Anda di halaman 1dari 6

Kita telah masuk ke budaya instant digital gratification—kepuasan digital instan==dan

di dalamnya kita selalu sibuk, selalu ada hal yang harus kita lakukan—walau ironisnya,
akhirnya kita tidak pernah puas dengan pilihan kita itu.
Kecanduan internet memang masih belum dikenal secara global sebagai gangguan
medis, tetapi itu tidak akan lama. Sudah 5-10% pengguna internet mengalami
ketergantungan, demikian informasi dari Computer Addiction Center di Harvard’s
McLean Hospital.
Berdasarkan sebuah penelitian di University of California (San Diego), pada tahun
2008, kita mengkonsumsi informasi tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan
informasi yang kita terima pada tahun 1960.
Pergi keluar rumah tanpa membawa handphone bisa membuat kebanyakan orang
gelisah, begitu pula mematikan handphone saat malam. Sekarang banyak yang tidak
melakukannya. Siang-malam, hari libur atau hari kerja, handphone tetap menyala.
Dalam sebuah penelitian di Amerika, hanya 3 dari 220 pelajar Amerika yang bisa
mematikan handphone selama 72 jam. Penelitian menemukan bahwa 50% pengguna
Blackberry akan merasa ‘prihatin’ jika mereka terpisah dari perangkat digital mereka
itu dan 10% merasa ‘terpukul’.
Professor Nada Kakabadse menjadi penulis pendamping pada penelitian di
University of Nottingham di Inggris. Dia menemukan bahwa akan tiba suatu
hari ketika para pekerja menuntut para majikan yang bersikeras dengan pola
koneksi 24/7 dalam 365 hari. Sambil mengutip contoh yang terjadi pada
industri tembakau, para peneliti menemukan betapa hukum kian berubah
menjadi sarana untuk ‘menemukan hal-hal yang merugikan.’
Jadi, jika para majikan menciptakan budaya keterbukaan konstan dan instan,
tanggung jawab atas akibat sosial yang terjadi bukan lagi menjadi urusan
individu, melainkan menjadi urusan organisasi.
Dalam buku A Mind of Its Own, Cordelia Fine memaparkan bahwa setelan
standar otak kita adalah percaya. Umumnya karena otak itu malas, dan percaya
adalah kondisi yang lebih mudah murah. Walaupun demikian, ketika otak dalam
kondisi sibuk, situasi berubah menjadi ekstrem, kemudian otak Anda jadi
meyakini bahwa otak juga bisa mempertanyakan sesuatu dan tidak mudah
percaya. Kemampuan kita mengambil keputusan dipertaruhkan karena kita
terlalu sibuk mempertimbangkan berbagai alternatif, atau karena otak kita
mengajak kita terus menerus menyusuri berbagai informasi baru dengan cepat.
Jika kita sangat sibuk, banyak kemungkinan otak kita tidak mendengar nalar kita
daan akhirnya mendukung hal-hal yang berbahaya atau ide0ide yang bisa
mendatangkan kerugian pada kita. Kepalsuan, ketidaktulusan, dan berbagai
macam kebohongan besar, semua tumbuh subur dlam dunia yang terlalu sibuk
atau penuh distraksi.
Mengutip Richard Watson, dalam Future Minds: How the Digital Age is
Changing our Minds, Why This Matters and What We Can Do about It, generasi
sekarang ini adalah generasi yang menghabiskan waktunya di depan layar.
Internet: Perkenalan Yang Tidak
Diperdulikan
• Internet adalah jaringan komputer yang saling berhubungan secara global
(mendunia).
• Internet adalah “a computerized textual communication system”, sistem
komunikasi tekstual yang dilakukan dengan menggunakan komputer.
• “Sebuah sistem jejaring yang berkembang sangat cepat, yang secara kolektif
disebut Internet, menguhubungkan jutaan orang dalam ruang baru yang mengubah
cara kita berpikir, tabiat seksualitas kita, bentuk komunitas kita, dan identitas kita
sendiri” kata Turkle dalam buku-buku awal tentang kehidupan di Internet, Life on
the screen.
• Internet adalah perpustakaan besar untuk merambah jutaan buku, majalah,
makalah, jurnal, atau sumber-sumber informasi lainnya; atau pasar besar, atau mal,
untuk berjual-beli apa saja sejak barang sampai orang; atau sekedar main-main;
atau masjid dan gereja untuk belajar agama, baik yang radikal maupun moderat;
atau institusi dan tempat-tempat lainnya yang tidak terbayangkan.
Internet: Media Persuasi Yang Unggul
1. Komputer itu persisten, gigih, tekun. Persistent dalam bahasa Inggris artinya
“terus menerus melakukan sesuatu walaupun menghadapi kesukaran atau
perlawanan”. Jadi, walaupun tidak ada respons dari tuan atau nyonya rumah, ia
terus-menerus mengetuk pintu. Komunikator dalam komputer bisa terus menerus
menyuruh kita melakukan registrasi. Manusia tidak bisa bersaing dengan mesin.
Mesin bisa 24/7, tanpa makan dan minum, tanpa istirahat. Siap setiap saat untuk
menjebak kita.
2. Komputer memberikan peluang kepada komunikan untuk anonim.
3. Komputer dapat menyimpan, mengakses, dan memanipulasi sejumlah besar data.
4. Komputer menggunakan semua modalitas.
5. Software komputer bisa mereplikasi.
6. Komputer bisa berada dimana-mana.
Adiksi Internet: Konstruksi Siapa?
Gangguan jiwa (mental disorder) adalah hasil kontruksi sosial. Anda dikatakan sakit
jiwa jika perilaku anda tidak normal. Kata “abnormal” menimbylkan persoalan.
Apakah artinya menyimpang dari kebiasaan orang banyak, seberapa banyak dan
seberapa jauh? Atau tidak sejalan dengan norma-norma yang berlaku pada masyarakat
dan kebudayaan tertentu? Apakah saya mengalami gangguan jiwa karena saya
menggunakan sebagian besar waktu saya untuk membaca, padahal kebanyakan orang
di Indonesia tidak suka membaca? Apakah saya berperilaku tidak normal karena saya
mengkritik dengan teguran tegas, padahal orang Sunda (dalam kebudayaan Sunda)
diharapkan berbicara halus dan memakai bahasa isyarat?
Para psikolog merumuskan “abnormal” secara statistik. “Sifat-sifat, berpikir, dan
berperilaku dikatakan abnormal jika jarang terjadi atau secara statistik tidak biasa.”
Kesulitan definisi statistik ialah tidak memperhitungkan apakah perilaku yang
menyimpang itu dikehendaki atai tidak. Jika kecerdasan anda tinggi—menyimpang
jauh dari rata-rata.

Anda mungkin juga menyukai