Anda di halaman 1dari 14

BERSATU DALAM

KERAGAMAN DAN
DEMOKRASI
Kelompok Abu Bakar as- Shiddiq
1. Arya hasbi .S
2. Ahmad Badawe
3. Alvin Sodli
Demokrasi dan Syura dalam Islam

Demokrasi diidentikkan dengan dan Syura dalam Islam karena


adanya persamaan antara keduanya.

• Demokrasi
Kata Demokrasi berasal dari kata “Demos” yang berarti Rakyat. Dan “Kratos”
yang berarti Kekuatan. Menurut Abraham Lincoln, Demokrasi
adalah pemerintahan dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat
(Government of the People, by the People, for the People).
Dalam QS.Ali-Imran ayat 159 :

ُّ ‫ب ََل ْن َف‬ ًّ َ ‫م ۖ وَلَ ْو ُك ْن‬


‫م‬ْ ‫ف َع ْن ُه‬ ُ ‫اع‬ ْ ‫ك ۖ َف‬َ ِ‫ح ْول‬ ْ ‫ضوا ِم‬
َ ‫ن‬ ِ ‫ت َفظا َغلِيظَ ْال َق ْل‬ ْ ‫ت لَ ُه‬ ِ ‫ة ِمنَ ه‬
َ ‫َّللا لِ ْن‬ َ ‫ح‬
ٍ ‫م‬ ْ ‫َف ِبمَا َر‬
َ‫َك ِلين‬ ِ ‫م َتو‬ُ ‫ب ْال‬ُّ ‫ح‬ َ‫ن ه‬
ِ ‫َّللا ُي‬ ‫َّللا ۚ إِ ه‬
ِ ‫ل َعلَى ه‬ ْ ‫ت َف َتو هَك‬
َ ‫م فِي ْاْلَ ْم ِر ۖ َف ِإ َذا َعز َْم‬ ْ ‫ه‬ُ ‫او ْر‬
ِ ‫َش‬َ ‫مو‬ْ ‫َاست َْغ ِف ْر لَ ُه‬
ْ ‫و‬

Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Secara istilah, kata demokrasi dapat ditinjau dari dua segi makna.
• Pertama,
demokrasi dipakai sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik
pemerintah, yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap adanya kekuasaan
yang terkonsenntrsi pada satu orang dan menghendaki peletakan kekuasaan
ditangan orang banyak (Rakyat) baik secara langsung maupun dalam perwakilan.

