Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

• KIMIA ANALITIK : berhubungan dengan teori dan praktek dari metode-


metode yang dipakai untuk menetapkan komposisi bahan. Dalam
pengembangan metode analisis, dukungan bidang ilmu lain seperti fisika,
biologi dan komputer diperlukan.
• ANALISIS KUALITATIF : berkaitan dengan identifikasi zat-zat kimia
(unsur atau senyawa) yang terkandung dalam sampel.
• ANALISIS KUANTITATIF : berkaitan dengan penetapan berapa banyak
suatu zat tertentu terkandung dalam sampel. Zat yang ditetapkan tersebut
sering disebut sebagai analit atau konstituen. Jika analit tersebut menyusun
lebih dari 1% dari sampel dapat dianggap sebagai konstituen utama. Bila
jumlah analit sekitar 0,01% - 1% dikategorikan sebagai analit minor, dan
bila kurang dari 0,01% disebut sebagai konstituen perunut (trace).
• Analisis kuantitatif juga biasa diklasifikasikan berdasarkan ukuran sampel.
Jika sampel lebih besar dari 0,1 g, diklasifikasikan sebagai analisis makro,
sampel antara 10 – 100 mg disebut analisis semimikro, sementara analisis
mikro untuk sampel dengan ukuran antara 1 – 10 mg; dan ultra mikro
melingkupi sampel dalam orde mikrogram ( 1 μ = 10 -6 g)

1
METODOLOGI KIMIA ANALITIK

•Suatu analisis yang lengkap terdiri dari lima tahap utama yaitu :
1.Pencuplikan sampel : yaitu pemilihan bagian sampel yang
representatif
2.Pelarutan sampel
3.Konversi analit menjadi suatu bentuk yang dapat diukur
4.Pengukuran
5.Perhitungan dan penafsiran dari hasil pengukuran tersebut.

Disamping lima tahapan ini, ada beberapa tahapan lain yang mungkin
dibutuhkan, misal pengeringan sampel dan pengkuran berat atau
penimbangan yang akurat dari sampel atau pengukuran volume (bila
sampel berupa gas). Hal ini mutlak diperlukan karena hasil kuantitatif
biasanya dilaporkan dalam satuan relatif, misalnya jumlah gram analit
per 100 g sampel (persen berat).

2
PENCUPLIKAN SAMPEL
• Tahapan ini dilakukan untuk memperoleh suatu sampel yang mewakili
semua komponen. Proses ini umumnya melibatkan aplikasi statistik
dalam arti bahwa kita akan menarik kesimpulan mengenai susunan
sampel ruahan dari analisis terhadap bagian yang sangat kecil dari
bahan tersebut.
• Tahapan untuk zat padat, untuk ini kita ambil contoh kasus batubara :
1. Memilih seporsi besar batubara, diperoleh sampel kasar (gross). Ukuran
sampel yang diperlukan bergantung pada faktor-faktor seperti ukuran
partikel dan homogenitas partikel. Dalam kasus batubara sampel kasar
harus sekitar 1000 lb, jika partikel tidak lebih dari sekitar 1 inci panjang,
lebar ataupun tingginya. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan
mencomot secara berulang dari conveyor belt yang berputar. Atau, jika
batubara itu disekop dari truk, tiap sekopan ke 50 dapat disisihkan
sebagai sampel.
2. Sampel kasar ini kemudian ditumbuk secara sistematis dan ukurannya
dikurangi. Pengurangan sampel dilakukan dengan menimbun sampel
sampai membentuk kerucut, kemudian kerucut dipadatkan dan dibagi
menjadi 4 bagian yang sama besar dan 2 bagian dibuang.

3
Pencuplikan sampel, continue

• Pengurangan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan piranti


mekanis yang disebut pengocok (riffle). Alat ini terdiri dari barisan talang
kecil melandai yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap talang secara
selang-seling membuang sampel dalam arah berlawanan. Dengan cara ini
sampel akan terbagi dua.

