Anda di halaman 1dari 26

Ileus Obstruktif

Disusun oleh:
Regina Renatan
112018141

Pembimbing
dr. Michael, Sp.B
Anatomi  Usus Halus
 Bentuk tubuler, sekitar 6 meter
 Duodenum, paling proksimal,
retroperitoneal
 Jejunum dan ileum, terletak di
intraperitoneal
 Lipatan mukosa  plika sirkularis /
valvula conniventes
 Usus Besar
 Diantara anus dan ujung terminal
ileum.
 Segmen awal (sekum)
 Kolon asendens
 Kolon transversum,
 Kolon desendens
 Sigmoid,
 Rectum
 Anus.
Anatomi
 Duodenum  A. Mesenterika
Superior
 Jejunum dan Ileum  A.
Ileocolica.
 V. Messentericus Superior yang
menyatu dengan V. lienalis
membentuk vena porta.
Fisiologi
 Fungsi utama  pencernaan dan penyerapan nutrisi, air,
elektrolit, dan mineral.
 Proses pencernaan
 Dimulai dalam mulut dan lambung (enzim lambung).
 Duodenum (enzim enzim pankreas)
 Usus halus (segmentasi - secara merata mencampur makanan
dengan getah pankreas, empedu, dan usus halus untuk
mempermudah pencernaan)
 Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, yaitu ileum terminal,
akan mengosongkan isisnya ke dalam sekum
 Kontraksi usus yang disebut mass movement ini mendorong isi kolon
ke bagian distal
Definisi
 Gangguan mekanik baik parsial maupun total dari pasase isi
usus.
 Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya
daya mekanik yang mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus.
Epidemiologi
 Adhesi intraabdominal pasca operasi merupakan etiologi
yang paling sering yaitu 75% dari seluruh kasus.
 Etiologi yang sering lainnya adalah hernia dan penyakit
Crohn.
 Pada kolon, kanker merupakan penyebab tersering darri
ileus obstruksi.
Etiologi
 Adhesi
 Hernia inkaserata
 Askariasis
 Invaginasi
 Volvulus
 Kelainan kongenital
 Tumor
Patofisiologi
 Terjadi dilatasi pada usus proksimal secara progresif akibat
akumulasi dari sekresi pencernaan dan udara yang tertelan
(70% dari udara yang tertelan) dalam lumen.
 Menstimulasi aktivitas sel sekretori
 Bertambahnya akumulasi cairan
 Peristaltik meningkat pada bagian atas dan bawah dari
obstruksi, dengan buang air besar yang jarang dan flatus pada
awal perjalanan.
 Muntah dan pengosongan isi usus merupakan penyebab utama
kehilangan cairan dan elektrolit dehidrasi, hipovolemik.
 Perforasi dapat terjadi pada bagian yang iskemik (usus halus) 
perforasi.
Klasifikasi

 Penyebabnya
 Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu
empedu.
 Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
 Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
 Lokasi obstruksi :
 Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
 Letak Tengah : Ileum Terminal
 Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
Klasifikasi
 Jenis dasar:
 Ileus obstruktif sederhana, obstruksi tidak disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah.
 Ileus obstruktif strangulasi, obstruksi yang disertai adanya
penjepitan pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan
berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan
gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan
gangren.
 Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, terjadi bila jalan masuk dan
keluar suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit
terdapat dua tempat obstruksi.
 Keperluan klinis dan berdasarkan letak sumbatan
 Ileus obstruktif usus halus, obstruksi letak tinggi dimana
mengenai duodenum, jejunum dan ileum
 Ileus obstruktif usus besar, obstruksi letak rendah yang
mengenai kolon, sigmoid dan rectum.
Gejala

 Nyeri abdomen
 Adanya flatus atau feses
 Muntah selama 6-12 jam setelah
 Distensi gejala merupakan ciri khas
 Kegagalan buang air besar dari obstruksi parsial.
atau gas (konstipasi).
Diagnosis
 Anamnesis
 Riwayat operasi, adhesi dalam perut karena pernah
dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia
 Nyeri
 Muntah

Usus halus Usus besar


Kolik Sekitar umbilikus Suprapubik
Muntah Kehijauan Onset muntah
lama
Pemeriksaan Fisik

Kehilangan turgor kulit


maupun mulut dan lidah
 Tanda generalisata dehidrasi kering

 Distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.


