Anda di halaman 1dari 33

TETANUS

Tetanus
 Gangguan neurologis, ditandai
dengan peningkatan tonus otot dan
spasme, disebabkan oleh
tetanospasmin. 1
 Tetanospasmin : suatu protein
neurotoxin poten yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani. 1
 Manifestasi spasme otot yang sangat
nyeri, gangguan saraf otonom dan
1.A brutyn E, Tetanus. In : Braunwald Eugene, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L Hauser,
kelemahan pernafasan.2
Dan L Longo, Jameson, Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 edition.volume 1. New York: Mc
Graw Hill; 2004. p.918 –920.
2.National Foundation for Infectious Diseases. F acts about tetanus for adults. Available at:
http:// www.nfid.org/ factsheets/ tetanusadult.html
Epidemiologi Tetanus
 Resisten:
desinfektan,
pendidihan 20 mnt
 Pola: Sporadik.
Puncaknya di
 Habitat : tanah, musim
kotoran hewan & panas/dingin
manusia  Mortalitas: 40-78%
 Transmisi: Luka yang  Inkubasi: 7-10 hari
terkontaminasi  Onset (Gx-spasme):
1-7 hari
pengecatan Gram mikroskop elektron drum stick

Clostridium tetani

Sumber: Soylouglu SB, http://www.bilkent.edu.tr/-bilheal/


Aykonu/ay2005/mart05/tetanoz.html
Macam- macam Luka Penyebab Tetanus (1998
- 2000)

Other
17%

Puncture
Chr wound
37%
11%

IDU
5%

Abrasion
Laceration 6%
24%

Sumber: CDC. Tetanus surveillance-United States,199 8 - 2000,MMW R 2003;


52
(No.SS- 3):1-12
Tetanus sebagai komplikasi penyakit kronis:

Ulkus
Abses
Gangren
Luka bakar
Infeksi telinga tengah
Pembedahan
Aborsi
Persalinan
PATOGENESIS TETANUS

 C. tetani masuk lewat luka.


 Kondisi anaerob ( O2 rendah)

spora(+)proliferasi menghasilkan
eksotoksin:
1. Tetanospasmin: neurotoksin yang
sangat kuat & menghasilkan sindroma
klinis tetanus
2. Tetanolisin: destruksi jaringan lokal,
mengoptimalkan kondisi untuk
multiplikasi bakteri
hegazi8@hotmail.com
Sumber: Hegazi AM, http://www.imbabafevers.com 8
Target:
Tetanospasmin
 SSP, medula spinalis & otak
 Syaraf perifer, autonom (stimulasi kronis
syaraf simpatis menyebabkan hipertensi)

Sumber: Campbell V,et al. Clostridium,


Http://www.courses.washington.edu.
Tetanospasmin

Absorbsi ke dalam SSP


 Absorbsi ke dalam akson dan ditranspor menyeberangi synaptic
junctions menuju ke SSP
Ikut sirkulasi darah & limfe
Terikat dengan cepat ke gangliosides di presynaptic junction dari
inhibitory motor nerve endings.
Cara Kerja
Mengeblok impuls inhibitor dengan cara menghambat pelepasan
neurotransmiter (glycine & gamma-amino butyric acid)
Mencegah pelepasan neurotransmiters dengan cara membelah
synaptobrevin II (komponen vesikel synaptik)
Menyebabkan kontraksi simultan antara otot agonis & antagonis,
spasme otot, dan kejang

Sumber: Campbell V,et al. Clostridium,


Http://www.courses,washington.edu.
Sumber: Campbell V,et al. Clostridium,
Http://www.courses.washington.edu.
Sumber: http://www.chem.gla.ac.uk/-dina/tetanus/tetc-transport-3.pshp.small.jpg
Tetanospasmin: polipeptida rantai
ganda dengan berat 150 kd yang
dihubungkan dengan jembatan
disulfida.
 Rantai berat (100 kd): ikatan spesifik
dengan sel neuronal dan transport
protein.
 Rantai ringan (50 kd): menghambat
pelepasan neurotransmiter.
Sumber: *Hegazi AM, http://www.imbabafevers.com
*Abrutyn Elias, Tetanus. In : Braunwald Eugene, Anthony S. Fauci, Dennis L.
Kasper, Stephen L Hauser, Dan L Longo, Jameson, Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 16 edition.volume 1. New York: Mc Graw Hill; 2004. p.918 –
920.
hegazi8@hotmail.com
13
Toksin ikut dalam sirkulasi darah
tetapi tidak dapat menembus sawar
darah otak, kecuali lewat ventrikel IV.
Toksin secara eksklusif diserap oleh
neuro muscular junction dan
diangkut lewat intraaksonal dengan
kecepatan 75-250 mm/hari. Dalam 2-
14 hari akan mencapai susunan
syaraf pusat.

