Anda di halaman 1dari 59

CRS Fraktur Tibia

Preseptor :
dr. Gibran Tristan Alpharian, Sp.OT

Aqilah NB 130110160039
Bagas Satriyo W 130112180628
Dwika Retnawati 130112180679
Haris Nur M 130110160099
Nama : Tn. Dede Hendrik
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp Cigentur RT 1 RW 17, Cikalong
Identitas Wetan, Kab. Bandung Barat

Pasien Status menikah : Menikah

Tgl pemeriksaan : 10/03/2020


 Keluhan Utama : Luka dan deformitas di tungkai
bawah kanan
 6 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien tertabrak
mobil dari arah berlawanan saat sedang menyebrang.
Pasien kemudian terjatuh dengan tungkai kanan
bawah terbentur mobil dan pasien terlempar dan
terguling. Penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-),

Anamnesis keluar darah dari telinga, hidung, mulut (-). Pasien


mengeluhkan adanya luka dan deformitas di tungkai
kanan bawah. Keluhan lain disangkal. Pasien dibawa
ke RS Cibabat menggunakan kendaraan pribadi tanpa
didampingi tenaga medis dan dirujuk ke RS Hasan
Sadikin untuk penanganan lebih lanjut.
 Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-10 sejak pasien
dirawat (29 Februari 2020)
A. Kesan Umum
- Keadaan Umum : Compos Mentis
- Kesan sakit : Tampak sakit sedang

Tanda- tanda vital


Pemeriksaa Tekanan darah : 100/70 mmHg
n Fisik Nadi : 80 x/min
Respirasi : 24 x/min
Suhu : 36°C
B. Status Generalis

Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-


Leher : Perbesaran KGB (-)

Pemeriksaa
Toraks : bentuk dan gerak simetris
Paru : VBS kiri=kanan, ronkhi -/-, wheezing -/-
n Fisik Cor : Bunyi jantung S1 S2 regular, murmur (-),
kardiomegali (-)
Abdomen : datar, lembut, bising usus (+), hepar tidak
teraba
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2”
C. Status Lokalis (a/r right leg)

Pemeriksaa Look : Terpasang eksternal fiksasi (+), swelling (+),


Terpasang kassa
n Fisik Feel : Tenderness (+), vaskularisasi distal (+)
Move : ROM terbatas
Foto Klinis
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Hemoglobin 10.0 g/dL L
Hematokrit 29.6 % L
Eritrosit 3,30 juta/uL L
Pemeriksaan Leukosit 12.07 /uL H
Lab Trombosit 308.000/dL

(7 Maret 2020) MCV 89.7 fL


MCH 30,3 pg
MCHC 33.6 %
RDW-CV 14.6 % H
RDW-SD 46.7 fL H
X-Ray Post OREF ec fraktur tibia fibula
dextra
(5 Maret 2020)
Femur, Cruris Dextra AP/Lateral :
 Tampak spiral fraktur pada 1/3 proximal hingga
intraarticular daerah metafisis hingga epifisis os tibia
dextra dengan displacement
 Tampak communited fraktur pada 1/3 distal os tibia
dextra dengan displacement
 ta,mpak transverse fraktur pada 1/3 proksimal dan
1/3 medial fibula dengan displacement
 Terpasang fiksasi eksternal pada 1/3 distal os femur
dextra dan 1/3 distal os tibia dan plate and screws
pada 1/3 distal os tibia dextra posisi baik
 Besar, bentuk dan struktur tulang femur dalam batas
normal
 Sela sendi dan permukaan sendi dalam batas normal
 Tidak tampak lesi litik maupun sklerotik
X-Ray Post OREF ec fraktur tibia fibula
dextra
(5 Maret 2020)
Kesan :
 Spiral fraktur pada 1/3 proksimal hingga
intraarticular daerah metafisis hingga epifisisi os
tibia dextra dengan displacement
 Communited fraktur pada 1/3 distal os tibia dextra
dengan displacement
 Transverse fraktur pada 1/3 proksimal dan 1/3
medial os fibula dengan displacement
 Terpasang fiksasi eksternal pada 1/3 os femur
dextra dan 1/3 distal os tibia dextra dan plate and
screws pada 1/3 distal os tibia dextra, posisi stabil
Pemeriksaa
n Penunjang
–CT Scan
 Cruris Kanan AP/Lat  Tibia plateau saat ini tidak jelas tanda
fraktur
 Besar, bentuk, dan struktur trabekula
os tibia dan fibula tampak  Tidak tampat osteofit
diskontinuitas  Tidak tampak lesi litik maupun
 Sela sendi dan permukaan sendi sklerotik
dalam batas normal  Jarak patella-femoral dalam batas
 Tampak segmental fraktur di 1/3 normal
proksimal dan distal os tibia kanan  Tampak gambaran lusen densitas

