Anda di halaman 1dari 46

A NESTESI LO K AL

T U G A S K E PA N I T E R A A N A N E S T E S I
19 MARET – 21 APRIL 2018

Disusun Oleh :
Audrelia Maretha Putri
406172006

Pembimbing :
dr. I Gusti Nyoman Panji Putu Gawa, Sp.An-KIC

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAA SOEWONDO PATI
ANESTESI LOKAL
DEFINISI
• Menghilangkan nyeri pada suatu daerah saat melakukan prosedur operasi atau
tindakan lain yang menimbulkan nyeri
• Hilangnya sensasi di daerah tubuh yang dibatasi disebabkan oleh depresi eksitasi pada
ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer. (Stanley F.
Malamed)
• Pemberian langsung agen anestesi ke jaringan untuk memberikan ketiadaan sensasi
pada sedikit area tubuh. (Mosby’s dictionary)

Blok konduksi Menghambat Ambang potensial Konduksi impuls


saraf, hambat depolarisasi & aksi potensial (sensorik)
influks Na membran tidak tercapai terganggu
SEJARAH
• Carl Koller (1884) : Kokain topikal pada operasi• Ferdinand Cathelin & Jean Sicard (1901) : Anastesi
mata. epidural kaudal.
• Gaedicke (1885) : Kokain bentuk ester asam• Frigel Pages (1921) & Achille Dogloti (1931) :
benzoat yang diisolasi dari tumbuhan koka di Anastesi epidural lumbal.
Pegunungan Andes. • Lofgren (1943) : Anastesi lokal amide  Lidokain.
• Albert Naiman (1860) : Kokain bentuk ekstrak. Penggunaan klinis sejak 1947.
• William Halsted (1884) : ahli bedah, Kokain• 1930 : Dibukain
intradermal & blok saraf fasialis, pudendal, tibialis• 1932 :Tetrakain
posterior & pelxus brachialis.
• 1955 : Kloroprokain
• August Bier (1898) : 3 ml Kokain 0,5% intratekal
• 1957 : Mevipakain
u/anestesi spinal.
(1908) :Anastesi regional IV (Bier Block). • 1960 : Prilokain
• Alfred Einhorn (1904) : Sintesa Prokain • 1963 : Bupivakain
digunakan oleh Heinrich Braun u/anastesi lokal &• 1972 : Etidokain
penambahan epinefrin. • Obat baru : Ropivakain & Levobupivakain
PRINSIP FARMAKOLOGI
• Profil zat anestesi lokal dipengaruhi oleh :
– Daya larut dalam lemak (lipid solubility) Mempengaruhi tingkat penetrasi dan potensi
– Bentuk ikatannya dengan protein (protein binding) melintasi membran sel

– Konstanta disosiasi asam (pKa)


Mempengaruhi kecepatan awitan (onset)
– Dosis Contoh : tetrakain (pKa 8.6) lebih lama
memberikan efek dari lidokain (pKa 7.4)
– Konsentrasi
– Efek vasodilasatornya Semua memiliki efek vasodilator kecuali kokain
Efek vasodilator = jumlah zat di jaringan (banyak yg diserap PD)

• Penambahan vasokonstriktor Kelebihan : Kontraindikasi :


• Meminimalisir perdarahan • Daerah yang mudah nekrosis
• Memperpanjang masa kerja (jari, telinga, penis)
• Meningkatkan efektivitas • Hipertensi
• Mengurangi toksisitas • Kelainan jantung
(mengurangi absorpsi PD) • Kelainan pembuluh darah perifer
KLASIFIKASI
• Berdasarkan gugus yang terdapat pada rantai intermediat
yang memisahkan ujung aromatik & ujung amin
– Golongan asam amino ester : prokain, klorprokain, tetrakain,
kokain
– Golongan asam amino amida : lidokain, mepivakain, prilokain,
bupivakin, etidokain
• Berdasarkan metode aplikasi :
– Anestesi topikal
– Anestesi infiltrasi
– Blok saraf perifer
KLASIFIKASI BERDASARKAN KIMIAWI
Esters Amides
Metabolisme Plasma, Cholinesterase Hati
Reaksi Alergi Ada  PABA Jarang
Stabilitas pada Rusak pada ampul (panas, cahaya Sangat stabil
larutan matahari)

Onset kerja Umumnya lambat Sedang  Cepat


pKa Lebih dari pH = 7.4 (8.5 – 8.9) Mendekati pH = 7.4 (7.6-
8.1)
OBAT YANG SERING DIPAKAI DI INDONESIA

Prokain Lidokain Bupivakain


Golongan Ester Amide Amide
Mula Kerja 2 menit 5 menit 15 menit
Lama Kerja 30-45 menit 45 – 90 menit 2-4 jam
Metabolisme Plasma Hepar Hepar
Dosis maksimal 12 6 2
(mg/kgBB)
KLASIFIKASI BERDASARKAN POTENSI
DAN LAMA KERJA
Kelompok 1 (Potensi lemah & masa kerja singkat)
(± 30 menit)  Prokain, Klorprokain
Kelompok 2 ( Potensi & masa kerja menengah)
(± 60 menit)  Lidokain, Mepivakain, & Prilokain
Kelompok 3 (Potensi kuat & masa kerja panjang)
(> 90 menit)  Bupivakain, Etidokain, & Ropivakain
FARMAKOKINETIK OBAT
• ABSORPSI
Absorpsi sistemik bergantung pada aliran darah, ditentukan oleh
faktor berikut :
– Tempat injeksi dan dosis :
• Absorpsi sistemik sesuai dengan vaskularisasi tempat injeksi.

– Adanya vasokonstriktor :
• Mengakibatkan penurunan absorpsi.

– Karakteristik farmakologi :
• Golongan amida terdistribusi lebih luas daripada golangan ester.
FARMAKOKINETIK OBAT
• DISTRIBUSI
Distribusi bergantung pada uptake organ, yang ditentukan oleh faktor berikut :
– Perfusi jaringan :
• Organ dengan perfusi tinggi  uptake cepat, yang diikuti oleh redistribusi yang lebih lambat ke
jaringan dengan perfusi sedang.

– Koefisien partisi jaringan/darah :


• Ikatan protein plasma yang kuat cenderung akan menahan obat anestesi di dalam darah.

– Massa jaringan :
• Otot merupakan penampungan agen lokal anestesi terbesar karena memiliki massa yang besar.
FARMAKOKINETIK OBAT
• METABOLISME & EKSKRESI
Metabolisme dan ekskresi tergantung pada strukturnya :

–Ester :
• Terutama dimetabolisme oleh pseudokolinesterase.
• Hidrolisisnya sangat cepat dan metabolit larut airnya diekskresi lewat urin.

–Amida :
• Metabolisme di hati oleh enzim mikrosomal kecepatan metabolisme
bergantung pada agen spesifik.
PENAMBAHAN VASOKONSTRIKTOR
• Epinephrine (5µg/mL atau 1: 200.000)  vasokonstriksi pembuluh darah pada
tempat suntikan.

• Jumlah aliran darah akan ↓ sampai 30%  obat anestesi lebih banyak diabsorpsi
oleh sel saraf sekitar dibandingkan masuk ke aliran darah.

• Vasokonstriktor kurang efektif jika dikombinasikan dengan obat anestesi durasi


kerja lama (bupivacaine dan ropivacaine), karen obat anestesi durasi kerja lama,
banyak berikatan dengan jaringan dibandingkan dalam bentuk bebas.
OBAT-OBAT ANESTESI LOKAL
 Kokain  topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama kerja 2-30 menit.
 Prokain  untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB dan lama kerja
30-60 menit.
 Lidokain  konsentrasi efektif minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit, relaksasi otot
cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.
 Bupivakain  konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat dibanding lidokain,
tetapi lama kerja sampai 8 jam.
1. ANESTESI TOPIKAL
• Mudah dilakukan
• Dosis besar  mudah toksisitas
• Kulit utuh :
– 25 mg lidokain & 50 mg prilokain dalam emulsi minyak dalam air
– Diaplikasikan pada tempat operasi
– Dibalut dengan occlusive dressing dalam 1 jam pra bedah
– Efektif pada : pengambilan donor split thickness skin graft
• Mukosa / kulit yang sudah terputus integritasnya :
– Lidokain, tetrakain, benzokain dalam bentuk cairan
2. ANESTESI INFILTRASI
• Menimbulkan anestesi terbatas pada lapangan operasi, tanpa
menginterupsi konduktivitas saraf spesifik
• Dapat menggunakan semua kecuali kokain (efek vasokontriksi besar
& menyebabkan efek kardiovaskuler)
• Intradermal atau subkutan (45’  lapisan lemak subkutan)
• Lapangan operasi yang cukup, anestesi dapat diencerkan dulu
• Sensasi nyeri / burning sensation
3. BLOK SARAF PERIFER
• 2 jenis :
–Blok saraf mayor
• >=2 saraf perifer
• Atau pleksus
• Durasi lebih lama
–Blok saraf minor
• Blokade satu saraf
• Awitan cepat
TOKSISITAS
• Sebagian besar karena penyuntikan IV, pemberian dosis berlebihan
• SSP : depresi jaringan inhibisi korteks, menimbulkan eksitasi pada fase awal, selanjutnya depresi
SSP
• KV : depresi miokardium  depresi sistem KV

Susunan Saraf Pusat Kardiovaskuler


Gelisah Kolaps kardiovaskuler
Tinitus • Hipotensi
Slurred speech • Perfusi jaringan (shock)
Metalic taste • Takikardi
Numbness lip-tongue Fibrilasi ventrikel
Tremor Cardiac arrest
Gangguan kesadaran
Apneu
EFEK SAMPING ANESTESI LOKAL
• Sistem Saraf Pusat:
• Sistem Kardiovaskular:
– Parestesia lidah
– Depresi automatisasi & kontraktilitas
– Pusing, tinitus
miokard
– Pandangan kabur
– Dilatasi arteriolar – Agitasi, konvulsi
– Dosis besar  disritmia / kolaps sirkulasi – Depresi pernafasan
– Tidak sadar-Koma