Sumber: Hegazi AM, http://www.imbabafevers.com


 Gejala muncul bila toksin berhasil
memblokade terminal presynaptik yang
menghambat sel-sel Renshaw & serabut-
serabut 1a motor neuron alfa yang
mengatur gama amino butyric acid (GABA)
& glycine.
 Terjadi penurunan inhibisi refleks motorik
batang otak & medula spinalis  tonus
otot &rigiditas ↑  spasme.
 Otot wajah terkena paling awal karena
jalur axonalnya pendek.
 Ikatan toksin pada syaraf bersifat
irreversibel. Penyembuhan pasien butuh
waktu lama, tergantung pada
pembentukan syaraf yang baru.
Sumber: Taylor AM, Tetanus. Continuing Education in Anesthesia, Critical
Care, & Pain 2006; 6:101-104
GABA
Berasal dari dekarboksilasi glutamat oleh
enzym glutamate decarboxylase (GAD).
GAD berada di sebagian besar nerve endings
otak seperti halnya di sel β pankreas.
Penghambat transmisi presynaptik di SSP dan
retina.
Neuron-neuron yang mensekresi GABA disebut
GABAergic. GABA bekerja dengan berikatan
pada 2 reseptor: GABA-A & GABA-B.
Ikatan GABA ke reseptor GABA-A meningkatkan
aktifitas kanal klorida neuron presynaptik.
Reseptor GABA-B berikatan dengan protein G
intrasel dan bekerja pada kanal kalium.
hegazi8@hotmail.com
Sumber: Hegazi AM, http://www.imbabafevers.com 17
TRANSMISI NEUROMUSKULAR

Sumber: Hegazi AM, http://www.imbabafevers.com


hegazi8@hotmail.com
18
Transmisi neuromuskular tergantung masuknya kalsium
melalui voltage-gated calcium channels (VGCCs) ke dalam
terminal syaraf motorik  terjadi pelepasan acetylcholine
(ACh).
Acetylcholine terikat pada postsynaptic ACh receptors
(AChRs) dan membuka kanal-kanal ion depolarisasi
mengaktifkan voltage-gated sodium channels  potensial
aksi otot & kontraksi otot.
Acetylcholine akan segera dihancurkan oleh
acetylcholinesterase  repolarisasi terminal syaraf motorik
 pembukaan voltage-gated potassium channels (VGKCs).
Mechanism of Action

Sumber: Campbell V,et al. Clostridium,


Http://www.courses.washington.edu.
Sumber: http://www.agen.ufl.edu/-chyn/age2062/lect/lect_25
Struktur 3 dimensi yang
menunjukkan ada 2
binding sites toksin,
yaitu: galactose-specific
& sialic acid-specific.
Nampak pula
oligosaccharide
crosslinking protein.
Tetanus toksin
berikatan dengan
gangliosida yang paling
tinggi afinitasnya, yaitu:
disialo- and trisialo-
gangliosides (GD1bSumber: and *
GT1b, respectively)
http://www.chem.gla.ac.uk/-dina/tetanus/tetc-tra
nsport-3.pshp.small.jpg
**Angstrom, J., Teneberg, S. and Karlsson, K.A.
(1994) Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A 91, 11859-
11863
Neurotoksin tetanus menghambat
pelepasan neurotransmiter pada synaps SSP.
Toksin yg terikat pada membran
presynaptik neuromuscular junction, masuk
dan ditransport retroaksonal ke spinal cord.
1.Toksin diproduksi dari tempat jauh
2.Bergerak retrograde sepanjang serabut
syaraf perifer ke motor neurons.
3.Toksin eksositosis dari motor neuron
4.Endositosis ke inhibitory neuron .
5.Pelepasan rantai pendek toksin ke
sitoplasma.
6. Pembelahan VAMP/synaptobrevin
(protein membran yang penting untuk
pengeluaran vesikel intraseluler yang
mengandung neurotransmiter),  spastic
paralysis