 Orang kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour”
(gambaran kontur usus) maupun “darm steifung” (gambaran
gerakan usus)
Pemeriksaan Fisik

 Palpasi dan Perkusi  Auskultasi


 kehadiran episodik
 Distensi abdomen
gemerincing logam bernada
 Hipertympani  obstruksi tinggi dan gelora (rush’)
diantara masa tenang.
 Peristaltik menurun juga
bising usus bisa tidak ada
atau menurun parah.
Pemeriksaan Fisik

 Colok dubur
 Tonus sfingter ani biasanya cukup namun ampula recti sering
ditemukan kolaps terutama apabila telah terjadi perforasi akibat
obstruksi.
 Mukosa rectum dapat ditemukan licin dan apabila penyebab
obstruksi merupakan massa atau tumor pada bagian anorectum
maka akan teraba benjolan yang harus kita nilai ukuran, jumlah,
permukaan, konsistensi, serta jaraknya dari anus dan perkiraan
diameter lumen yang dapat dilewati oleh jari.
 Pada ileus obstruktif usus feses tidak teraba pada colok dubur
dan tidak dapat ditemukan pada sarung tangan.
 Pada sarung tangan dapat ditemukan darah apabila penyebab
ileus obstruktif adalah lesi intrinsik di dalam usus.
Pemeriksaan Penunjang
 Foto polos abdomen
 Laboratorium  Distensi usus bagian proksimal obstruksi
 Obstruksi intestinal yang  Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
sederhana tidak akan  Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid
menyebabkan levels
perubahan pada hasil  Posisi supine dapat ditemukan :
laboratorium jadi
 distensi usus
pemeriksaan ini tak
 step-ladder sign
akan banyak membantu
 String of pearls sign, gambaran beberapa
untuk diagnosis obsruksi
kantung gas kecil yang berderet
intestinal yang
sederhana.  Coffee-bean sign, gambaran gelung usus
yang distensi dan terisi udara dan gelung
usus yang berbentuk U yang dibedakan
dari dinding usus yang oedem.
 Pseudotumor Sign, gelung usus terisi
oleh cairan.
Dilatasi Usus Multipel air fluid
level dan “string of
pearls” sign
Coffee bean
appearance Step ledder sign
Pemeriksaan Penunjang
 CT-Scan
 Menentukan diagnosa dini atau obstruksi strangulate dan menyingkirkan
penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis dan temuan radiologis
lain tidak jelas.
 Membedakan penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia
karena penyebab ekstrinsik dari neoplasma dan penyakit Chron karena
penyebab intrinsik.

 MRI  USG
 Efektif untuk menentukan  Menberikan gambaran dan
lokasi dan etiologi dari penyebab dari obstruksi dengan
obstruksi. Namun, MRI melihat pergerakan dari usus
memiliki keterbatasan antara halus.
lain kurang terjangkau dalam  Usus yang distensi
hal transport pasien dan  Lokasi dari usus yang distensi
kurang dapat menggambarkan
massa dan inflamasi.
Diagnosis banding

 Ileus paralitik
 Appensicitis akut
 Kolesistitis, koleliathiasis, dan kolik bilier
 Konstipasi
 Dysmenorhoe, endometriosis dan torsio ovarium
 Gastroenteritis akut dan inflammatory bowel disease
 Pancreatitis akut
Penatalaksanaan
 Perbaikan KU – dehidrasi
 Dekompresi
 Pada pemberian resusitasi cairan intravena, hal lain yang juga
penting untuk dilakukan ialah pemasangan nasogastric tube.
Pemasangan tube ini bertujuan untuk mengosongkan lambung,
mengurangi resiko terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan
meminimalkan terjadinya distensi abdomen. Pasien dengan
obstruksi parsial dapat diterapi secara konservatif dengan resusitasi
dan dekompresi saja. Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif
dilaporkan sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial.
 Operatif
 Obstruksi intestinal komplit
Penatalaksanaan
 Koreksi sederhana (simple correction).
 Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan
usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
 Tindakan operatif by-pass.
 Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
 Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari
tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
 Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas
lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi
strangulata, dan sebagainya.
Komplikasi

 Komplikasi pada pasien ileus obstruktif dapat meliputi


gangguan keseimbangan elektrolit dan cairan, serta iskemia
dan perforasi usus yang dapat menyebabkan peritonitis,
sepsis, dan kematian
Prognosis

 Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8%


asalkan operasi dapat segera dilakukan. Keterlambatan
dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi
atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas
sampai sekitar 35% atau 40%. Prognosisnya baik bila
diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat.
Kesimpulan
 Ileus obstruksi merupakan gangguan mekanik baik parsial
maupun total dari pasase isi usus karena adanya daya mekanik
yang mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan atau penyumbatan lumen usus.
 Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah
dan obstipasi. Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah
gejala merupakan ciri khas dari obstruksi parsial. Diagnosis
ileus obstruktif tidak sulit, salah satu yang hampir selalu harus
ditegakkan atas dasar klinik dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, kepercayaan atas pemeriksaan radiologi dan
pemeriksaan laboraorium harus dilihat sebagai konfirmasi dan
bukan menunda mulainya terapi yang segera. Pasien dengan
obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi, sehingga
membutuhkna perbaikan cairan. Secara umum, pasien dengan
obstruksi intestinal komplit membutuhkan terapi operatif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai