Anda di halaman 1dari 12

By Marsi Fella Rizki

HIJAB BUKAN UNTUK MEMPERCANTIK


DIRI
AURAT PEREMPUAN

Ulama berbeda pendapat mengenai batasan aurat bagi


wanita. Ulama Hanafi, Maliki dan salah satu pendapat
dalam madzhab Syafi’i berpendapat seluruh tubuh
wanita adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan.
Sedangkan ulama Hambali salah satu pendapat dalam
madzhab Syafi’i berpendapat bahwa seluruh tubuh
wanita adalah aurat termasuk wajah dan telapak tangan.
Ulama yang tidak sependapat bahwa kaki
adalah aurat:

Abu Hanifah. Beliau berkata:


“kedua qadam bukanlah aurat karena keduanya
sering nampak, dan keduanya sebagaimana
wajah” (dinukil dari Al Mughni, 1/430).
“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an)
dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” (QS. An Nisa: 59)
HIJAB, JILBAB, DAN KHIMAR
Hijab berasal dari kata hajaban yang secara umum artinya
menutupi sesuatu. Bisa berupa tirai pembatas, kelambu,
papan pembatas, atau aling-aling lainnya.

Jilbab adalah gamis longgar yang dijulurkan ke seluruh


badan hingga mendekati tanah sehingga tidak membentuk
lekuk tubuh

Khimar, atau dalam Al-Qur’an disebut dengan istilah Khumur,


adalah kain yang menutupi kepala, leher dan menjulur
hingga menutupi dada wanita
Allah SWT bersabda, “Hai Nabi katakanlah
kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu dan isteri-isteri orang
mu’min:”Hendaklah mereka menjulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang
demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan
Allah adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59).
Katakanlah kepada orang laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allâh maha mengatahui apa
yang mereka perbuat.” Katakanlah kepada wanita yang beriman,
“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan
kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya,
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, wahai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung. [an-Nûr/24:31]
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda, “Ada
dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku
lihat: orang-orang yang membawa cemeti seperti ekor
sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang lain,
dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang
(tembus pandang, ketat, atau tidak menutup aurat) yang
condong pada keburukan dan berjelan berlenggak-
lenggok. Kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Wanita-wanita tersebut tidak akan masuk surga, bahkan
tidak bisa mencium bau surga, padahal bau harum surga
itu tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Imam
Muslim, No.7194).
AURAT PADA MAHRAM
Pendapat pertama, yaitu pendapat dari ulama Malikiyah, Hambali, aurat
wanita di hadapan sesama mahramnya adalah selain wajah, kepala, kedua
telapak tangan dan kaki. Ini berarti tidak boleh membuka dadanya,
payudaranya dan semacam itu di hadapan sesama mahram karena masih
tergolong aurat. Untuk ayah wanita diharamkan untuk melihat anggota
tubuh tersebut walaupun tanpa syahwat dan nafsu.

Pendapat kedua, pendapat ulama Hanafiyah, yaitu aurat wanita dengan


sesama mahramnya yaitu antara pusar dan lutut. Begitu pula yang
termasuk aurat adalah punggung dan perut. Selain aurat tersebut boleh
untuk dipandang oleh sesama mahram selama aman dari fitnah (godaan)
dan selama tidak dengan syahwat (nafsu).

Pendapat ketiga, adapun ulama Syafi’iyah berpandangan boleh laki-laki


memandang wanita yang masih mahram dengannya selain antara pusar
dan lutut. Mahram yang dimaksudkan di sini adalah karena sebab nasab,
persusuan atau pun pernikahan yang sah.
Kemahraman ini bisa terjadi dari beberapa sebab:

Hubungan Nasab : seperti ayahnya, anak laki-


lakinya, abangnya, dll.
Hubungan Mushaharah : yaitu lantaran terjadinya
pernikahan (mushaharah), seperti bapak mertua,
anak laki-laki dari suaminya, menantu laki-laki, dll.
Hubungan Persusuan : hubungan persusuan
(radha'ah), seperti saudara persusuan, suami dari
ibu yang menyusui, dll.
HUKUMAN BAGI WANITA YANG TIDAK MENUTUP AURAT
1. Kepala Seperti Onta Berpunuk Dua
2. Digantung Dengan Api Neraka
3. Digantung Dengan Rantai Api Neraka
4. Digantung Sampai ke Ubun Ubun
5. Memakan Badan Sendiri
6. Buta Mata dan Telinga Pekak
7. Serupa Dengan Himar
8. Memotong Badan Sendiri
9. Amalan Terhapus
10.Tidak Diterima Amal Sholat
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak diterima sholat wanita dewasa kecuali
yang memakai khimar (jilbab).” (HR. Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, bn
Majah)
11. Penghuni Neraka Yang Kekal
12. Digantung Bagian Lidahnya
13. Masuk Dalam Peti Api Neraka
14. Muka Menghitam dan Memakan Isi Perut Sendiri
15. Mendapat 70.000 Tahun Dalam Neraka
MANFAAT HIJAB
Bentuk Taqwa Kepada Allah
Terhindari dari Azab yang Pedih
Menjadi Perempuan Shalihah
Menjaga Kehormatan Diri
Menghindari Risiko Pemerkosaan
Penampilan Lebih Anggun
Memperoleh Jodoh yang Baik
Mendidik Akhlak Agar Lebih Baik
Melindungi Kesehatan Rambut
Meminimalisiri Risiko Kanker Kulit
Mencegah Penuaan Dini
Mencegah Pigmentasi Kulit
Meningkatkan Kepercayaan Diri
Meningkatkan Aura Kecantikan
Dapat Dijadikan Pendukung Dakwah

Anda mungkin juga menyukai