Sumber: Songer JG. Neurotoxic Clostridia.Http://www.microvet.arizona.edu/2006


Tetanus Generalisata
 Paling sering
 Trias: rigiditas, spasme, disfungsi
otonomik
 Trismus, lockjaw, risus sardonicus,
disfagia, retraksi kepala, opistotonus,
gangguan respirasi.
 Stimulus: sentuhan,visual, auditori,
emosi
1.A brutyn E, Tetanus. In : Braunwald Eugene, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L Hauser, Dan
L Longo, Jameson, Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16 edition.volume 1. New York: Mc Graw
Hill; 2004. p.918 –920.
2. Hegazi AM, http://www.imbabafevers.com
Tetanus Clinical Features
 Incubation period; 8 days
(range, 3-21 days)
 Three clinical forms: local (not common),
cephalic (rare), generalized (most
common)
 Generalized tetanus: descending
symptoms of trismus (lockjaw), difficulty
swallowing, muscle rigidity, spasms
 Spasms continue for 3-4 weeks; complete
recovery may take months
TETANUS CLINICAL
FEATURES
 Incubation period 8 ( 3-21)
days
 Three clinical forms: Local
(uncommon), cephalic (rare),
generalized (most common)
 Spasms continue for 3-4
weeks; complete recovery in
months
 Typical facial appearance =
'risus sardonicus'
 Back muscle spasm
ophisthotomous
Tetanus Lokal Tetanus Sefalik
Jarang (2%) Jarang
Otot sekitar luka Otitis media, truma
Ringan, dapat kepala
menetap bbrp bulan Trismus, paralisa
Pemicu tetanus n.cranialis (N.VII),
generalisata ringan disfagia, diplopia
Prognosa baik (1% Mortalitas >>
fatal)

1.A brutyn E, Tetanus. In : Braunwald Eugene, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper,


Stephen L Hauser, Dan L Longo, Jameson, Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16
edition.volume 1. New York: Mc Graw Hill; 2004. p.918 –920.
2. Hegazi AM, http://www.imbabafevers.com
Perubahan Fisiologi
Kardiovaskuler
 ‘Badai Otonomik’  Cairan peningkatan
 Sirkulasi hiperkinetik, sementara tekanan pengisian
jantung.
takikardi, isi sekuncup ↑,  Penderita derajat IV  rentan
hipertensi. hipotensi berat & syok (‘badai
 Instabilitas kardiovaskuler: vasodilatasi akut’)
hiperstimulasi dengan  Stimulasi katekolamin
hipertensi, takikardi & mendadak ↓
depresi dengan  Efek langsung toksin pada
myokardium
hipotensi,bradikardi

Sumber: Ismanoe G. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.PAPDI.
FKUI.2006;403:1801-1802
Perubahan Fisiologi
Respirasi
ö Spasme dinding ö Badai
dada, diafragma, Hiperventilasi:
abdomen  defek ketakutan,
restriktif gangguan
ö Spasme faring +
otonomik + batang
laryng  gagal
otak.
napas, obstruksi
ö Tidak mampu batuk
ö Hipokarbia berat
 atelektasis, (PCO2 < 3,3 kPa)
pneumoni ö Berat:
ö Tidak mampu hipoventilasi,
menelan  aspirasi periode apneu
Sumber: Ismanoe G. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.PAPDI.
FKUI.2006;403:1801-1802
Perubahan Fisiologi Ginjal
☺ Tetanus Berat
☺ Laju filtrasi glomerulus ↓, gangguan
fungsi tubulus
☺ Penyebab: dehidrasi, sepsis,
rabdomyolisis, perubahan mendadak
aliran darah ke ginjal, instabilitas
otonomik
☺ nekrosis tubular akut
☺ Oliguri/poliuri

Sumber: Ismanoe G. Tetanus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.PAPDI.
FKUI.2006;403:1801-1802
Komplikasi Tetanus
Laringospasme
Fraktur
Hipertensi
Infeksi Nosokomial
Emboli Paru
Pneumonia Aspirasi
Kematian
Treatment
 Supportive :
• Benzodiazepine
• Diazepam
• Iv atau drip.
 Autonomic dysfunction :
• α & β adrenergic blocking agents
 Antibiotik :
• PPC 2 X 1,5 juta
 Atau Penicillin G, 10 – 24 juta continous infusion atau
interval dose /4-6 jam
• Metronidanidazole 500 mg/6 jam
Thank You

Anda mungkin juga menyukai