Prof. Dharsono
KONSEP CIPTA SENI MODERN
Konsep cipta seni berdasarkan konsep seni (Non Visual)
Seniman/disainer
De Witt H. Parker: dalam Teori Bentuk Seni
Sedikitnya ada 6(enam) prinsip untuk membuat indah (estetik)
berdasarkan bentuk seni (1) The principle of Organic unity (asas
kesatuan/utuh), (2) The principle of theme (Asas tema). (3) The principle of
thematic variation (Asas variasi menurut tema). (4) The principle of balance
(Asas keseimbangan), (5) The principle of evolition (Asas perkembangan), (6)
The prinnciple of hierarchy (Asas tata jenjang).
B. Berdasarkan Teori Monroe Beardsley
Monroe Beardsley dalam Problems in the Philosophy of Criticism,
menjelaskan adanya 3 ciri yang menjadi sifat-sifat membuat baik
(indah) dari benda-benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri termaksud
ialah:
1.Kesatuan (unity); ini berarti bahwa benda estetis ini tersusun secara
baik atau sempurna bentuknya.
2.Kerumitan (complexity); benda estetis atau karya seni yang
bersangkutan tidak sederhana sekali, melainkan kaya akan isi maupun
unsur-unsur yang saling berlawanan ataupun mengandung perbedaan-
perbedaan yang halus.
3.Kesungguhan (intensity); suatu benda estetis yang baik harus
mempunyai suatu kualitas tertentu yang menonjol dan bukan sekedar
sesuatu yang kosong. Tak menjadi soal kualitas apa yang
dikandungnya (misalnya suasana suram atau gembira, sifat lembut
atau kasar), asalkan merupakan sesuatu yang intensif atau sungguh-
sungguh.
SENI MODERN
Monroe C. Beardsley dalam teori kreatifitas seni
Filsafat seni
Karya seni Disebut karya
estetik
modern
Seniman/disainer
Monroe Beardsley dalam Problems in the Philosophy of Criticism,
secara filsafati dijelaskan sedikitnya ada 3 langkah utk membuat baik
(indah) dari benda-benda estetis pada umumnya. Yaitu, Unity, complexsity
dan intensity
KONSEP CIPTA SENI TRADISI
Konsep cipta seni berdasarkan konsep seni (Non Visual)
Untuk mencapai tataran adi, edi, peni, apik, endah (istilah dalam estetik Jawa).
mempunyai aturan dan prisip tatasusun sesuai dengan paradigma yang berlaku
secara turun- temurun, yang disebut dengan istilah: gandes, luwes, dhemes, pantes
gandes, luwes, dhemes, pantes, merupakan aturan dan prisip tatasusun berkaitan
dengan bagaimana orang jawa memperlakukan barang-barang kagunan (seni)
tersebut dengan bener lan pener.
Daftar Rujukan:
Ayatrohaedi, (penyunting),1986, Kepribadian budaya bangsa(local genius),
Jakarta:penerbit Dunia Pustaka Jaya, hal.83,86.
Dharsono dan Sunarmi (2007), Estetika Seni Rupa Nusantara, Surakarta: ISI
Press, hal 2;3
Dharsono (Sony Kartika (2007), Estetika, Bandung: Rekayasa Sain. hal.11;34-
35, 126,128,135-125, 125-126, 128-129;130;133
_______(2007), Budaya Nusantara: Kajian konsep Mandala dan Konsep Tri-
loka terhadap Pohon Hayat pada Batik. Bandung; Rekayasa sain. hal 32-33; 35-
36;113; 116;129;153.
_______(2013), Wacana Seni Nusantara, ), konsepsi modern dengan sentuhan
tradisi, Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. hal 208
_______(2014), “Fenomena Global local”(Revitalisasi nilai-nlai ajaran budaya
Jawa dalam menemukan jati-diri bangsa sebagai modal agar mampu bersaing
dalam percaturan global), Makalah Seminar, Surakarta: Konggres Kebudayaan
Jawa. Surakarta, 10-13 November 2014;hal 11