Pemeriksaa  Tampak sehmental fraktur di 1/3 udara di jaringan lunak genu kanan
proksimal os fibula kanan Tidak jelas tanda fraktur pada tibial

n Penunjang
 Tampak pembengkakan di jaringan plateau
lunak cruris kanan Emfisema subkutis jaringan lunak

– CT Scan
Segmental fraktur di 1/3 proksimal daerah genu kanan
dan distal os tibia kanan
 Ankle Joint Kanan AP/Lat
Segmental fraktur di 1/3 proksimal
os fibula kanan
 Besar, bentuk, dan struktur trabkula
os pembentuk ankle joint dalam batas
Pembengkakan jaringan lunak cruris normal
kanan
 Sela sendi dan permukaan sendi
 Genu Kanan AP/Lat dalam batas normal

 Besar, bentuk, dan struktur trabekula  Tidak tampak lesi litik maupun
os pembentuk genu dalam batas sklerotik
normal  Tampak osteofit pada inferior os
 Sela sendi dan permukaan sendi calcaneus
dalam batas normal Tidak jelas tanda fraktur di ankle
Diagnosis
1. Open fracture at right tibia plateau comminuted displace
2. Open fracture at right tibia distal third comminuted
displace

3. Open fracture at right fibula segmental displaced


 Melakukan ganti verband secara rutin
 Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
 Ketorolac 2 x 30 mg IV

Tatalaksana
TERIMAKASIH
FRAKTUR TULANG
Definisi
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang.
Etiologi
Adanya force fisik atau kekerasan yang timbul secara mendadak.

Force fisik dapat berupa :


Trauma langsung
fraktur pada area yang terkena

Trauma tidak langsung


Tekanan ditransmisikan secara tidak langsung,
 fraktur pada tulang yang letaknya berjauhan dengan area
yang terkena
Klasifikasi
Berdasarkan hubungan tulang dengan dunia luar
•Fraktur tertutup: jika kulit di area fraktur tetap intak sehingga tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan udara luar atau bagian eksternal
tubuh.

•Fraktur terbuka: jika kulit di area fraktur mengalami luka terbuka sehingga
terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
Derajat fraktur tertutup menurut Tscherne
1. Grade 0 = fraktur sederhana tanpa / disertai dengan sedikit kerusakan jaringan lunak.
2. Grade 1 = fraktur yang disertai dengan abrasi superfisial atau luka memar pada kulit dan
jaringan subkutan.
3. Grade 2 = fraktur yang lebih berat dibanding derajat 1 yang disertai dengan deep soft-
tissue contusion and swelling.
4. Grade 3 = fraktur berat yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
terdapat ancaman terjadinya compartment syndrome (5P).
Derajat fraktur terbuka menurut Gustilo and Anderson
Berdasarkan garis fraktur
• Fraktur komplit: bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang. Tulang terbagi menjadi 2 atau lebih fragmen
a. Transverse fracture
b. Oblique fracture
c. Spiral fracture
d. Impacted fracture -> fragmen saling menekan satu sama lain
e. Comminuted fracture - >2 fragmen tulang
• Fraktur inkomplit: bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang. Tulang terbagi
secara inkomplit dan periosteum tetap utuh.
a. Compression fracture: kompresi pada cancellous bone. Terjadi pada orang dewasa dan
terutama pada vertebral bodies, calcaneum, dan tibial plateau.
b. Buckle fracture/ Torus fracture : bila terjadi lipatan dari korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya. Biasanya pada distal radius anak-anak.
c. Greenstick fracture : fraktur tidak sempurna, korteks tulangnya sebagian masih utuh,
demikian juga periosteumnya. Sering terjadi pada anak-anak. Fraktur ini akan segera
sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk fungsi normal.
Berdasarkan ada atau tidaknya
pergeseran
• Fraktur undisplaced : garis
patah komplit tetapi ke-2
fragmen tidak bergeser.
• Fraktur displaced : terjadi
pergeseran fragmen-fragmen
fraktur yang juga disebut lokasi
fragmen. Terbagi atas:
• Tranlation/shift : berpindah
• Angulasi : Membentuk sudut
• Shortening : pemendekan
• Rotasi : berputar
• Fraktur bisa juga dinamakan sesuai dengan nama
tulang yang dikenainya, misalnya : fraktur femur, fraktur
humerus, fraktur radius-ulna, dan lain sebagainya.

• Fraktur femur yang diklasifikasikan berdasarkan lokasi


anatomis yang dikenai:
• Fraktur proksimal femur
• Fraktur leher femur
• Fraktur pada poros/ batang femur
• Fraktur distal femur
Gambaran Klinis
• Adanya riwayat trauma
• Nyeri
• Kaku
• Deformitas (perubahan bentuk)
• Pembengkakan lokal pada daerah tulang yang patah
• Perubahan warna pada daerah tulang yang patah
(merah/lebam)
• Panas pada daerah tulang yang patah
• Keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi)
• Gerakan abnormal
• Kehilangan fungsi gerak
• Adanya krepitasi tulang
Diagnosis
Anamnesis Riwayat kondisi sosial, ekonomi, pekerjaan
•Riwayat penyakit sekarang :
- Mekanisme trauma Riwayat keluarga :
- Gejala klinis trauma : nyeri, penurunan -Riwayat sakit di keluarga
fungsi, perubahan bentuk
-Kontak TB
Riwayat dahulu :
- Riwayat kondisi kesehatan
- Riwayat luka/trauma Faktor resiko :
- Konsumsi obat
- Riwayat operasi -Alkohol
-Rokok
Diagnosis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan generalis, lihat ada atau tidaknya :

• Syok, anemia atau perdarahan

• Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga

toraks, panggul dan abdomen

• Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.


Diagnosis
• Pemeriksaan fisik
• Status Lokalis
• 1. Look (inspeksi)
• 2. Feel (palpasi)
• 3. Move (asesmen pergerakan sendi)
• 4. Pemeriksaan neurologis
Diagnosis
• Look
• - Kulit : kemerahan, kebiruan, pucat, pigmentasi
• - Artrofi, hipertrofi
• - Skar, luka
• - Deformitas
• - Pembengkakan
• - Penonjolan
Diagnosis
• Feel
• - Temperatur kulit
• - Pulsasi
• - Nyeri tekan
• - Dislokasi
• - Krepitasi
• - Pembengkakan
• - Penonjolan
• - Jika ada luka, terasa kering/basah
• - Sensasi rangsang
Diagnosis
• Move
• - ROM terbatas
• - Gerakan abnormal
• - Krepitasi
Diagnosis
Pemeriksaan Neurologis
- Sistem motorik : tonus otot, kekuatan otot, koordinasi
- Sistem sendorik : sentuhan, nyeri, temperatur, posisi, getaran
- Refleks
- Tonus sphincter rektum
Diagnosis
Penilaian :
Jenis fraktur = …
Lokasi luka = ....
Luka ukuran = ... cm x ... cm
Skin loss +/-
Tanda radang +/-
Luka kotor +/-
Perdarahan +/-
Deformitas +/-
Keterlibatan sendi +/-
Bone expose +/-
Kelainan neurologis +/-
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
- X-Ray
Dapat memperlihatkan apakah tulangnya intak atau patah, dan juga dapat
memperlihatkan jenis dan lokasi fraktur.
Rule of two : two views, two joints, two limbs, two injuries, two occasions

- CT scan
Dapat memberikan informasi yang lebih bernilai mengenai beratnya fraktur.
Pada kasus fraktur dengan garis yang sangat tipis sehingga sulit dilihat pada
pemeriksaan x-ray, maka pemeriksaan CT scan dapat dilakukan untuk melihat
garis fraktur tersebut dengan lebih jelas.