• Sistem Pernafasan:
• Imunologi
– Relaksasi otot polos bronkus
– Reaksi alergi
– Paralisis saraf frenikus  henti nafas
– Paralisis interkostal • Sistem Muskuloskeletal
– Depresi langsung pusat pengaturan nafas – Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)
KOMPLIKASI ANESTESI LOKAL
• Komplikasi lokal • Komplikasi sistemik
– Tempat suntikan : edema, abses, – Umumnya reaksi neurologis dan
nekrosis dan gangren. kardiovaskuler.
– Infeksi. – Pengaruh pada pons dan batang
otak  depresi.
– Iskemia jaringan dan nekrosis.
– Pengaruh kardiovaskuler : pe↓an
TD, depresi miokardium serta
gangguan hantaran listrik jantung.
PEMBAGIAN ANESTESI REGIONAL
BLOK SENTRAL BLOK PERIFER
(BLOK NEUROAKSIAL) (BLOK SARAF)

1. Blok spinal 1. Anestesi topikal


2. Infiltrasi lokal
2. Blok epidural
3. Blok lapangan
3. Blok kaudal
4. Analgesia regional intravena
Blok sentral (blok neuroaksial)  meliputi blok spinal, epidural, dan
kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
Blok neuroaksial menyebabkan blok simpatis, analgesia sensoris dan blok
motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi, dan volume obat anestesi
lokal).
• Pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid.
• Disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal.
• Agar mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus
kutis  subkutis  Lig. Supraspinosum  Lig. Interspinosum  Lig.
Flavum  ruang epidural  durameter  ruang subarachnoid.
ANESTESI SPINAL
LEVEL ANESTESI SPINAL
OBAT ANESTESI SPINAL
• Lidokaine (xylocain, lignokain) 2%
– dosis 20-100mg (2-5ml).

• Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7,5%


– dosis 20-50 mg (1-2ml).

• Bupivakaine (markaine) 0.5% dalam air


– dosis 5-20mg (1-4ml).

• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%


– dosis 5-15mg (1-3ml).
KOMPLIKASI ANESTESI SPINAL

• Komplikasi tindakan : • Komplikasi pasca tindakan :


– Hipotensi berat
– Nyeri tempat suntikan
– Bradikardia
– Nyeri punggung
– Hipoventilasi
– Trauma pembuluh saraf – Nyeri kepala karena kebocoran
– Trauma saraf
likuor
– Mual-muntah – Retensio urine
– Gangguan pendengaran – Meningitis
– Blok spinal tinggi atau spinal total
ANESTESI EPIDURAL
• Blokade saraf dengan menempatkan obat di ruang epidural.

• Ruang epidural : antara lig. flavum dan duramater. Kedalaman ruang ini sekitar
5 mm dan di bagian posterior kedalaman maksimal pada daerah lumbal.

• Obat anestetik lokal di ruang epidural bekerja langsung pada akar saraf spinal
yang terletak di lateral.

• Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding anestesi spinal, kualitas
blokade sensorik-motorik juga lebih lemah.
ANESTESI EPIDURAL
SENSORY DERMATOME
OBAT ANESTESI EPIDURAL
• Lidokain (Xylokain, Lidonest)
– Umumnya digunakan 1-2%, dengan mula kerja 10 menit dan relaksasi otot baik.
– 0.8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik.
– 1.5% lazim digunakan untuk pembedahan.
– 2% untuk relaksasi pasien berotot.

• Bupivakain (Markain)
– Konsentrasi 0,5% tanpa adrenalin, analgesi mencapai 8 jam.
– Volume yang digunakan <20ml.
KOMPLIKASI ANESTESI EPIDURAL

• Komplikasi
– Blok tidak merata
– Depresi kardiovaskuler (hipotensi)
– Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)
– Mual-muntah
ANESTESI KAUDAL
• Anestesi kaudal ~ anestesi epidural, karena kanalis kaudalis adalah
kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang
kaudal melalui hiatus sakralis.

• Ruang kaudal berisi saraf


sakral, pleksus venosus,
filum terminale dan kantong
dura.
EFEK FISIOLOGIS BLOK SENTRAL
• Efek Kardiovaskuler:
– Blok simpatis  penurunan tekanan darah (hipotensi).
– Efek simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal, 2-6 dermatom di atas level blok sensoris, sedangkan
pada epidural, terjadi blok pada level yang sama.
– Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading), apabila telah terjadi hipotensi dapat diterapi dengan
pemberian cairan dan vasopressor seperti efedrin.
– Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal  bradikardi sampai cardiac arrest.
• Efek Respirasi:
– Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5) : hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak
 respiratory arrest.
– Dapat terjadi blok nervus phrenicus  gangguan gerakan diafragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi
dan ekspirasi.
• Efek Gastrointestinal:
– Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%  hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis
dikarenakan oleh simpatis yg terblok.
PERIPHERAL NERVE BLOCK
ANESTESI REGIONAL IV (“BIER” BLOCK)
TERIMA K ASIH

Anda mungkin juga menyukai