Anda di halaman 1dari 18

Martiana Suciningtyas

Bag. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal FK


UGM
Definisi
 Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat
oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik
terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun
bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia,
berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah
jabatan untuk kepentingan peradilan.
 Surat Keterangan Medis adalah keterangan yang
dibuat oleh dokter mengenai hasil pemeriksaan medik
atas permintaan pasien.
Dasar Hukum
 PASAL 1 STAATSBLAD No.350 TAHUN 1937
Visa reperta dari dokter-dokter, yang dibuat atas
sumpah jabatan yang diikrarkan pada waktu
menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri
Belanda atau di Indonesia, atau atas sumpah khusus,
sebagai dimaksud dalam pasal 2, mempunyai daya
bukti dalam perkara-perkara pidana, sejauh itu
mengandung keterangan tentang yang dilihat oleh
dokter pada benda yang diperiksa.
 Pasal 120 KUHAP: kewenangan bersifat umum bagi
penyidik untuk meminta keterangan ahli (pasal 1
butir 28 KUHAP).
 Pasal 133 KUHAP: ketentuan khusus penyidik
menangani kasus tindak pidana untuk meminta
keterangan ahli yang khusus (dasar pengadaan VeR)
 Pasal 180 & 186 KUHAP: keterangan ahli.
 Pasal 187 KUHAP: surat keterangan seorang ahli.
 Keputusan Menkeh No. M.01.PW.07-03 tahun 1982:
pedoman pelaksanaan KUHAP.
Pejabat peminta V et R
 Pasal 7 ayat 2 & pasal 11 KUHAP: penyidik dan penyidik pembantu.
 Pasal 2 PP No.27 Tahun 1983:
◦ Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu
yang sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi.
◦ Penyidik adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-
kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (golongan II/b) atau
yang disamakan dengan itu.
 Pasal 3 PP No.27 Tahun 1983:
◦ Penyidik Pembantu adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Sersan Dua polisi.
◦ Penyidik Pembantu adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan II/a) atau
yang disamakan dengan itu.
 Pasal 27 UU No.5 Tahun 1991: Kejaksaan dapat meminta keterangan
ahli.
Syarat Administrasi
 Sebelum dilakukan pemeriksaan/otopsi perlu diperiksa
kelengkapan dan kebenaran data korban secara
administrasi:
1. Surat permintaan otopsi secara tertulis dari penyidik,
dilampiri surat persetujuan keluarga bermaterai.
2. Surat penyerahan jenazah dari penyidik dengan surat
tanda bukti serah terima barang bukti jenazah forensik.
3. Berita acara pemeriksaan perkara atas TKP (tempat
kejadian perkara).
4. Berita acara penyegelan barang bukti oleh penyidik.
5. Rekam medis bila sebelumnya korban mendapatkan
perawatan.
Surat Permintaan Penyidik
 Keabsahannya:
◦ Diteliti dari sudut kelengkapan administratif surat:
 Kepala surat instansi penyidik
 Nomor surat
 Tanggal surat
 Identitas yang akan diperiksa
 Tempat dan waktu kejadian perkara atau ditemukannya
 Tanda tangan
 Nama lengkap
 NRP petugas yang menandatangani
 Stempel jabatan
Contoh label
STRUKTUR & ISI VISUM et
REPERTUM
VeR dibuat memenuhi ketentuan umum:
a. Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa.
b. Bernomor dan bertanggal.
c. Mencantumkan kata “Pro justitia” di bagian atas (kiri/tengah).
d. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e. Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan
temuan pemeriksaan.
f. Tidak menggunakan istilah asing.
g. Ditandatangani dan diberi nama jelas.
h. Berstempel instansi pemeriksa tersebut.
i. Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan.
j. Hanya diberikan kepada penyidik peminta VeR (instansi). Apabila lebih dari