- MRI
Dapat digunakan untuk melihat tulang, sendi, dan jaringan lunak untuk menilai
adanya cedera tendon, ligament, otot, tulang rawan, dan tulang.
TATALAKSANA
CLOSED FRACTURE
Treatment pada fraktur terdiri dari manipulasi, splintage, dan
joint movement. Penyembuhan fraktur dibantu oleh loading
bone  objectives : REDUCE, HOLD, EXERCISE

REDUCTION
Open Reduction
Bengkak >12jam  sulit reduksi
Indikasi :
Tidak diperlukan pada kondisi :
•Gagal closed reduction
• Tidak ada displacement
•Fragmen articular besar
• Ketika displacement kecil
•Traksi fraktur avulsi
• Ketika reduksi tidak mungkin dilakukan
Closed reduction
a. Traksi in-line
b. Reposisi
c. Adjusted
Efektif ketika periosteum dan otot
masih intak, fraktur displaced
minimal, fraktur pada anak-anak
HOLD REDUCTION
• Continuous traction
• Cast splintage
• Functional bracing
• Internal fixation
• External fixation
Continuous Traction
• Diaplikasikan pada
ekstremitas distal dari
fraktur  tarikan
sepanjang sumbu
tulang (harus disertai
counterforce)
• Berguna untuk fraktur
pada shaft tipe oblique
atau spiral
• Jenis :
• Traksi dengan gravitasi
• Skin traction
• Skeletal traction
Cast Splintage
• Digunakan pada fraktur
distal limb, fraktur pada
anak-anak
• Hal yang harus
diperhatikan : cast terlalu
ketat, pressure sore,
abrasi kulit
• Dapat terjadi kekakuan
sendi. Pencegahan :
delayed splintage ,
mengganti dengan
functional brace
Functional Bracing
• Segmen cast diatas shaft, tanpa
menutupi sendi, dihubungkan
dengan kawat besi atau plastik
 functional
• Digunakan untuk fraktur femur
atau tibia
• Penggunaan setelah fraktur
unite (3-6 minggu setelah traksi
atau conventional cast)
• Fraktur held (kompresi jaringan
lunakproliferasi vaskuler dan
callus), sendi moved, fraktur
menyatu dengan normal speed,
metode safe.
Internal Fixation
• Fragmen fraktur difiksasi secara aman menggunakan metode screw, metal
plate held by screw, intramedullary rod or nail, circumferential band.
Indikasi :
• Fraktur tidak bisa direposisi kecuali operasi
• Fraktur tidak stabil dan cenderung displace setelah reduksi (co. midshaft
fracture of forearm), dan berlawanan dengan gerak otot (co. transverse
fracture of patella).
• Fraktur yang lama dan sulit menyatu (co. femoral neck fracture)
• Fraktur patologis
• Fraktur multipel
• Penderita dengan asuhan keperawatan sulit (co. geriatric, paraplegia)
a. Screw
b. Plate and screw
c. Intramedullary nail
d. Simple K-wire
External Fixation
• Biasanya untuk fraktur tibia dan pelvis. Bisa juga untuk femur, humerus, radius
distal
• Indikasi :
• Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur
terbuka), internal fiksasi beresiko
• Fraktur pada area persendian yang jaringan lunaknya terlalu bengkak
(stabilisasi dibantu external fixator)
• Fraktur multipel berat (fraktur femur bilateral, fraktur pelvis dengan
pendarahan massif)
• Fraktur yang tidak menyatu
• Fraktur disertai infeksi dimana internal fiksasi beresiko
EXERCISE
• Tujuan :
• Mengurangi edema
• Dapat menyebabkan kulit regang, bula, dan kekakuan sendi
• Elevasi + exercise sesegera mungkin sesuai toleransi pasien
• Mempertahankan gerakan sendi
• Gentle assistance
• Mengembalikan kekuatan otot
• Semakin pasien bisa mobile, semakin tinggi intensitas program aktivitas (berjalan, bangun
dari tempat tidur, mandi, berpakaian, makan)
TATALAKSANA
OPEN FRACTURE
ANTIBIOTIK PROFILAKSIS
DEBRIDEMENT
• Prinsip :
• Wound excision
• Wound extension
• Delivery of the fracture
• Removal of devitalized tissue
• Wound cleansing
• Nerves and tendons
WOUND COVER
• Luka kecil dan tidak terkontaminasi pada fraktur Grade I dan II dapat dijahit
setelah dilakukan debridement.
• Pada grade yang lebih parah, wound cover menggunakan split-skin grafts,
local atau distant flap
STABILISASI
• Penting dalam mengurangi resiko infeksi dan membantu pemulihan jaringan
lunak.
• Metode fiksasi bergantung pada derajat kontaminasi, lama waktu dari muncul
injury hingga operasi, dan seberapa besar kerusakan jaringan lunak. Bila
wound cover terlambat, external fiksasi lebih aman.
KOMPLIKASI
LOCAL COMPLICATIONS OF FRACTURES
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai