Anda di halaman 1dari 25

LAS BUSUR RENDAM & LAS

PATRI
MUHAMMAD FIKRI HAZIM
MUHAMMAD ELMAN TENRILIWENG
MUHAMMAD HAKIM FAIZAL
MUHAMMAD IKRAM DARMAWAN
MUHAMMAD IRFAN RABTSANI
LAS BUSUR RENDAM
DEFINISI LAS BUSUR RENDAM

Las busur terendam (SAW) adalah sebuah proses las busur listrik terumpan yang bekerja
secara otomatis. Proses las ini dipatenkan pada tahun 1935 oleh Jones, Kennedy, dan
Rothermund. Menjadikan proses las SAW proses pengelasan otomatis pertama yang
berkembang di industri. Memiliki mekanisme kerja yang mirip dengan pengelasan semi –
otomatis seperti FCAW dan GMAW.
Arus listrik yang di suplai dari trafo las digunakan untuk menyalakan busur listrik dan
menghasilkan panas. Lalu kawat las diumpankan secara terus menerus ke dalam kawah las
oleh wire feeder. Proses tersebut terjadi di bawah rendaman pasir silica yang berfungsi
sebagai flux. Seluruhnya berjalan secara otomatis melalui pengaturan yang terdapat pada
trafo las yang secara umum mengatur tentang arus listrik (Ampere), tegangan listrik
(Voltage), dan laju pengelasan (Travel speed)
PERALATAN LAS SAW
1. Voltage and current control.
Voltage and current control atau trafo las berfungsi
sebagai pengatur arus dan tegangan output yang
dibutuhkan untuk pengelasan busur listrik. Selain itu
juga terdapat banyak pengaturan lain pada trafo las
untuk SAW ini. Contohnya adalah laju pengelasan dan
tingkat pengumpanan flux. Pada umumnya trafo las
sudah dilengkapi dengan roda untuk berjalan pada jalur
tertentu yang sudah di setting. Pada trafo las jenis
stationary tidak dilengkapi dengan roda karena pada
pengelasan ini yang bergerak adalah materialnya bukan
mesinnya.
Trafo las bisa mengakomodasi keperluan kelistrikan
untuk pengelasan busur listrik hingga 2 umpanan kawat
sekaligus. Tetapi pemakaian 2 trafo las untuk 2
umpanan kawat sekaligus juga merupakan metode yang
banyak diterapkan di lapangan. Karena pekerjaan
pengelasan SAW biasanya digunakan untuk sambungan
2.Electrode wire reel.
Electrode wire reel adalah bagian yang
berbentuk gulungan yang berguna untuk
menampung gulungan filler metal dan
mengarahkan kawat tersebut kearah
pengumpan untuk diumpankan. Gulungan
kawat tersebut biasanya dijual dalam satuan
dengan berat 7 kilogram.
Electrode wire reel adalah gulungan kawat las
yang memiliki diameter kawat diantara 1.6
mm hingga 6 mm. Kawat las ini juga tersedia
versi puntir nya yang berfungsi untuk meniru
gerakan ayunan pada proses las manual.
Elemen untuk penambahan alloy juga
ditambahkan pada kawat las ini untuk
3. Flux hopper
Flux hopper adalah komponen mesin SAW yang berfungsi sebagai
penampung pasir flux serta mengumpankannya ke dalam kawah las.
Untuk mengatur tingkat pengumpanan pasir flux kedalam kawah
terdapat sebuah katup yang dapat di atur secara manual oleh
welding operator. Gaya gravitasi akan bekerja dan membuat pasir
flux pada penampungan turun untuk merendam busur listrik secara
terus menerus. Pada model yang lebih baru pengaturan bukaan
katup dapat diatur pada mesin las.
• Unfused flux recovery tube.
Unfused flux recovery tube adalah bagian yang berfungsi untuk
mengumpulkan bagian flux yang tidak mencair menjadi slag. Karena
sebagian besar dari pasir flux tidak tersentuh busur listrik sehingga tidak
mencair, maka pasir flux ini masih memiliki bisa digunakan kembali sehingga
harus dikumpulkan. Mekanisme kerja komponen ini mirip seperti vacuum
cleaner. Selang yang digunakan untuk menyedot pasir – pasir flux diletakkan
pada bagian belakang rangkaian dan sedikit jauh dari pengumpan kawat dan
flux untuk mencegah gangguan pada saat proses las berjalan.
MEKANISME

Arus listrik yang di suplai dari trafo las digunakan untuk menyalakan busur listrik dan menghasilkan
panas. Lalu kawat las diumpankan secara terus menerus ke dalam kawah las oleh wire feeder. Proses
tersebut terjadi di bawah rendaman pasir silica yang berfungsi sebagai flux. Seluruhnya berjalan secara
otomatis melalui pengaturan yang terdapat pada trafo las yang secara umum mengatur tentang arus
listrik (Ampere), tegangan listrik (Voltage), dan laju pengelasan (Travel speed).

Pengelasan busur terendam (Submerged Arc Welding) mengandalkan pengumpanan otomatis sebagai
fungsi utamanya. Pengumpanan otomatis yang berjalan secara terus menerus tidak hanya untuk filler
metal saja, tetapi juga berlaku untuk flux. Sistem pengumpanan kawat las memiliki kemiripan dengan
mesin las GMAW, sedangkan pengumpan flux memiliki prinsip kerja yang jauh lebih sederhana dengan
menggunakan gaya gravitasi. Ketika saklar running berada pada kondisi menyala, maka mesin akan
bergerak sesuai dengan arah rel.
Kelebihan Las SAW:
Selain kemampuan penetrasi yang tinggi dan tingkat deposisi yang tinggi pula,
pengelasan SAW masih memiliki keunggulan lainnya. Salah satunya adalah tidak
memerlukan juru las yang ahli seperti pada proses pengelasan lainnya. Karena
pengelasan SAW yang bersifat otomatis maka pengelasan ini tidak membutuhkan juru las
melainkan operator las. Untuk melatih operator las supaya memiliki kemampuan
mengelas jauh lebih mudah daripada melatih juru las agar memiliki kemampuan yang
sama. Sehingga pengoperasian mesin las SAW secara tidak langsung lebih ekonomis dari
pengelasan lainnya.
Pengelasan otomatis juga memiliki tingkat keberhasilan lebih tinggi daripada pengelasan
manual. Karena prosesnya yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh banyak variabel maka
hasil dari proses pengelasan akan lebih rapi dan seragam. Faktor kesalahan manusia
memang menjadi faktor terbesar terjadinya cacat las dan diskontinuitas.
Busur las yang terendam juga memiliki banyak keunggulan ditinjau dari sisi keselamatan
dan kualitas pengelasan. Karena flux yang menutupi busur las akan mencegah sinar dan
asap las keluar dan mengkontaminasi area di sekitarnya. Pada proses yang lain kedua hal
tersebut dapat membahayakan operator las dan pekerja lainnya apabila tidak
dikendalikan. Gunungan flux tersebut juga dapat mencegah terjadinya spatter, sehingga
dapat meningkatkan kualitas pengelasan.
Kekurangan Proses Las SAW:
Untuk kelemahan dari pengelasan SAW sendiri lebih mengarah ke limitasi operasi mesin. Mesin
las SAW hanya bisa digunakan untuk posisi pengelasan 1G, 1F, dan 2F dengan desain
sambungan yang lurus dan panjang. Pengelasan pada pipa dengan diameter besar juga masih
memungkinkan menggunakan SAW dengan tipe mesin yang tidak bergerak dan pipa yang
berputar (1G pipa).
Karena pengelasan yang dilakukan secara terus menerus dan sambungan yang panjang, maka
plat dengan ketebalan dibawah 10 mm tidak dianjurkan untuk di las menggunakan proses ini.
Hal ini dilakukan untuk mencegah masukan panas yang tinggi tersebut merusak logam induk.
Jenis flux dan cara kerja flux yang memiliki kecenderungan untuk mengkontaminasi
menimbulkan beberapa isu operasional dan keselamatan kerja. Layaknya seperti proses las yang
lain yang melibatkan flux dan mengandalkan slag sebagai pelindung kawah las, pembersihan
slag untuk mencegah terjadinya diskontinuitas juga sangat penting untuk diperhatikan.
Sampah – sampah slag juga bisa berbahaya bagi pekerja apabila tidak ada pengarahan induksi
keselamatan kerja terlebih dahulu. Selain itu untuk menampung dan menghandle pasir flux
memang lebih rumit dan dapat menjadi permasalahan operasional.
 
K3

1. Peninjauan Lokasi Pengelasan


Dari hasil survei akan dapat ditentukan Iangkah-langkah penanganan oleh
pihak pengawas. seperti penyediaan baju tahan panas bagi pengelasan di
tempat yang sangat panas, peiindung pendengaran bagi pengelasan di
tempat yang bising, sabuk pengaman di tempat yang tinggi, dan pelindung
kedap air di tempat yang basah. Selain itu, perlu juga dipersiapkan pengujian
pendahuluan di tempat yang mengandung gas-gas yang berbahaya, rambu-
rambu peringatan, blower penyuplai udara segar di tern pat yang pengap,
serta alat perlindungan pernapasan di tempat yang banyak polusi debu.
2. Peralatan yang Dilas
Peralatan yang akan dilas harus dibersihkan dengan cara dibilas. Hal ini bertujuan agar
terhindar dari kandungan gas yang berbahaya. Selain itu harus mendapat izin dari pihak
pengawas operasi instalasi yang akan mengukukur kelayakan pengelasan.

3. Peralatan Pengelasan
Berikut hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
• Mesin las harus dalam keadaan baik, tidak rusak.
• Welding set tidak boleh cacat.
• Stang los dan ground harus dalam keadaan baik. Tidak boleh menghubungkan ujung
kabel telanjang pada bidang las. Sisa tembaga yang menempel pada permukaan baja
dapat menyebabkan keretakan yang sangat cepat.
• Rambu-rambu peringatan dan lembar selubung pelindung busur nyala listrik dipersiapkan
sesuai kebutuhan dan keadaan lingkungan.
4. Peralatan Bantu
Selain peralatan utama, dalam pengelasan diperlukan alat-alat
bantu, di antaranya sebagai berikut,
• Botol-botol acetylene, propan, serta zat asam yang harus dalam
keadaan bails dan telah diuji tekan.
• Regulator masih berfungsi dengan baik
• Selang gas tidak dalam keadaan cacat.
• Gerinda las masih berfungsi dengan baik
Peralatan Las Perseorangan
Seseorang yang melakukan pengelasan harus mengetahui peralatan
yang harus dipakai, balk yang bersifat perseorangan maupun kelompok.
Berikut peralatan pengelasan yang bersifat perseorangan.
• Peralatan biasa seperti: martil pembersih dari besi untuk pengelasan
besi/ baja, dari stainless steel untuk pengelasan stainless steel, dari
paduan tembaga untuk pengelasan paduan tembaga. Pemakaian yang
tertukar dapat mengakibatkan karat. Sikat kawat yang terbuat dari
tiga logam tersebut, pahat runcing yang terbuat dari baja, dan
stainless steel.
• Peralatan khusus seperti: tang pengukur anus/ tegangan, kapur
pengukur suhu permukaan bahan (tempil stick)
APD
1. Pakaian Kerja, dapat terbuat dari bahan katoon, kulit atau levis. Pakaian kerja juru
las dibuat lengan panjang dan bercelana panjang.
2. Helm Las, digunakan untuk melindungi muka dari sinar las (sinar ultraviolet, infra
red), radiasi panas las serta percikan bunga api las.
3. Kacamata Las, berfungsi untuk menurunkan kekuatan cahaya tampak dan harus
dapat menyerap atau melindungi mata dari sinar ultra violet atau infra merah.
4. Apron, melindungi dada dari sinar ultra violet, infra red, percikan bunga api las dan
panas pengelasan. Pelindung dada ini terbuat dari kulit yang lentur.
5. Sarung Tangan, melindungi tangan dari percikan las dan terak las agar terhindar
dari luka bakar, dan menghindari keringat.
6. Sepatu Boot, melindungi bagian kaki operator dan jatuhnya benda panas.
Contohnya adalah sepatu berbahan asbeston.
7. Pelindung telinga, mengurangi resiko terjadinya paparan bising.
LAS PATRI

Pematrian adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan


dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam
hal ini logam induk tidak turut mencair. Di samping itu juga Pematrian dapat
diartikan sebagai suatu metode penyambungan bahan logam di bawah
pengaruh panas dengan pertolongan bahan tambah logam atau campuran
logam. Prinsip dari pematrian yakni memanfaatkan logam penyambung lainnya
yang dalam keadaan cair dan kemudian membeku. Bahan tambah (biasa disebut
patri) merupakan bahan logam atau campuran logam yang mudah melebur
karena mempunyai titik lebur di bawah titik lebur bahan logam yang akan
disambungkan.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat Pemanas atau Pembakar
       Pada pematrian lunak, alat pemanas yang digunakan adalah baut pematri. Baut pematri berfungsi sebagai alat untuk
mencairkan solder. Sumber panasnya diperoleh dari pembakaran arang ataupun tenaga listrik. Baut pematri terdiri atas tiga
bagian, yaitu tembaga pemanas, batang pemegang, dan gagang. Sedangkan pada pematrian keras, alat pemanas yang biasa
digunakan adalah nyala api dari las oksi-asetilena.
b. Bahan Pembersih (Fluks)
       Bahan pembersih (fluks) berfungsi untuk membersihkan bagian yang akan dipatri sehingga timah patri dapat menempel
dengan baik dan kuat. Berbagai macam bahan pembersih yang dipakai pada sambungan patri dapat dalam bentuk lapisan
yang dibalutkan pada batang pengisi atau dapat dalam bentuk serbuk atau pasta. Agar dapat menghasilkan sambungan yang
baik, fluks-fluks untuk pengelasan satu logam tidak boleh digunakan untuk logam lain. Untuk itu, perlu diperhatikan hal
berikut untuk memilih fluks diantaranya:
1)      Jenis logam yang akan disambung.
2)      Jenis proses penyambungan.
3)      Suhu penyambungan.
Penggunaan fluks yang tepat sebagai berikut.
1)      Fluks harus dapat mengatasi oksida pada awal dan selama prose pematrian.
2)   Fluks dapat ditambah air murni hingga berbentuk pasta dan dapat dicatkan pada permukaan yang akan disambung.
3)      Pematrian dilakukan saat fluks masih lembab.
4)      Pemakaian fluks dapat juga dilakukan dengan cara mencelupkan bahan tambah yang masih panas pada fluks.
c. Bahan Pematri atau Solder
       Bahan pematri berfungsi sebagai alat perekat. Bahan pematri ada yang lunak da nada yang keras.
1)      Bahan Pematri Lunak
            Bahan pematri lunak terbuat dari timah yang terdiri atas timah dan timbel yang dicampur
dengan perbandingan 1:1. Suhu pencairan masing-masing bahan adalah timbel murni 6210F dan
timah murni 2500F. Selain itu, bahan pematri untuk mematri lunak juga terdiri atas campuran
antara timah hitam dan timah putih dengan perbandingan tertentu, antara lain:
a)      10 bagian timah putih, 10 bagian timah hitam
b)      10 bagian timah putih, 6 bagian timah hitam
c)      10 bagian timah putih, 5 bagian timah hitam
d)      10 bagian timah putih, 4 bagian timah hitam
2)      Bahan Pematri Keras            

Banyak jenis bahan penyambung untuk patri keras, sesuai dengan banyaknya jenis logam dasar yang disambung. Bahan penyambung dari tembaga dan perak
adalah yang lebih banyak dipakai. Ada empat macam bahan solder keras tembaga, yaitu sebagai berikut:

a)      Solder Keras Tembaga

                                        i.             Terbuat dari tembaga tungku lebur (FCu) dan (SF-Cu).

