Anda di halaman 1dari 17

Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

1
Sifat Koligatif Larutan
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Peta Konsep
Sifat yang bergantung pada Penurunan Tekanan dirumuskan P = Po – P
Banyaknya Zat Terlarut Uap Larutan (P) = Xt x Po
(Bukan Jenis Zat Terlarut)
Kenaikan Titik Didih dirumuskan Tb = Tbo – Tb
yaitu
Larutan (Tb) = m Kb

Penurunan Titik dirumuskan Tf = Tfo – Tf


pada antara
larutan lain Beku Larutan (Tf) = m Kf
Sifat Koligatif
Nonelektrolit
Larutan (SKL) dirumuskan
Tekanan Osmotik
 V = n RT
()
pada
larutan
antara
lain
Penurunan Tekanan dirumuskan P = Po – P
Elektrolit Uap Larutan (P) = (i) Xt x Po

dipengaruhi Kenaikan Titik Didih dirumuskan Tb = Tbo – Tb


Larutan (Tb) = (i) m Kb
Faktor van’t Hoff
Penurunan Titik dirumuskan Tf = Tfo – Tf
dirumuskan Beku Larutan (Tf) = (i) m Kf
dirumuskan
i = 1 +( n – 1) Tekanan Osmotik
 V = (i) n RT
()
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

A. Penurunan Tekanan Uap Larutan

Tekanan uap zat padat pada umumnya rendah sehingga


kebanyakan zat padat nonvolatil (tidak mudah menguap).

Adanya zat terlarut nonvolatil dalam larutan menyebabkan


tekanan uap larutan (P’) menjadi lebih rendah daripada
tekanan uap pelarut murni (Po).
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Diagram PT

Tekanan uap larutan (P ')


lebih kecil daripada
tekanan uap pelarut murni
(Po) pada semua
temperatur. Agar tekanan
uap larutan sama dengan
tekanan uap pelarut murni
(P = Po), larutan harus
mempunyai temperatur
yang lebih tinggi (T2)
daripada pelarut murni (T1).
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Hukum Raoult

“Pada temperatur yang sama, tekanan uap larutan (P) yang


mengandung zat terlarut nonvolatil (tidak mudah menguap) sama
dengan fraksi mol pelarut (Xp) dalam larutan dikalikan dengan
tekanan uap pelarut murni (Po)”.
massa pelarut (g)
P = Xp × Po np = mol pelarut = Mr pelarut

np massa zat terlarut (g)


Xp = nt = mol zat terlarut =
nt  np Mr zat terlarut

Bisa juga dinyatakan sebagai:


nt
o
ΔP = P – P = X t × P o Xt =
nt  np
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Contoh:
Suatu zat tidak mudah menguap sulfanilamid (C6H8O2N2S) mudah
terlarut dalam aseton (C3H6O). Berapa mmHg tekanan uap larutan
yang mengandung 1,00 g sulfanilamid yang terlarut dalam 10,0 g
aseton pada 39,5 oC jika tekanan uap murni aseton pada temperatur
tersebut 4,00 x 102 mmHg? (Ar: C = 12; H = 1; O = 16;N = 14; S = 32)
Jawab:
Mr sulfanilamid = 6(12) + 8(1) + 2(16) + 2(14) + 1(32) = 172
Mol 1 g sulfanilamid = 5,81 x 10–3 mol
Mol 100 g aseton = 0,172 mol
Fraksi mol aseton (sebagai pelarut), Xp = 0,967
Dengan menggunakan hukum Raoult, P = Xp x Po
P = 0,967 x (4,00 x 102 mmHg) = 3,87 x 102 mmHg.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

B. Kenaikan Titik Didih dan Penurunan Titik Beku


Larutan
1. Kenaikan Titik Didih Larutan
Hubungan antara sifat-
sifat penurunan
tekanan uap (∆P),
kenaikan titik didih
(∆Tb), dan penurunan
titik beku (∆Tf) larutan
dapat diterangkan
dengan bantuan suatu
diagram tekanan uap
versus temperatur.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

∆Tb = Tb – Tbo = m Kb

∆Tb = kenaikan titik didih


Tb = titik didih larutan (oC)
Tbo = titik didih pelarut murni (oC)
massa zat terlarut (g)
mol zat terlarut Mr zat terlarut
m = molalitas = 
kg pelarut kg pelarut

Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC kg mol–1)

Kb hanya bergantung pada pelarut dan menunjukkan kenaikan


titik didih yang disebabkan oleh penambahan satu mol partikel
zat terlarut pada 1 kg pelarut.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

2. Penurunan Titik Beku Larutan

∆Tf = Tf – Tfo = m Kf

∆Tf = penurunan titik beku


Tf = titik beku larutan (oC)
Tfo = titik beku pelarut murni (oC)
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal (oC kg mol–1)

Kf hanya bergantung pada pelarut dan menunjukkan penurunan


titik beku larutan yang disebabkan oleh penambahan satu mol
partikel zat terlarut pada 1 kg pelarut.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Contoh:

Sebanyak 0,300 g urea, CO(NH2)2, dilarutkan ke dalam 10,0 g air.


Dengan menganggap sifat larutan ideal, hitunglah
A. titik didih larutan dan B. titik beku larutan.
(Kb H2O = 0,512 oC kg mol–1; Kf H2O = 1,86 oC kg mol–1)
Jawab:

A. Molalitas larutan = 5 x 103 mol


∆Tb = m Kb = 0,5 mol kg–1 x 0,512 oC kg mol–1 = 0,256 oC
Titik didih larutan = 100,00 oC + 0,256 oC = 100,256 oC

B. ∆Tf = m Kf = 0,5 mol kg–1 x 1,86 oC kg mol–1 = 0,93 oC


Titik beku larutan = 0,00oC – 0,93 oC = –0,93 oC
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

C. Tekanan Osmotik ()

 Mengapa buah mentimun yang dimasukkan ke dalam larutan


pekat garam dapur beberapa hari menjadi mengkerut?
 Mengapa sel darah merah yang dimasukkan ke dalam air
suling menggelembung?
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

 Dinding sel kulit mentimun dan sel darah merah dalam peristiwa
tersebut bertindak sebagai dinding semipermeabel.
 Selaput semipermeabel adalah suatu selaput yang mempunyai
ukuran pori-pori tertentu seperti selofan dan selaput-selaput
biologis.
 Apabila suatu pelarut murni (misalnya air) dipisahkan dari
larutannya yang mengandung zat nonelektrolit yang tidak mudah
menguap (misalnya gula) oleh suatu selaput semipermeabel,
molekul-molekul pelarut dapat menembus selaput tersebut,
sedangkan molekul-molekul terlarut tidak dapat melewatinya.
 Peristiwa pemisahan molekul-molekul besar (makromolekul) dari
pelarutnya (misalnya air) dan ion-ion serta molekul-molekul kecil
seperti di atas disebut dialisis.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Skema peristiwa osmosis melalui selaput semipermeabel

Tekanan hidrostatis (Δh) yang mengimbangi tekanan yang diakibatkan


oleh gerak molekul-molekul pelarut yang masuk dari A ke larutan B
melewati dinding semipermeabel disebut tekanan osmotik.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Untuk larutan encer yang zat terlarutnya bersifat nonelektrolit dan


tidak mudah menguap, tekanan osmotiknya dirumuskan oleh J.H.
van’t Hoff (1852–1911).
 = tekanan osmotik (atm)
V = volume larutan (liter)
V = nRT n = mol zat terlarut
R = 0,082 L atm K–1 mol–1
T = temperatur absolut (K)

 Larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut


larutan isotonik.
 Larutan yang tekanan osmotiknya lebih besar daripada
larutan lainnya disebut hipertonik.
 Larutan yang tekanan osmotiknya lebih kecil daripada larutan
yang lainnya disebut hipotonik.
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Contoh:

Suatu larutan terbuat dari 0,57 g sukrosa (C12H22O11, Ar: C = 12,


H = 1, O = 16) yang dilarutkan ke dalam air sehingga bervolume
250 mL pada temperatur 27oC. Berapa tekanan osmotiknya?
Jawab:
0,57
n mol  0,00167 mol
342
T = (27 + 273) K = 300 K
V = 250 mL = 0,25 L

nRT 0,00167 mol  0,082 L atm mol 1 K 1  300 K


   0,164 atm
V 0,25 L

Tekanan osmotik larutan tersebut = 0,164 atm.


Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Larutan elektrolit mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak


daripada larutan nonelektrolit

Untuk larutan elektrolit, berlaku:

i disebut faktor van’t Hoff


∆P = i(Xt Po)
i = {1 + (n – 1)}
∆Tb = i(m Kb)
 = derajat ionisasi
∆Tf = i(m Kf) n = banyaknya ion yang terbentuk
oleh tiap molekul zat terlarut
 = i(nVRT )
Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5

Contoh:
Di antara 0,1 m larutan berikut, mana yang titik didihnya paling tinggi?

A. urea, CO(NH2)2 B. glukosa (C6H12O6)


C. NaCl D. sukrosa (C12H22O11)
E. Na2SO4

Jawab:

A, B, dan D zat nonelektrolit (n = 1), NaCl elektrolit (n = 2),


Na2SO4 elektrolit (n = 3). Karena konsentrasi sama, titik didih
tertinggi dimiliki larutan elektrolit dengan n terbesar, yaitu
Na2SO4 (E).

Anda mungkin juga menyukai