Di Indonesia
Sistem Pemerintahan Indonesia
• Sistem pemerintahan merupakan serangkaian cara yang digunakan
suatu negara untuk mengatur segala yang berhubungan dengan
kepemerintahan dan kenegaraan. Aturan pemerintahan yang masuk
dalam sistem berkaitan dengan sekumpulan aturan dasar tentang
pola kepemerintahan, pola pengambilan kebijakan, pola pengambilan
keputusan, dan lainnya.
Sistem Pemerintahan Periode
1945 – 1949 (18 Agustus 1945 –
14 November 1945)
• Sistem pemerintahan: Presidensial
• Bentuk pemerintahan: Republik
• Bentuk negara: Kesatuan
• Konstitusi: UUD 1945
Kelebihan Dan Kekurangan Di Masa
Awal Kemerdekaan:
• Menjalankan Prinsip distribution of power.
• Sistem pemerintahan tidak berjalan/tidak dapat bekerja sama.
Sistem Pemerintahan Periode 1945 – 1949 (14
November 1945 – 27 Desember 1949)
• Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya sebab tidak tergantung pada parlemen
• Bahwa seorang Menteri tidak dapat di jatuhkan Parlemen karena bertanggung
jawab kepada presiden.
• Pemerintah dapat leluasa karena tidak ada bayang-bayang krisis kabinet
• Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif sebab dapat
diisi oleh orang luar termasuk juga anggota parlemen sendiri.
• Masa jabatan badan eksekutif lebih pasti dengan jangka waktu tertentu.
Misalkan, masa jabatan Presiden Amerika Serikat selama empat tahun,
sedangkan Presiden Indonesia lima tahun.
• Penyusun program kerja kabinet lebih mudah disesuaikan dengan jangka waktu
masa jabatannya.
Sistem pemerintahan periode 1949 – 1950
(27 Desember 1949 – 15 Agustus 1950)
• Sistem pemerintahan: Parlemen semu (Quasi perlemen)
• Bentuk pemerintahan: Republik
• Bentuk negara: Serikat (federasi)
• Konstitusi: Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS)
• Pada periode pemerintahan 1949 – 1950 pernah terjadi 2 kali
perjanjian yang dilakukan oleh Indonesia dan Belanda, yaitu perjanjian
Renville (1949) dan Konferensi Meja Bundar (1949). KMB menghasilkan
berbagai perjanjian antara Indonesia dan Belanda, salah satunya yaitu
pembentukan negara perserikatan, yaitu Republik Indonesia Serikat
(RIS).
• Bentuk negara serikat ini seperti di Amerika, negara dibagi menjadi
beberapa bagian, antara negara satu dengan yang lainnya saling
bersekutu. Begitu juga Indonesia pada periode 1949 – 1950. Setelah
perjanjian tersebut, pada tanggal 27 Desember 1949 dibentuk
pemerintahan sementara, Soekarno sebagai presiden dan Hatta sebagai
Pendana Menteri.
• Dengan adanya Perdana Menteri dalam sistem pemerintahan, itu artinya
bahwa Indonesia pada saat itu menggunakan sistem pemerintahan
parlemen. Sistem pemerintahan parlemen artinya bahwa pengambilan
keputusan dan lain-lainnya berada di tangan Perdana Menteri.
• Dan itu tidak terjadi pada pemerintahan periode tersebut, pengambilan
keputusan tertinggi tetap berada di tangan presiden. Bisa dikatakan
bahwa pada saat itu Indonesia menggunakan sistem parlementer semu
atau quai parlementer.
Kelebihan Di Masa RIS:
• Tidak ada mosi tidak percaya dari parlemen.
• DPR dapat membubarkan kabinet bila dianggap menyimpang.
Kekurangan RIS:
• Masa jabatan kabinet tidak ditentukan.
• Kepala negara tidak dapat diganggu gugat, karena yang bertanggung
jawab adalah para menteri.
• Mementingkan kekuatan partai di parlemen.
Sistem pemerintahan periode
1950 – 1959 (15 Agustus 1950 –
5 Juli 1959)
• Sistem pemerintahan: Parlementer
• Bentuk pemerintahan: Republik
• Bentuk negara: Kesatuan
• Konstitusi: UUDS 1950
• Pada periode ini bentuk Negara Indonesia bukan lagi Serikat, tapi sudah
kembali menjadi negara kesatuan. Tahun 1956 dibentuk lembaga
negara yang bernama konstituante. Konstituante bertugas untuk
membentuk Konstitusi baru negara atau UUD baru. Selama periode
1950 – 1959 Indonesia menggunakan Undang-undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950.
• Ternyata sampai tahun 1959 konstituante tidak dapat membentuk
konstitusi negara baru, sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 Soekarno
mengeluarkan dekrit presiden yang menyatakan pembubaran
lembaga tersebut. Bukan hanya itu saja, tetapi ada 3 hal pokok
dekrit presiden yang dikeluarkan oleh Sukarno, yaitu:
• Pembubaran konstituante.
• Pemberlakuan kembali UUD 1945 untuk menggantikan UUDS 1950.
• Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dan
Majelis Permusyawaratan Sementara (MPRS).
Kelebihan Di Masa Ini: Kekurangan
DiMasa Ini:
Kelemahan Sistem
Pemerintahan Parlementer
• Keberhasilan sangat sulit dicapai jika partai di negara tersebut sangat
banyak( banyak suara).
• Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan
manjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif
lainnya
• Kabinet sering dibubarkan karena mendapatkan mosi tidak percaya
Parlemen
Kelebihan Sistem Pemerintahan
Parlementer
• Pengaruh rakyat terhadap politik yang dijalankan sangat besar
sehingga suara rakyat sangat didengarkan oleh parlemen
• Dengan adanya parlemen sebagai perwakilan rakyat maka
pengawasan pemerintah dapat berjalan dengan baik
• Pembuat kebijakan bisa ditangani secara cepat sebab gambang terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif & legislatif. Hal ini disebabkan
kekuasaan eksekutif & legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
• Sistem pertanggungjawaban dalam pembuatan dan juga pelaksanaan
kebijakan publik sangat jelas.
Sistem pemerintahan periode 1959 – 1966 (5 Juli
1959 – 11 Maret 1966)
• Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.
• Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
• Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
• Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
• Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR
memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
• Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
• Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem
pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah
sebagai berikut;
• Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak
langsung.
• Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
• Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
• Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-
undang dan hak budget (anggaran)