                                        ii.            Sifatnya sangat mudah dibentuk, menghasilkan jalur sambungan yang kedap, tahan asam, karat, dan suhu.

                                        iii.           Pemakaian untuk menyolder celah sambungan antara baja dan baja.

                                        iv.           Bahan pelumer (fluks) yang cocok, yaitu FSH3.

b)      Solder Keras Tembaga- Timah ( Solder Perunggu)

                                        i.            Terbuat dari tembaga dan timah dengan sedikit fosfor.

                                        ii.           Pemakaianya untuk penyolderan keras pipa baja.

                                        iii.          Bahan pelumer yang cocok, yaitu FSH3.

c)      Solder Keras Tembaga-Seng( Solder Kuningan)

                                      i.            Terbuat dari tembaga dan seng dengan campuran sedikit silisium timah, mangan, dan besi. Untuk keperluan khusus, ada juga
yang dicampur perak dan nikel.

                                     ii.            Sifatnya memiliki daya regang tinggi, kekuatan batas menengah, kekerasan rendah, dan merupakan bahan solder keras yang
paling banyak dipakai.

                                       iii.            Pemakaianya untuk menyolder macam-macam celah dan celah sambungan.

                                       iv.            Bahan pelumer yang cocok, yaitu FSH2, tetapi bahan pelumer ini tidak cocok untuk penyolderan logam keras.
d)      Solder Keras Tembaga-Nikel-Seng

i.            Terbuat dari tembaga, nikel, dan sengdengan sedikit sisipan silisium.

ii.           Sifatnya menghasilkan sambungan berkekuatan panas, kekuatan tarik tinggi hingga 800 N/mmz.

iii.          Pemakaianya untuk penyolderan celah (0,5-0,3 mm) dan penyolderan celah sambungan baja, nikel, paduan nikel, dan besi tuang.

iv.          Bahan pelumer yang cocok, yaitu FSH2.

e)      Bahan Solder Keras Perak

      Solder keras perak distandarisasikan terdiri atas tembaga (Cu), perak (Ag), seng (Zn), mangan(Mn), nikel(Ni), dan lain-lain. Beberapa jenis ada yang
mengandung cadmium(Cd) untuk menurunkan titik lebur. Semakin tinggi kandungan cadmium, maka semakin rendah suhu kerja solder. Suhu kerja paling
rendah 6100C, yaitu jenis solder L-Ag-40 Cd.

Sifat-sifat dari solder perak adalah sebagai berikut:

i.            Sangat encer dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke dalam celah.

ii.           Jalur hasil penyambungan sangat kuat, liat, tahan karat, dan putih.

iii.          Dengan memperhatikan sifat jenis solder ini, solder perak cocok untuk penyolderan keras berbagai logam berat.

            Selain peralatan utama, dalam proses pematrian juga dibutuhkan alat bantu yang akan memperlancar proses pematrian tersebut. Macam-macam alat
bantu yang digunakan, antara lain:

1)      Klem (penjepit),

2)      Palu besi,

3)      Alat pemegang atau penyangga, dan

4)      Tang penjepit.
MEKANISME

Proses pengikatan di dalam pematrian hanya berlangsung pada permukaan


bahan dasar yang akan disambung. Prinsip dasar yang membedakan
pematrian dengan pengelasan ialah bidang pematrian dipanaskan, namun
tidak sampai meleleh. Proses terjadinya ikatan patri dapat dijelaskan pada
bagan berikut. Bidang yang akan disambung (bidang pematrian) dipanaskan
Energi panas melelehkan patri, patri meleleh dan menjaring bidang-bidang
pematrian Efek pori-pori (celah kapiler) bidang pematrian menyebabkan patri
yang meleleh terhisap dan merambat masuk ke dalam celah pematrian Patri
mengeras dan mengikat diri dengan bahan dasar
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Anda mungkin juga menyukai