Anda di halaman 1dari 4

FRAKTUR GREENSTICK

Fraktur greenstick adalah fraktur ketebalan parsial (incomplete fracture) dimana hanya
terjadi diskontinuitas korteks dan periosteum di satu sisi tulang, sementara di sisi lainnya tidak
terjadi gangguan kontinuitas struktur tulang. Fraktur jenis ini lebih sering ditemukan pada anak-
anak dibandingkan orang dewasa. Sebelum terjadinya osifikasi, sebagian besar tulang anak
adalah tulang rawan terkalsifikasi, yang sangat lentur jika dibandingkan dengan tulang orang
dewasa. Karena kelenturan ini, tulang anak cenderung memiliki lebih banyak cedera
membengkok atau menekuk, sedangkan pada orang dewasa, besar tekanan atau gaya trauma
yang sama kemungkinan akan menyebabkan patah tulang. Selain itu, periosteum lebih aktif,
lebih tebal dan lebih kuat pada anak-anak, sehingga sangat mengurangi kemungkinan fraktur
terbuka dan perpindahan fragmen fraktur (Chasm & Swencki, 2010).

Fraktur greenstick paling mungkin ditemukan pada populasi anak di bawah 10 tahun
tetapi dapat terjadi pada semua kelompok umur, termasuk orang dewasa (Cheng & Shen, 1993).
Terdapat ratio kejadian fraktur greesntick yang sama pada pasien wanita dan pria, namun secara
umum pasien pria lebih cenderung mengalami patah tulang. Fraktur greenstick paling umum
terjadi setelah jatuh dengan posisi lengan direntangkan. Hal ini karena orang cenderung menahan
jatuh dengan lengan direntangkan, mengakibatkan patah tulang pada tangan yang bersangkutan
(ekstremitas atas). Namun, dapat juga terjadi karena jenis trauma lain termasuk tabrakan
kendaraan bermotor, cedera olahraga, atau trauma tidak disengaja di mana anak dipukul dengan
suatu benda. Malnutrisi, khususnya defisiensi vitamin D meningkatkan risiko patah tulang
greenstick pada tulang panjang setelah trauma (Chasm & Swencki, 2010).

Lokasi fraktur paling sering terjadi pada tulang panjang, termasuk fibula, tibia, ulna, jari-
jari, humerus, dan klavikula. Paling umum, fraktur freenstick terjadi di lengan atas dan lengan
bawah yang melibatkan ulna, jari-jari, atau humerus, setelah seseorang mencoba menahan tubuh
dengan tangan saat terjatuh (Chasm & Swencki, 2010; Cheng & Shen, 1993). Fraktur greenstick
juga dapat terjadi pada wajah, dada, skapula, dan hampir setiap tulang dalam tubuh, tetapi
frekuensinya jauh lebih sedikit daripada tulang panjang (Cheng & Shen, 1993). Misalnya, fraktur
greenstick dapat terjadi pada tulang rahang dan hidung (Coban & Bekircan, 2017).
Diagnosis fraktur greenstick ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
hasil pemeriksaan radiologi. Temuan pada anamnesis mencakup riwayat trauma atau jatuh
dengan tangan direntangkan (mencoba menahan jatuh dengan tangan), atau bisa juga riwayat
dipukul misalnya dengan tongkat baseball atau benda lain. Ketika menilai lengan bawah, harus
terdapat kecurigaan untuk cedera saraf median yang dapat terjadi dengan fraktur greenstick.
Pemeriksaan neurologis lengkap harus dilakukan pada semua cedera traumatis (Noonan & Price,
1998). Evaluasi diagnostik mencakup x-ray ekstremitas yang terluka atau area keluhan. Temuan
x-ray yang umum menunjukkan cedera lentur atau membengkok dengan garis fraktur yang tidak
sepenuhnya melewati tulang. Terdapat fraktur periosteum dan korteks di satu sisi (sisi yang
tegang atau sumber trauma) yang tidak meluas ke sisi lain dari korteks dan periosteum. Pada sisi
yang berlawanan dari fraktur, dapat ditemukan deformasi plastis akibat gaya tekan (Chasm &
Swencki, 2010; Noonan & Price, 1998).

A. B.

Gambar 1. Fraktur greenstick melibatkan tulang radius pada pasien laki-laki berusia 5 tahun.
Foto polos frontal (A) dan lateral (B) menunjukkan fraktur inkomplit tulang radial dengan
angulasi ringan sampai sedang pada lokasi fraktur.

Cara pembacaan fraktur tulang pada foto polos dimulai dengan mengevaluasi identitas
pasien (nama, umur dan nomor rekam medis), menilai kualitas foto, memeriksa marker kanan
dan kiri, serta menentukkan jenis (foto toraks, BOF, foto skull, foto antebrachii, dll) dan posisi
foto (AP, PA, lateral, oblique). Selanjutnya penilaian terhadap tulang-tulang dalam ditulis sesuai
urutan berikut:
1. Menilai alignment (kedudukan tulang-tulang apakah ada pergeseran atau
lengkungan).
2. Memperhatikan densitas pada tulang, memperhatikan tepi tulang, cortex dan
medullanya.
3. Menilai kartilago dengan memperhatikan celah sendi (apakah terdapat penyempitan,
simetris atau tidak) dan tulang subkondral.
4. Menilai jaringan lunak sekitar dengan memperhatikan bayangan jaringan lunak
(apakah terdapat pembengkakan, kalsifikasi, dll).

Contoh penulisan kesimpulan foto polos pasien dengan fraktur greenstick adalah sebagai
berikut :

FOTO ANTEBRACHII DEKSTRA AP


Deskripsi:
Tampak fraktur inkomplit pada os ulna dextra 1/3 distal
R dan os radius dextra 1/3 distal
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi baik
Tak tampak dislokasi sendi
Tampak soft tissue swelling regio antebrachii kanan

Kesan:
Greenstick fracture os ulna dextra 1/3 distal dan os
radius dextra 1/3 distal
Soft tissue swelling disekitar lesi
FOTO ANTEBRACHII SINISTRA AP
Deskripsi:
Tampak fraktur inkomplit pada os ulna sinistra 1/3 distal
L dan os radius dextra 1/3 distal
Tampak bowing pada os radius sinistra 1/3 tengah
Trabekulasi tulang normal
Celah dan permukaan sendi baik
Tak tampak dislokasi sendi
Tampak soft tissue swelling regio antebrachii kanan

Kesan:
Greenstick fracture os ulna sinistra 1/3 tengah
Soft tissue swelling disekitar lesi

REFERENSI

1. Chasm RM, Swencki SA. Pediatric orthopedic emergencies. Emerg. Med. Clin. North
Am. 2010 Nov;28(4):907-26.
2. Cheng JC, Shen WY. Limb fracture pattern in different pediatric age groups: a study of
3,350 children. J Orthop Trauma. 1993;7(1):15-22.
3. Coban YK, Bekircan K. Greenstick Fracture of the Mandible in a Child. J Craniofac
Surg. 2017 Jun;28(4):1116-1117.
4. Noonan KJ, Price CT. Forearm and distal radius fractures in children. J Am Acad Orthop
Surg. 1998 May-Jun;6(3):146-56.

Anda mungkin juga menyukai