Anda di halaman 1dari 42

DISKONEKSI

Pendahuluan
• Organik sintesis merupakan ilmu yang memudahkan
kimiawan melakukan peniltian dalam sintesis
senyawa organik

• Pendekatan diskoneksi adalah metode yang dapat


memudahkan para kimiawan alam merekayasa dan
menentukan bahan dasar apa saja yang dapat
digunakan pada penelitian.
Diskoneksi
• Diskoneksi adalah pemotongan ikatan secara
imaginer pemecah molekul yang diharapkan lebih
sederhana.
• Diskoneksi biasa disebut kebalikan dari sintesis,
jika sintesis mereaksikan senyawa starting
material menjadi suatu produk senyawa baru.
• Proses dikoneksi dapat dilakukan beberapa tahap
hingga mendapat senyawa yang diinginkan
Apabila suatu senyawa kimia memiliki ikatan lebih dari
satu yang harus diputus, maka harus dipilih salah satu
pertimbangan:
a. Sedapat mungkin di sekitar bagian tengah molekul
sehingga didapatkan dua molekul yang seimbang.
b. Sebaiknya pada titik cabang yang lebih memberikan
fragmen berantai lurus untuk meminimalkan
gangguan sterik dalam reaksi.
c. Diskoneksi untuk senyawa-senyawa aromatic secara
umum dilakukan pada gugus/ subtituennya.
d. Memilih runtutan reaksi juga harus didasarkan pada
factor efisiensi dan kelayan reaksi serat bahan baku
yang digunakan.
e. Jika pada suatu senyawa aromatic terdapat dua
gugus yang berbeda, maka pemotongan ikatan
berdasarkan pada reaktivitas relatifnya. Gugus
penarik elektron (deaktivasi) mendapat prioritas
pertama dalam pemutusan ikatan dan seterusnya.
(Budimarwati: 2012)
Interkonversi Gugus Fungsi

• Tahapan analisis dilakukan pengenalan gugus


fungsional yang ada pada molekul target terkait
dengan keelektronegatifannya, pengaruh pada
sintesis dan penentuan diskoneksi secara langsung
atau harus diubah terlebih dahulu memalui
interkonversi gugus fungsi atau IGF.
• Diskoneksi dilakukan dengan cara demikan supaya
senyawa dapat direaksikan kembali sesuai dengan
metode reaksi-reaksi kimia organik yang dipercaya.
Untukmendapatkan hasil yang selektif kadang-
kadang memerlukan senyawa pelindung gugus
• Berikut merupakan contoh interkonverensi gugus
fungsional (Stuart: 1995).

Gambar Proses Interkonversi Fungsional (Stuart: 1995).


Sinton
 Diskoneksi aromatik yang berguna lainnya adalah
sinton.

 Sinton merupakan fragmen ideal yang dapat atau tidak


dapat terlibat dalam reaksi, tetapi yang membantu
untuk menentukan reagen-reagen yang sesuai untuk
digunakan.
 Reagen inilah yang disebut sebagai material pemula,
yaitu senyawa yang digunakan dalam reaksi sintesis
sebagai pengganti sinton
• Bila analisis lengkap, maka sinton harus digantikan oleh reagen
untuk kegunaan praktis.
• Untuk sinton anionik, reagen yang sering digunakan adalah
hidrokarbon yang bersangkutan,
• untuk sinton kationik reagen yang umum digunakan merupakan
halide yang bersangkutan.
Nukleofil
Nukleofil :
• molekul yang kaya elekktron dan dapat bereaksi
dengan elektrofil.
• cinta nukleus / inti (nucleus loving)

Identifikasi pusat nukleofil


- Ion bermuatan negatif dengan pasangan elektron
bebas . Contoh : -OH (ion hidroksi)
- Molekul netral jika molekul tersebut mengandung
gugus fungsi yang kaya elektron.
Contoh : Amina
• Oksigen dalam H2O, ROH, RCO2H, RSO3H, dan basa
konjugasinya (OH-, RO-, dan sebagainya).
• Belerang dalam H2S dan RSH, serta basa konjugasinya,
dan ionbisulfit (HSO3-).
• Nitrogen dalam NH3 dan NH2-, amina dan turunan amina
(sebagai contoh NH2OH),
• Karbon dalam ion sianida (CN-), ion asetilida (HCC- dan
RCC-), karbanion (sebagai contoh, CH3COCH2-), dan
senyawa organologam (sebagai contoh, CH3 - MgI).
• Ion halida (F-, Cl-, Br-, I-).
• Hidrogen seperti ion hidrida dan spesies pembawa ion ini
(sebagicontoh, LiAlH4).
Elektrofil
Elektrofil : -
• molekul yang kekurangan elektron dan dapat bereaksi dengan
nukleofil
• Cinta elektron (elektron loving)

Identifikasi pusat elektrofil


- Ion yang bermuatn positif. Contoh : Karbokation
- Molekul netral, jika mengandung gugus fungsi
Contoh : karbonil dan alkil halida

