jelas dan
pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang menonjol.
Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe depresi , manik atau campuran
Epidimiologi

 Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%, mungkin


berkisar antara 0,5% – 0,8%. Tetapi gambaran tersebut masih merupakan
perkiraan.1
 Gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin lebih sering terjadi pada orang
tua daripada orang muda, prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih
rendah pada laki-laki dibanding perempuan, terutama perempuan menikah.
Usia awitan perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada
skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan
perilaku antisosial dan mempuinyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai
Etiologi

Penyebab gangguan skizoafektif tidak diketahui, tetapi empat model konseptual


telah dikembangkan.

 Gangguan dapat berupa tipe skizofrenia atau tipe gangguan mood.


 Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama – sama dari
skizofrenia dan gangguan mood.
 Gangguan skizoafektif mungkin merupakan tipe psikosis ketiga yang berbeda
yang bukan merupakan gangguan skizofrenia maupun gangguan mood.
 Kemungkinan terbesar adalah, bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
heterogen gangguan yang menetap ketiga kemungkinan pertama.1
Gejala klinis

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala


gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.
Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif
Kriteria diagnosis Lamanya setiap episode
harus diketahui karena
Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif dua alasan. Pertama,
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. memenuhi kriteria B,
seseorang harus tahu
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
kapan episode afektif
campuran dengan berakhir dan psikosis
gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia. terus terjadi. Kedua,
memenuhi criteria C,
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.
lama semua episode
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama mood harus digabungkan
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol. dan dibandingkan
dengan lama total
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian
penyakit
bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat Diagnosis gangguan
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum skizoafektif hanya dibuat
apabila gejala-gejala
Sebutkan tipe: defenitif adanya skizofrenia
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau dan gangguan afektif yang
suatu manik menonjol pada saat
bersamaan, atau dalam
suatu episode campuran dan episode depresif berat) beberapa hari yang satu
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat. sesudah yang lain, dalam
Diagnosis banding

 Pasien yang diobati dengan steroid


 penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP),
 beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus
kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang
bersama-sama.
tatalaksana

1. Pengobatan psikoterapi
2. Pengobatan farmakoterapi
Pengobatan psikoterapi

Pasien dapat terbantu dengan kombinasi terapi keluarga, latihan keterampilan


sosial, dan rehabilitasi kognitif. Oleh karena bidang psikiatri sulit memutuskan
diagnosis dan prognosis gangguan skizoafektif yang sebenarnya, ketidakpastian
tersebut harus dijelaskan kepada pasien. Kisaran gejala mungkin sangat luas,
karena pasien mengalamaikeadaan psikosis dan variasi kondisi mood yang terus
berlangsung. Anggota keluarga dapat mengalami kesulitan untuk menghadapi
perubahan sifat dan kebutuhan pasien tersebut
Pengobatan farmakoterapi

Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah


dengan pemberian antipsikotik disertai dengan pemberian antimanik atau
antidepresan. Pemberian obat antipsikotik diberikan jika perlu dan untuk
pengendalian jangka pendek
1. Skizoafektif, episode manik atau campuran (fase akut)3
 Injeksi : Olanzepin 2 x 5-10 mg/hari dengan diazepam 2 x 10 mg/hari.
 Oral : terapi kombinasi
 Olanzepin 1 x 10 - 30 mg/ hari atau risperidon 2 x 1- 3 mg / hari atau
quetiapin hari I (200mg), hari II (400mg), hari III(600mg) dan seterusnya atau
aripirazol 1 x 10 - 30 mg/hari.
 Litium karbonat 2 x 400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik biasanya
dicapai dengan dosis litium karbonat 1200-1800 mg/hari, pada fungsi ginjal
ginjal. Atau divalproat dengan dosis 3 x 250 mg/hari.
 Lorazepam 3 x 1-2 mg/hari kalau perlu.
2. Skizoafektif episode depresi (fase
akut)
Evaluasi resiko bunuh diri :
 Adanya ide, keinginan yang kuat atau rencana bunuh diri.
 Aksesnya ke sarana – sarana bunuh diri.
 Adanya halusinasi komando, gejala psikotik lain atau ansietas yang berat.
 Adanya penyalahgunaan zat atau alkohol.
 Riwayat atau pernah melakukan usaha – usaha bunuh diri sebelumnya.
 Riwayat bunuh diri dalam keluarga.
 Injeksi : olanzapin 2 x 5-10 mg/hari dengan diazepam 2 x 10 mg/hari
 Oral : terapi kombinasi
 Litium 2 x 400 mg/hari dinaikkan sampai kisaran 1200-1800 mg/hari pada fungsi ginjal normal. Atau divalproat
dengan dosis awal 3 x 250 mg/hari. Atau carbamazepin dengan dosis awal 300-800 mg/hari dapat dinaikkan
sampai dosis 800-1600 mg/hari. Atau lamotrigin dengan dosis 200-400 mg/hari.
 Antidepresan Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) , misalnya fluoksetin 1 x 10-20 mg/hari
 Anti psikotika generasi kedua yaitu olanzapin 1 x 10-30 mg/hari atau risperidon 2 x 1-3 mg/hari atau quetiapin
hari I (200mg), hari II (400mg), hari III(600mg) dan seterusnya atau aripirazol 1 x 10 - 30 mg/hari.
Skizofren Paranoid
Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid  adalah sebagai berikut :
1. Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi, yaitu satu gejala dari berikut ini
yang sangat jelas :
a. “Thought echo”, “thought insertion atau withdrawal”, dan “thought broadcasting”.
b. Delusion of control, delusion of influence, atau “passivity”; delusional perception.
c. Halusinasi suara.
d. Waham menetap jenis lain.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e. Halusinasi yang menetap.
f. Break atau Interpolasi  inkoherensi/pembicaraan tidak relevan/ neologisme.
g. Perilaku katatonik.

h. Gejala-gejala “negatif”: apatis, pembicaraan terhenti, respons emosional


menumpul, penarikan diri dari pergaulan sosial, menurunnya kinerja sosial.
i. Perubahan konsisten dan bermakna dlm mutu keseluruhan beberapa aspek
perilaku perorangan  hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, berdiam diri
(self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih.
1. Sebagai tambahan, halusinasi dan/atau waham harus menonjol.
a. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
,dipengaruhi, tau passivity dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas;
b. Suara-suara halusinasi yang mengancam/memberi perintah, atau berupa bunyi
peluit, mendengung, atau bunyi tawa;
c. Halusinasi pembauan/pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain- lain perasaan
tubuh; halusinasi visual jarang.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak, dan pembicaraan serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata.
Terapi Psikofarmaka
 Obat-obat baru dengan aktifitas penghambat serotonin (atipikal) efektif untuk
pasien-pasien yang resisten dengan obat tradisional, terutama pengobatan
dengan gejala negatif dari skizofrenia (menarik diri, emosi buntu,
kemunduran dalam komunikasi dengan orang lain).
 Dibenzodiazepin bersifat atipikal, diantaranya klozapin efektif untuk
mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif
(iritabilitas) maupun yang negatif (social disinterest, incompetence, dan
personal neatness).
Psikoterapi

 Psikoterapi keluarga : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan


hubungan penderita dengan keluarganya .Dengan psikoterapi ini diharapkan
keluarga dapat memahami gangguan jiwa Skizofrenia dan dapat membantu
mempercepatkan proses penyebuhan penderita.
 Psikoterapi suportif : Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan
dorongan ,semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan
semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini kendur dan menurun
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai