Ulama berbeda pendapat mengenai batasan aurat bagi
wanita. Ulama Hanafi, Maliki dan salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’i berpendapat seluruh tubuh wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Sedangkan ulama Hambali salah satu pendapat dalam madzhab Syafi’i berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat termasuk wajah dan telapak tangan. Ulama yang tidak sependapat bahwa kaki adalah aurat:
Abu Hanifah. Beliau berkata:
“kedua qadam bukanlah aurat karena keduanya sering nampak, dan keduanya sebagaimana wajah” (dinukil dari Al Mughni, 1/430). “Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59) HIJAB, JILBAB, DAN KHIMAR Hijab berasal dari kata hajaban yang secara umum artinya menutupi sesuatu. Bisa berupa tirai pembatas, kelambu, papan pembatas, atau aling-aling lainnya.
Jilbab adalah gamis longgar yang dijulurkan ke seluruh
badan hingga mendekati tanah sehingga tidak membentuk lekuk tubuh
Khimar, atau dalam Al-Qur’an disebut dengan istilah Khumur,
adalah kain yang menutupi kepala, leher dan menjulur hingga menutupi dada wanita Allah SWT bersabda, “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min:”Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59). Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita- wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. [an-Nûr/24:31] Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang lain, dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang (tembus pandang, ketat, atau tidak menutup aurat) yang condong pada keburukan dan berjelan berlenggak- lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita-wanita tersebut tidak akan masuk surga, bahkan tidak bisa mencium bau surga, padahal bau harum surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Imam Muslim, No.7194). AURAT PADA MAHRAM Pendapat pertama, yaitu pendapat dari ulama Malikiyah, Hambali, aurat wanita di hadapan sesama mahramnya adalah selain wajah, kepala, kedua telapak tangan dan kaki. Ini berarti tidak boleh membuka dadanya, payudaranya dan semacam itu di hadapan sesama mahram karena masih tergolong aurat. Untuk ayah wanita diharamkan untuk melihat anggota tubuh tersebut walaupun tanpa syahwat dan nafsu.
Pendapat kedua, pendapat ulama Hanafiyah, yaitu aurat wanita dengan
sesama mahramnya yaitu antara pusar dan lutut. Begitu pula yang termasuk aurat adalah punggung dan perut. Selain aurat tersebut boleh untuk dipandang oleh sesama mahram selama aman dari fitnah (godaan) dan selama tidak dengan syahwat (nafsu).
Pendapat ketiga, adapun ulama Syafi’iyah berpandangan boleh laki-laki
memandang wanita yang masih mahram dengannya selain antara pusar dan lutut. Mahram yang dimaksudkan di sini adalah karena sebab nasab, persusuan atau pun pernikahan yang sah. Kemahraman ini bisa terjadi dari beberapa sebab:
Hubungan Nasab : seperti ayahnya, anak laki-
lakinya, abangnya, dll. Hubungan Mushaharah : yaitu lantaran terjadinya pernikahan (mushaharah), seperti bapak mertua, anak laki-laki dari suaminya, menantu laki-laki, dll. Hubungan Persusuan : hubungan persusuan (radha'ah), seperti saudara persusuan, suami dari ibu yang menyusui, dll. HUKUMAN BAGI WANITA YANG TIDAK MENUTUP AURAT 1. Kepala Seperti Onta Berpunuk Dua 2. Digantung Dengan Api Neraka 3. Digantung Dengan Rantai Api Neraka 4. Digantung Sampai ke Ubun Ubun 5. Memakan Badan Sendiri 6. Buta Mata dan Telinga Pekak 7. Serupa Dengan Himar 8. Memotong Badan Sendiri 9. Amalan Terhapus 10.Tidak Diterima Amal Sholat Rasulullah SAW bersabda, “Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali yang memakai khimar (jilbab).” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn Majah) 11. Penghuni Neraka Yang Kekal 12. Digantung Bagian Lidahnya 13. Masuk Dalam Peti Api Neraka 14. Muka Menghitam dan Memakan Isi Perut Sendiri 15. Mendapat 70.000 Tahun Dalam Neraka MANFAAT HIJAB Bentuk Taqwa Kepada Allah Terhindari dari Azab yang Pedih Menjadi Perempuan Shalihah Menjaga Kehormatan Diri Menghindari Risiko Pemerkosaan Penampilan Lebih Anggun Memperoleh Jodoh yang Baik Mendidik Akhlak Agar Lebih Baik Melindungi Kesehatan Rambut Meminimalisiri Risiko Kanker Kulit Mencegah Penuaan Dini Mencegah Pigmentasi Kulit Meningkatkan Kepercayaan Diri Meningkatkan Aura Kecantikan Dapat Dijadikan Pendukung Dakwah