• Kedua,
demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang meghargai hak-hak dan
kemampuan indivdu dalam kehidupan bermasyarakat.
Syura
• Menurut bahasa, dalam kamus mu’jam maqayis al -Lugah, syura memilik dua
pengertian, yaitu menampakan dan memaparkan sesuatu atau mengambil
sesuatu.
Seperti dalam surah Asy Syura: 38
َ ‫م ُي ْن ِف ُق‬
‫ون‬ ُ ‫ما َرَ َْقن‬
ْ ‫َاه‬ ‫م َو ِم ه‬
ْ ‫ى بَ ْين َُه‬ ُ ‫م‬
ٰ ‫شو َر‬ ُ ‫ص ََل َة وَأَ ْم ُر‬
ْ ‫ه‬ ‫م وَأَ َقا ُموا ال ه‬ ْ َ‫وَاله ِذين‬
ْ ‫اس َتجَا ُبوا لِ َربِ ِه‬
Artinya :
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya, dan
mendirikan salat, sedang nrusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami-berikan kepada
mereka.” (QS Asy Syura: 38).
Isi kandungan surah Asy-Syura diatas adalah agar senantiasa bermusyawarah untuk
menentukan sikap di dalam menghadapi hal-hal yang pelik dan penting.
Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi
Syura, diantara mereka adalah :
a. Ar-Raghib al-Asfhani dalam kitabnya Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an,
mendefinisikan syura sebagai “proses mengemukakan pendapat dengan saling
mengoreksi antara peserta syura”.
b. Inu al-Rabi al-Maliki dalam Akham al-Qur’an medefinisikannya dengan
“berkumpul untuk menerima pendapat (dalam suatu permasalahan) yang peserta
syura nya saling mengeluarkan pendapat yang dimiliki”.
c. Sedangkan definisi syura diberikan oleh pakar fikih kontemporer dalam asy syura
fi zilli nizami al-Hukum al-Islami. Diantaranya adalah
d.“proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permaasalahan untuk
mencapai solusi yang mendekati kebenaran”.
Persamaan dan Perbedaan Demokrasi
Dengan Syura
• Persamaannya antara demokrasi dengan syura yaitu
proses memaparkan berbagai pendapat yang beraneka ragam dan disertai sisi argumentatif
dalam suatu perkara atau permasalahan, diuji oleh para ahli yang cerdas dan berakal, agar
dapat mencetuskan solusi yang tepat dan terbaik untuk diamalkan sehingga tujuan yang
diharapkan dapat terealisasikan.
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut :
a. Sistem demokrasi hanya berusaha untuk merealisasikan berbagai tujuan yang bersifat
materil demi mengangkat martabat bangsa dari segiekonomi, politik, dan militer.
Sedangkan sistem Syura tetap memperhatikan faktor-faktor tersebut tanpa
mengenyampingkan aspek ruhiyah diniyah, bahkan aspek inilah yang menjadi dasar dan
tujuan dalam sistem Islam.Dalam sistem Islam, aspek ruhiyah menjadi prioritas tujuan dan
kemaslahatan manusia yang terkait dengan dunia mereka ikut beriringan di belakangnya.
b. Di dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh. Suatu undang-
undang disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan masyarakat.
Sedangkan dalam sistem Syura seluruh kendali berpatokan pada hukum Allah
suhanahu wa ta’ala. Masyarakat tidaklah diperkenankan menetapkan suatu
peraturan apapun kecuali peraturan tersebut sesuai dengan hukum Islam yang telah
diterangkan-Nya dalam al-Quran dan lisan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
c. Demokrasi memiliki kaitan erat dengan eksistensi partai-partai politik, padahal
hal ini tidak sejalan dengan ajaran Islam karena akan menumbuhkan ruh
perpecahan dan bergolong-golongan.
d. Syura menggariskan batasan syar’i yang bersifat tetap dan tidak boleh dilanggar
oleh majelis syura. Adapun demokrasi tidak mengenal batasan yang tetap. Justru
aturan-aturan yang dibuat dalam sistem demokrasi berevolusi dan menghantarkan
tercapainya hukum yang mengandung kezhaliman menyeluruh yang dibungkus
dengan slogan hukum mayoritas.
Pandangan Ulama Tentang demokrasi
• a. Abdul A’la Al -Maududi
Abdul A'la Al-Madudi menolak dengan sangat tegas tentang adanya demokrasi.
Menurut pendapatnya, Islam tidak dikenalkan atau mengenal paham demokrasi
yang memberikan kekuasaan besar bahkan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk
menetapkan semua hal-hal yang berkaitan dengan roda pemerintahan yang detail
maupun skala besar. Paham demokrasi ini adalah buatan manusia tepatnya produk
dari kalangan orang-orang Barat atas dasar pertentangan Barat pada agama
sehingga paham ini cenderung menjurus ke arah sekuler. Oleh sebab itu, al-
Maududi memberikan anggapan bahwa demokrasi modern ala Barat merupakan
suatu hal yang bersifat syirik. Menurut pendapatnya, Islam menganut paham yaitu
berdasarkan hukum Tuhan yaitu Allah Swt.
b.Mohammad Iqbal
Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak
menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan
menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam
sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah
pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan
dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta
berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah.
Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syâri’ (legislator) sementara manusia berposisi
sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan) hukum-Nya.
Mohammad Iqbal pun, menawarkan sebuah solusi yaitu konsep demokrasi spiritual
yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Model demokrasi yang disarankan
oleh Iqbal adalah sebagai berikut.
Tauhid sebagai landasan asasi, Kepatuhan terhadap hukum, Saling toleransi sesama
warga. Tidak ada batasan wilayah, ras, dan juga warna kulit. Penafsiran hukum dari
Tuhan melalui ijtihad.
c. Yusuf Al-Qardhawi
Al-Qardhawi berpendapat, bahwa substansi demokrasi adalah sejalan dengan
ajaran agam Islam.
d.Salim Al-Bashnawi
Menurut pendapar dari Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi-sisi
yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, tetapi juga di
dalamnya terdapat sisi negatif yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sisi
baik atau positif dari demokrasi ini adalah adanya kedaulatan rakyat selama hal
tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sementara, Sisi buruknya
adalah penggunaan hak legislatif yang begitu bebas yang bisa mengarah kepada
sikap untuk menghalalkan yang haram dan juga bisa mengharamkan yang halal.
Atas dasar kedua sisi dari demokrasi tersebut Salim Ali al-Bahasnawi memberikan
suatu Islamisasi demokrasi yang dirumuskan sebagai berikut.
1. Menetapkan tanggung jawab setiap dari masing-masing individu di hadapan
Allah Swt.
2. Wakil-wakil rakyat harus berlandaskan akhlak Islam dalam melaksanakan tugas
dan dal musyawarah.
3. Mayoritas tidak menjadi ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak
ditemukan di dalam al-qur'an dan hadist/sunnah.
4. Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan untuk
mendapatkan jabatan sehingga hanya ang bermoral baik yang dapat duduk di
parlemen.
e. Muhammad Imarah
Muhammad Imarah berpendapat bahwa di dalam demokrasi, kekuasaan legislatif
untuk membuat dan menetapkan hukum secara mutlak berada pada tangan
rakyat. Hal itu sangat bertentangan dengan agama islam karena kekuasaan penuh
tersebut ada di tangan Allah Swt.
Allah Swt lah pemegang hukum dan segala kekuasaan tertinggi. Manusia hanyalah
makhluk ciptaanNya yang hanya bisa menjabarkan dan merumuskan hukum-
hukum sesuai prinsip yang diturunkan Tuhan serta juga berijtihad untuk sesuatu
yang tidak diatur secara rinci oleh ketentuan Allah Swt.
Jadi Muhammad Imarah mengemukakan bahwa Allah Swt lah yang berjabat atau
berposisi sebagai legislator, sementara itu manusia hanyalah sebagai faqih atau
yang memahami dan menjabarkan hukum-hukum yang telah digariskan oleh Allah
Swt.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai