Anda di halaman 1dari 26

ARGENTOMETRI

Oleh:
Ryanto Budiono
Prinsip reaksi Argentometri, yaitu :
• Terbentuknya endapan, atau
• Terbentuknya senyawa kompleks.
Syarat – syarat titrasi Argentometri:
1. Reaksi antara titran dan titrat harus ber-
jalan cepat dan stoikiometri.
2. Reaksi harus sempurna (kuantitatif).
3. Tidak ada reaksi samping.
4. TAT jatuh bersamaan/berdekatan dgn
TE.
Macam – macam titrasi Argentometri.
1. Berdasarkan endapan II yang mem-
punyai warna berbeda dengan endapan I
(metoda MOHR).
2. Pembentukan warna dari senyawa II
yang larut (metoda VOLHARD).
3. Pembentukan kekeruhan (metoda Liebig
– Deniges).
4. Adsorpsi senyawa – senyawa organik
oleh bagian – bagian endapan dalam btk
koloidal (metoda FAYANS).
METODA MOHR.
Prinsip :
Cl– / Br– + Ag+  AgCl / AgBr
putih putih kekuningan
CrO4= + Ag+  Ag2CrO4 
ind. Merah coklat

• Pengendapan Ag2CrO4 terjadi, setelah


semua ion klorida atau bromida terendap-
kan secara kuantitatif.
• Indikator harus sensitif untuk memberikan
perubahan warna yang tajam dengan
adanya sedikit kelebihan Ag+.
• Pada metoda ini terlihat, bahwa terjadinya
prinsip pengendapan bertingkat.

Beberapa hal yang penting pada metoda ini:


• Pada umumnya digunakan untuk PK ion
klorida atau bromida.
• Untuk PK ion Iodida dan CNS– hasil yang
diperoleh kurang baik, karena penga-
matan TAT kurang jelas 
Sifat adsorpsi dari endapan yang terjadi.
• Suasana titrasi : netral atau sedikit alkali
(pH 7 – 10,5).
Bila suasana asam, maka :
Ag2CrO4 akan larut dalam asam.
Ag2CrO4 + 2 HNO3  H2CrO4 + 2 AgNO3.
2 H2CrO4 ↔ H2Cr2O7 + H2O
TAT akan jatuh setelah TE.
Bila suasana basa, maka akan terbentuk :
AgNO3 + OH–  Ag(OH)
2 Ag(OH)  Ag2O + H2O
coklat
TAT akan jatuh lebih awal dari TE.
• Ion klorida atau bromida tidak dapat
ditetapkan kadarnya dengan metoda ini,
jika bersamaan dengan ion lain, seperti
oksalat, karbonat, fosfat, arsenat, sulfida,
sulfit, . . . dll.
• Kadar HCl tidak dapat ditetapkan
kadarnya dengan metoda MOHR, karena .
. . . . . . .
• Ion klorida atau bromida yang terikat pada
kation yang dapat terhidrolisa, seperti
SnCl2, SbCl3, BiCl3, AlCl3, . . . dll tidak
dapat ditetapkan kadarnya secara MOHR,
karena:
SbCl3 + H2O ↔ SbOCl + 2 HCl.
BiCl3 + H2O ↔ BiOCl + 2 HCl.
SnCl2 + H2O ↔ SnOCl + HCl.

hasil hidrolisanya menghasilkan asam
METODA VOLHARD.
Prinsip reaksi:
Cl– + AgNO3 >>>  AgCl + NO3–.
Ag+(sisa) + CNS–  AgCNS
Fe3+(indikator) + CNS–  Fe(CNS)2+
larutan merah intensif

suasana titrasi : 0,2 – 0,9M HNO3.


Indikator : Ferri Aluin.
ion Cl–, Br–, I– (dalam suasana asam) 
metoda Volhard
Titrasi Ag+ oleh CNS– dalam suasana
asam dgn indikator ion ferri, maka TAT nya
akan jatuh 0,7 – 1% lebih awal dari TE
Hal ini disebabkan karena AgCNS akan
mengadsorpsi ion Ag+ sehingga ion Ag+
akan berkurang.
PENCEGAHAN:
Dilakukan pengocokan yang baik selama
titrasi, khususnya pada waktu mendekati
TE
Ksp AgCl = 1,0. 10–10
AgCNS = 1,0. 10–12
Karena:
AgCl + CNS–  AgCNS + Cl–.
(Ag+)(Cl–) 1,0. 10–10
---------------- = -------------
(Ag+)(CNS–) 1,0. 10–12
Cl–
------- = 100
CNS–
Hal ini berarti bahwa ion CNS– akan meng
geser ion Cl– dari ikatan AgCl  meng
akibatkan TAT tidak tajam.
Pencegahannya:
• Endapan yang terjadi disaring.
• Campuran larutan tersebut (+) pelarut
organik yang tidak campur air, misal:
– Eter,
– Nitrobensen,
– Bensen, . . . . . dll
Pelarut tersebut berguna untuk menutupi
endapan AgCl  AgCl beraglomerasi
dalam permukaan pelarut organik – air,
sehingga dapat mencegah reaksi CNS–
terhadap endapan AgCl.

Bagaimana kalau PK ion Br– dan ion I– ?.


Ksp AgBr = 1. 10–12
AgI = 1. 10–16 ?
Beberapa catatan metoda Volhard:
• Dapat digunakan dalam suasana asam
kuat.
• Untuk PK ion I–, (+) indikator ion F3+ baru
dilakukan setelah semua ion I– mengen-
dap sebagai AgI. Bila tidak, maka ion I–
akan bereaksi dengan indikator ion Fe3+
I– + Fe3+  I2 + Fe2+,
sehingga kadar ion I– akan berkurang
• Sulfida – sulfida yang sukar larut, seperti
PbS, Bi2S3, NiS, ZnS, CoS, ... dll dapat
ditentukan kadarnya dengan metoda ini.
misal:
NiS + 2 AgNO3  Ag2S + Ni(NO3)2.
PbS + 2 AgNO3  Ag2S + Pb(NO3)2.
Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan baku
CNS–.
METODA LIEBIG.
Prinsip reaksi:
2 CN– + Ag+  Ag(CN)2–. larut
Ag(CN)2– + Ag+  AgAg(CN)2. End. putih
TAT ditandai dengan terbentuknya
kekeruhan dari AgAg(CN)2.
Tetapi metoda ini mempunyai kelemahan,
yaitu TAT jatuh lebih awal dari TE.

METODA DENIGES
METODA DENIGES.
Prinsip:
Ag+ + 2 CN–  Ag(CN)2–.
Ag+ + 2 NH3  Ag(NH3)2+.
Ag+ + I– 
AgI.
Dengan adanya NH3 diharapkan TAT bisa
mendekati TE.
Titrasi ini dalam suasana basa (NH3) dan
indikator ion I–.
Catatan metoda Liebig dan Deniges.
• Metoda ini hanya untuk PK ion CN– dan
Ag+.
• Suasana basa (NH3) dan indikator ion I–.
• PK ion Ni2+, reaksi yang terjadi:
Ni2+ + 2 CN–  Ni(CN)2 awal titrasi

Ni(CN)2 + 2 CN–  Ni(CN)4=. Saat ekivalen


AgI + 2 CN–  Ag(CN)2– + I–. Akhir titrasi
Indikator
METODA FAYANS.
Prinsip :
Suspensi Ag–halida dapat bermuatan:
• Positif, jika ion Ag+ berlebih
• Negatif, jika ion halida berlebih
AgCl )))) Cl– K+ : bermuatan negatif
AgCl )))) Ag+ NO3– : bermuatan positif
ion Cl– dan Ag+ dalam sistem tersebut 
Inner Ion
• Endapan mempunyai kecenderungan
mengadsorpsi ionnya sendiri. Misal
endapan AgCl dalam lingkungan Cl–
berlebih, maka endapan AgCl akan meng-
adsorpsi ion Cl–. Bila lingkungannya
AgNO3, maka endapan akan meng-
adsorpsi ion Ag+.
• Metoda ini menggunakan indikator
adsorpsi (Fl–) , maka TAT ditandai:
AgCl ))) Ag+ NO3– + Fl–  AgCl )) Ag+ Fl–.
suspensi putih indikator suspensi berwarna merah
Indikator adsorpsi yang digunakan:
• Fluorosein: merupakan asam lemah dan
titrasi dilakukan pada suasana pH 7 – 10.
• Diklorofluorosein: merupakan asam yg
lebih kuat dari fluorosein, sehingga dalam
titrasi dapat digunakan pada pH  4.
• Eosin (tetrabromofluorosein):
merupakan asam yang jauh lebih kuat dari
fluorosein, sehingga dapat digunakan
pada pH  2, biasanya digunakan pada pH
3 – 10.
• DiIodofluorosein :
Digunakan untuk PK ion Iodida yang ter-
campur dengan ion klorida.
Ion Iodida terikat jauh lebih kuat pada
permukaan AgI daripada ion klorida,
sedangkan indikator sedikit lebih lemah
daripada ion Iodida, tetapi lebih kuat dari
ion klorida. Jika semua ion Iodida meng-
endap sebagai AgI, maka indikator akan
teradsorpsi pada AgI  perubahan warna
(sedangkan ion Cl– tetap berada dalam
larutan)
Beberapa syarat metoda ini :
• Endapan yang terbentuk sebagian atau
seluruhnya harus merupakan sistem
koloid.
• Jika endapan mempunyai kecenderungan
untuk terflokulasi terlalu kuat, maka perlu
diberi koloid pelindung, misal: larutan
dekstrin atau amilum 0,5%.
• Ion indikator harus mempunyai muatan
yang sama dengan ion yang dititrasi dan
tidak bolh teradsorpsi sebagai lapisan I
sebelum TE, tetapi harus teradsorpsi
sebagai lapisan II setelah TE

LARUTAN BAKU:
• AgNO3:
Larutan AgNO3 kurang stabil bila kena
cahaya, maka penyimpannya harus di
dalam botol berwarna. Larutan ini harus
dibaku.
• NaCl:
NaCl murni dan dipanaskan pada suhu
5000 – 6000 sampai berat konstan.
Ini merupakan baku primer dan bersifat
higroskopis  penyimpannya di
EKSIKATOR.
• NH4CNS atau KCNS:
larutan dalam air  stabil
penyimpanan: bebas cahaya (botol coklat)
merupakan baku tersier.
METODA BUDDE
untuk PK turunan barbital
turunan barbital dilarutkan dalam larutan
Na2CO3 dan dititrasi dengan AgNO3. TAT
ditandai dengan adanya kekeruhan
pertama.
Kekeruhan ini terjadi karena:
2 Ag+ + CO3=  Ag2CO3 .
Na2CO3 bertindak sebagai pelarut maupun
sebagai indikator.
Suasana titrasi . . . . ? Mengapa ?

Anda mungkin juga menyukai