satu instansi peminta, maka kedua instansi tersebut diberi VeR masing-
masing “asli”.
k. Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya,
dan disimpan sebaiknya sehingga 30 tahun.
Jenis Visum et Repertum
 Dikaitkan dengan materi yang diperiksa dan
pemeriksaan yang mendasarinya:
1. visum et repertum psikiatrik  dibuat untuk
menerangkan status kejiwaan seseorang dengan
menggunakan ilmu psikiatri, umumnya yang diperiksa
bukan korban tindak pidana, tapi tersangka
/terdakwa.
Visum ini penting utk menentukan apakah seseorang
tersangka pelaku tindak pidana dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.
2. visum et repertum fisik
a. Visum et repertum jenazah
b. Visum et repertum korban hidup  ver
perlukaan, keracunan, kejahatan seksual
Visum ini dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan
medis terhadap fisik manusia korban tindak pidana.
Pembuat visum et repertum (fisik)  dokter
penanggungjawab pasien atau korban tindak pidana
tsb.
 Dikaitkan dengan kelengkapan isinya:
1. visum et repertum sementara
dibuat bila korban belum selesai perawatannya
tetapi keterangan tentang cederanya diperlukan oleh
penyidik, apabila korban pindah tempat perawatan
sebelum perawatannya selesai.
Visum sementara  tidak menyebutkan derajat
luka/kualifikasi luka.
2.visum et repertum definitif  dibuat segera setelah hasil
pemeriksaan diperoleh.
Visum et Repertum
 Visum et repertum terdiri dari 5 bagian, yaitu:
1. Pembukaan  Projustisia
2. Pendahuluan  berisi data identitas pemohon,nomor
surat, identitas pemeriksa, identitas pasien/barang bukti
dan identitas peristiwa.
3. Pemberitaan  berisi data hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi.
4. Kesimpulan;
Visum hidup  berisi identitas, diagnosis
(termasuk berat ringannya penyakit atau trauma), ada
tidaknya pertentangan antara diagnosis/trauma yang
ditemukan dengan riwayat yang diberikan.
Visum jenazah  berisi identitas korban, kelainan-
kelainan akibat peristiwa/penyakit sebelumnya,
mengapa terjadi kelainan tersebut apakah akibat
kekerasan tumpul, tajam, racun dll (akibat penyebab),
sebab kematian dan saat kematian.
5. Penutup  berisi pernyataan bahwa laporan yang
dibuat berdasarkan sumpah dokter.
 Untuk surat keterangan medis  tidak diperlukan
pencantuman projustisia, karena pada hakekatnya
hubungan yang ada  murni dokter-pasien tanpa ada
kaitan dengan peradilan.
Dasar membuat kesimpulan
 Mempergunakan ilmu kedokteran
 Hasil pemeriksaan medis
 Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah medis
 Informasi diluar pemeriksaan medis dapat dijadikan
pertimbangan
Kaidah penulisan VeR
 Bahasa yang digunakan diusahakan menggunakan
bahasa yang komunikatif untuk masyarakat awam
 Hindari penggunaan bahasa medis yang sulit
 Setelah titik dari kalimat terakhir harus diikuti garis
lurus sampai akhir baris
 Bagian akhir dari suatu keterangan selalu ditulis
nomor yang ditunjuk sebagai alasan
 Penulisan angka diganti dengan huruf
Perbedaan : V et R Surat Keterangan Medis

Korban/penderita Merupakan barang bukti medis Merupakan pasien


Pembuat Dokter Dokter atau dokter gigi

Awal kontrak / Kontrak pemeriksaan dari pihak Kontrak pemeriksaan dari


permintaan berwenang (polisi, jaksa, pasien sendiri
pemeriksaan hakim)
Format laporan Dalam bentuk visum et Dalam bentuk surat
repertum keterangan medis (misal
surat keterangan sehat)
Penyerahan laporan Diserahkan kepada pihak Diserahkan hanya kepada
pemohon pasien
Masa berlaku Sampai berakhirnya proses Ada batas waktu
peradilan tertentenggang waktu
tertentu)
Informed consent Tidak diperlukan Harus ada

Anda mungkin juga menyukai