Atau dengan kata lain pusat elektrofil adalah atom yang kekurangan
elektron dalam gugus fungsi. Contohnya atom karbon atau hidrogen
yang terikat pada atom elektronegatif seperti oksigen atau nitrogen.
• Hidrogen dalam bentuk pemberi proton seperti H3O+
atau suatu asam karboksilat.
• Halogen: klorin, bromin, dan iodin.
• Nitrogen seperti ion nitronium (NO2+), ion
nitrosonium (NO+), alkil nitril (RO-NO2), dan ion
diazonium aromatik (ArN2+).
• Belerang seperti belerang trioksida, biasanya
diturunkan dari asam sulfat.
• Oksigen seperti hidrogen peroksida dan ozon.
• Karbon seperti karbokation (sebagai contoh,
(CH3)3C+).
Diskoneksi Satu Gugus C-X
• Pada senyawa-senyawa C-X, diskoneksi dilakukan
pada ikatan yang menghubungkan antara karbon
dengan heteroatom (X) diskoneksi ini diberi nama
diskoneksi satu gugus karena hanya diperlukan
pengenalan satu gugus fungsional sebelum dilakukan
diskoneksi. Label C-X atau C-N, dan sebagainya dapat
digunakan.
• Dalam diskoneksi akan menghasilkan sinton karbon
kationik (R+).
• Reagen untuk sinton ini biasanya mempunyai gugus
pergi yang baik (good leaving group) yang terikat
pada R. dalam reaksi bersangkutan hamper semua
bersifat ionic, dan melibatkan heteroatom nukleofilik
seperti alcohol (ROH), amina (RNH2) atau tiol (RSH).
• Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi, reagen
yang terlibat dapat suatu alkil halide, aril klorida,
atau senyawa sejenis. Reagen yang paling baik
adalah reagen yang paling mudah mengalami reaksi
substitusi.
Hasil pemotongan menghasilkan sinton R+, reagen
untuk sinton ini adalah RY, dimana Y dapar Br, Ots (para
toluene sulfonil), atau gugus pergi yang baik lainnya.
Senyawa ester (1) merupakan senyawa pengusir serangga,
atau sebagai pelarut dalam parfum dapat didiskoneksi
dengan cara ini, yaitu pertamakali diskoneksi dilakukan
pada ikatan antara gugus karbonil dan heteroatom
Sintesis ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, untuk
pembentukan ester dapat dilakukan dengan mereaksikan
alcohol dengan asam karboksilat, alcohol dengan anhidrida
asam karboksilat, atau alcohol dengan asil halide.
Untuk sintesi senyawa ester (1) diatas paling mudah adalah
dengan rute asil klorida (Y=Cl), menggunakan piridin
sebagai katalis dan pelarut.
• Senyawa asil klorida sering digunakan dalam sintesis
senyawa ester, karena senyawa ini merupakan
turunan asam yang paling reaktif.
• Asil klorida dapat dibuat dari asamnya sendiri dengan
PCl5 atau SOCl2.
• Reaktivitas turunan asam dari yang paling reaktif
adalah klorida asam anhidrida asam, ester, dan paling
tidak reaktif adalah amida.
Senyawa Turunan Karbonil RCO-X
• Senyawa-senyawa turunan asam mudah untuk
didiskoneksi, pertama kali didiskoneksi dilakukan
pada ikatan antara gugus karbonil dan heteroatom.
Alkohol, Eter, Alkil Halida dan Sulfida
• Diskoneksi C-X suatu senyawa alifatik RX akan
menghasilkan nukleofilik XH dan suatu spesies
karbon elektrofilik.
• Spesies karbon elektrofilik dapat diperoleh dari
senyawa alkil halide, tosilat = ROTs (toluene-p-
sulfonat), atau mesilat = ROMs (metana sulfonat).
• Senyawa-senyawa tersebut semuanya dapat dibuat
dari alkohol.
• Senyawa-senyawa alifatik turunan alcohol diatas
dapat diperoleh dengan reaksi substitusi. Kondisi
reaksi harus dipilih sedemikian rupa, disesuaikan
dengan struktur molekul.
• Turunan metil dan alkil primer breaksi dengan
mekanisme SN2, mekanisme ini akan efektif apabila
digunakan nukleofil kuat dan pelarut non polar.
• Misalnya senyawa nitro (4) dan azida (5) yang
merupakan contoh dari senyawa turunan lain yang
sesuai dengan mekanisme reaksi SN2, karena
keduanya adalah senyawa alkil halide primer.
• Senyawa-senyawa tersiser bereaksi lebih mudah
dengan mekanisme reaksi SN1 via karbonium (6),
karbonium ini stabil dan dihasilkan secara langsung
dari alcohol, alkil halide, atau bahkan alkena.
• Dalam reaksi ini tidak dibutuhkan nukleofil kuat
karena apabila digunakan nukleofil kuat akan
terjadi reaksi eliminasi.
• Reaksi SN1 akan efektif apabila digunakan pelarut
polar dan katalis (dapat berupa asam atau basa
Lewis). Katalis disini berfungsi utuk membuat OH
menjadi gugus pergi yang lebih baik.
Eter dan Sulfida
• Dalam sintesis senyawa eter, pada langkah analisis
dengan mudah dapat dipilih diskoneksi yang pertama,
karena reaktivitas (atau tidak ada reaktivitas) dari satu
sisi aktif yaitu Me (dengan SN2) dan sisi tidak reaktif
yaitu Ar sehingga diskoneksi dengan mudah dapat
ditentukan.
• Dimetil sulfat dapat digunakan untuk metilasi fenol
dalam larutan alkali, dimana dalam larutan alkali
fenol diionisasikan. Karena mekanisme reaksi adalah
SN2, maka akan menguntungkan apabila digunakan
nukleofil kuat.
Pemutusan 2 Gugus C-X Senyawa Karbonil &
Senyawa 1,3 Disfungsional
Senyawa Karbonil
• Senyawa Karbonil adalah senyawa yang memiliki
tingkat oksidasi lebih tinggi dibanding alkohol.
• Pada diskoneksi senyawa seperti (31) akan
menghasilkan sinton elektrofilik yang berupa
kation karbonil (32) suatu spesies yang tidak
stabil. Reagen yang paling baik untuk sinton ini
adalah senyawa α-halo karbonil (mudah dibuat
dan dapat diserang oleh nukleofil)
• Senyawa herbisida 2,4 –D (33) merupakan salah satu pestisida
yang bayak digunakan, mempunyai diskoneksi yang jelas, dan
dengan pendekatan ini akan diperoleh bahan awal senyawa
fenol.
Analisis
• Pada langkah sintesis, pada tahap klorinasi fenol reaksi
dikontrol sehingga akan di dapatkan paling banyak senyawa
2,4-diklorofenol, karena setiap atom klor dapat menurunkan
reaktivitas molekul terhadap klorinasi lebih lanjut. Kemudian
ditambahkan basa NaOH untuk membentuk anion fenol, dan
selanjutnya terjadi reaksi substitusi.
Sintesis
• Senyawa ester (34) dengan pendekatan diskoneksi ini
akan memberikan senyawa α- halokarbonil (35) yang
cukup reaktif.
Analisis