CAIRAN
• Untuk sampel yang mengalir dalam sistem pipa, diambil dari titik-titik yang
berlainan dalam sistem itu.
• Dalam suatu danau atau sungai, sampel diambil pada lokasi yang berlainan
dan pada kedalaman yang berbeda-beda.
• Dalam menguji pemurnian alamiah dari suatu sungai yang tercemar,
sampel diambil disejumlah tempat ke arah hilir dari tempat pembuangan
limbah.
• Untuk pengambilan sampel pada variasi kedalaman digunakan “grab
sampler”

4
Pencuplikan sampel bentuk Gas

• Dalam mengumpulkan suatu sampel udara untuk analisis, maka volume


yang diambil, laju serta lamanya pencuplikan merupakan faktor-faktor
penting.
• Biasanya udara dialirkan lewat sederetan penyaring halus untuk
memisahkan materi butiran, dan dilewatkan ke dalam kolom larutan
sehingga terjadi suatu reaksi kimia yang dapat memerangkap komponen
yang diinginkan.

5
MELARUTKAN SAMPEL

• Secara umum bahan-bahan yang terdapat di alam, seperti bijih dan


produk-produk logam, harus diolah secara khusus agar dapat dilarutkan.
Ada dua metode spesifik yang paling lazim digunakan yakni (1)
pengolahan dengan asam klorida, nitrat, sulfat atau perklorat, dan (2)
pelelehan bersama suatu fluks asam atau basa, diikuti pengolahan
dengan air atau suatu asam.
• Kerja asam selaku pelarut bergantung pada beberapa faktor :
1. Reduksi ion hidrogen oleh logam lebih aktif daripada hidrogen, misalnya:
Zn(s) + 2H+ ------------ Zn2+ + H2 (g)

2. Bereaksinya ion hidrogen dengan anion asam lemah, misalnya


CaCo3 (s) + 2 H+ ------------ Ca2+ + H2O + CO2 (g)

3. Sifat oksidasi dari anion asam, misalnya

3Cu (s) + 2NO3- + 8H+ ------------ 3Cu + 2NO (g) + 4H2O

6
Melarutkan sampel (continue)

4. Kecenderungan anion asam itu untuk membentuk kompleks yang dapat


larut dengan kation zat yang dilarutkan, misalnya
Fe3+ + Cl- --------------- FeCl2+

Asam klorida dan nitrat merupakan asam paling lazim digunakan untuk
melarutkan sampel. Ion klorida memiliki kecenderungan kuat
membentuk komplek yang larut dengan banyak unsur. Sementara ion
nitrat merupakan pengoksidasi yang kuat. Campuran kedua asam ini
(aqua regia) merupakan pelarut yang sangat ampuh.

Kebanyakan zat yang tahan terhadap serangan air atau asam akan lebih
larut setelah dilelehkan dengan suatu fluks yang tepat. Fluks basa seperti
natrium karbonat digunakan untuk menyerang bahan asam seperti silikat.
Fluks asam seperti kalium hidrogen sulfat digunakan untuk bahan basa
seperti bijih besi. Fluks juga bisa menggunakan zat pengoksidasi atau
pereduksi seperti natrium peroksida.

7
MENGUBAH ANALIT MENJADI BENTUK DAPAT DIUKUR
• Sebelum melakukan pengukuran biasanya analis harus memecahkan
masalah “gangguan”. Misalnya, dalam penetapan tembaga dari suatu
sampel dengan penambahan kalium iodida dan menitrasi iodin yang
dibebaskan dengan natrium tiosulfat. Jika larutan juga mengandung ion
besi (III), maka ion yang juga akan mengoksidasi iodida menjadi iodin ini
harus terlebih dahulu dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan dengan
menambahkan natrium flourida ke dalam larutan sehingga besi (III) akan
diubah menjadi kompleks FeF6 3- yang stabil.
• Cara lain adalah dengan pemisahan secara fisika. Misalnya dalam
penentuan kadar magnesium dalam sampel yang juga mengandung ion
besi (III) dan magnesiumnya akan diendapkan sebagai bentuk oksalat.
Untuk ini terlebih dahulu kita harus mengendapkan besi (III) sebagai
hidroksida dengan penambahan amonia pada pH sekitar 6,5, dimana pada
pH ini magnesium tidak akan mengendap.
• Cara pengendapan ini paling umum digunakan dalam analisis gravimetri,
misal dalam penentuan klorida, dimana unsur ini diendapkan sebagai perak
klorida kemudian disaring dan dikeringkan dan ditimbang.

8
PENGUKURAN

• Pengukuran dapat dilakukan dengan cara kimia, fisika atau biologi.


• Teknik pengukuran yang digunakan dapat dikelompokan menjadi metode
titrimetri, gravimetri, dan instrumental.

PERHITUNGAN DAN PENAFSIRAN PENGUKURAN


• Tahap terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase analit
dalam sampel. Metode titrimetri dan gravimetri, misalnya, didasarkan pada
hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi kimia. Dalam spektrofotometri
absorbansi, sifat yang diukur berbanding lurus dengan konsentrasi analit
dalam larutan.
• Dalam penafsiran hasil pengukuran harus dipertimbangkan adanya
kesalahan atau galat.

9
GALAT DAN PENGOLAHAN DATA ANALITIK

• Galat adalah perbedaan numerik antara nilai yang dihitung dengan nilai
sebenarnya. Nilai sebenarnya dari suatu kuantitas adalah sesuatu yang kita
tidak pernah tahu secara pasti.
• Galat pasti atau galat sistematis adalah galat yang berasal dari penyebab
yang pasti sepeti instrumen yang tidak dikalibrasi secara benar, pengotor
dalam tabung reaksi, reaksi samping dalam titrasi, dan pemanasan sampel
dalam suhu yang terlalu tinggi. Galat pasti tidak memiliki arah terhadap nilai
sebenarnya dan biasanya terjadi berulang kali.
• Galat pasti diklasifikasikan ke dalam galat metodik, operatif, dan
instrumental. Galat metodik berhubungan dengan metode analisis yang
digunakan. Galat operatif berkaitan dengan batas kemampuan manusia
sebagai pelaku eksperimen, sementara galat instrumen berhubungan
dengan batas kemampuan dari instrumen yang digunakan.
• Pada umumnya sumber galat berasal lebih dari satu kategori, misalnya
galat akan selalu terjadi pada penimbangan bahan yang higroskopik, bila
pelaku penimbangan juga memiliki teknik penimbangan yang jelek maka
galat akan bertambah.

10
GALAT, CONTINUE
• Galat konstan, galat pasti dapat pula digolongkan sebagai galat konstan.
Galat konstan tidak tergantung pada besarnya kuantitas yang diukur dan
akan menjadi kurang signifikan apabila kuantitas bertambah. Sebagai
contoh bila nilai akhir galat konstan adalah 0,10 ml pada suatu rangkaian
titrasi, hal ini menunjukkan galat relatif sebesar 1% untuk contoh yang
membutuhkan 10 ml titran, namun hanya 0,2% bila titran yang dibutuhkan
sebesar 50 ml.
• Galat proporsional, galat ini terjadi bila suatu substansi yang mengganggu
ada dalam sampel. Misalnya dalam penentuan iodometrik untuk suatu
oksida seperti klorat, unsur oksidasi lain seperti bromat dapat menghasilkan
nilai yang lebih tinggi bila kehadiannya tidak diperhitungkan. Dengan
mengambil sampel yang lebih besar, galat total akan bertambah, namun
galat relatif tetap konstan apabila dihasilkan dari sampel yang homogen.
• Galat tidak pasti, merupakan keterbatasan final dan tidak dapat dihindrkan
jika pengukuran dilakukan oleh manusia, namun penyebab pastinya tidak
dapat ditentukan. Galat ini mengarah ke hasil lebih tinggi atau lebih rendah
dengan probabilitas yang sama. Galat ini bisa dikurangi dengan cara
pengulangan pengukuran.

11

Anda mungkin juga menyukai