• Reaksi pembentukan ester di atas adalah sederhana


untuk dilakukan, dan merupakan cara membuat
derivat kristal dari asam karboksilat cari.
PEMUTUSAN DUA GUGUS C – X DALAM SINTESIS
SENYAWA ORGANIK

A. Senyawa 1,1-difungsional
• Mengenal asetat merupakan problem bagi ahli kimia
dalam praktik. Molekul (1) jelas suatu asetat dan
diskoneksi pertama adalah sebagi berikut :
Analisis
• Sintesis

(2)
MT ( 1 )
H+
O
B. Senyawa 1,2-difungsional
• Banyak antiseptik merupakan garam ammonium
kuarterner dengan aksi seperti detergen dan
Benzetonium klorida (11) adalah sangat efisien.
Gugus benzil dapat ditambahkan dengan alkilasi dari
(12) yang mengandung dua set hubungan 1,2-diX.
Analisis 1:
• Diskoneksi pada setiap posisi ini dimungkinkan (12a).
Kemungkinan lebih disukai apabila didiskoneksi
pertama di pusat (b atau c) tetapi akan berakhir
dengan Me2NH, dua molekul etilena oksioda, dan
fenol (13) sebagai material start.
Analisis 2:
• Fenol adalah produk Friedel-Crefts dan katiion yang
dikehendaki (14), paling memuaskan diperoleh dari
“diiso-butilena” suatu campuran dari (15) dan (16)
yang tersedia secara industri dari dimerisasi
Me2C=CH2.
Analisis 3:
• Sintesis yang dipatenkan mengkombinasikan
reagen-reagen dalam urutan yang berbeda dan
mempercayakan pada kontrol statistik
khemoselektivitas dalam reaksi (17) dengan (13).
Keuntungannya adalah bahwa (17) yang simetris
dapat dibuat dari etilena klorohidrin.
Sintesis
C. Senyawa 1,3-difungsional
• Senyawa (29) diperlukan untuk siklisasi secara
fotokimia menjadi (30). Diskoneksi eter yang jelas
kelihatannya sangat memberi harapan tetapi
eksperimen telah memperlihatkan bahwa sukar
untuk mengalkilasi (31) tanpa polimerisasi.
Analisis 1:

• Diskoneksi 1,3-diX sebagai pengganti (29b)


memerlukan adisi allil alkohol pada enona (32)
dan berlangsung dengan baik oleh katalis BF3.
Analisis 2
• Sintesis

Anda mungkin juga menyukai