PENDAHULUAN
1
oksidasi. Untuk mekanisme dan penjelasan lebih lengkapnya akan dijelaskan lebih
lanjut dalam makalah ini.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Karbanion
Karbanion adalah sejenis anion dari karbon yang memiliki satu pasangan
elektron menyendiri. Karbanion memiliki geometri trigonal piramida dan secara
formal merupakan konjugat basa dari asam karbon:
dengan B merujuk pada basa. Karbanion merupakan salah satu dari beberapa zat
antara reaktif kimia organik.
Karbanion merupakan sejenis nukleofil. Stabilitas dan reaktivitas
karbanion ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Efek induktif. Atom-atom elektronegatif yang berada di sekitar muatan
akan menstabilisasikan muatan tersebut;
2. Hibridisasi dari atom yang bermuatan. Semakin banyak karakter s dari
atom bermuatan tersebut, semakin stabil anion tersebut;
3. Konjugasi dari anion. Efek resonansi dapat menstabilisasi anion. Hal ini
terutama terjadi pada anion yang terstabilisasi oleh karena aromatisitas.
Karbanion merupakan zat antara reaktif dan sering ditemukan pada reaksi
kimia organik (misalnya pada reaksi eliminasi E1cB dan reaksi kimia
organologam (misalnya pada reaksi Grignard).
3
Namun, kehadiran dari gugus penarik elektron seperti nitro, siano, sulfano,
atau kelompok karbonil pada karbon yang sama membuat kadar asam hidrogen
relatif. Peningkatan keasaman tidak hanya karena kemampuan penarik elektron
dari gugus tersebut tetapi juga karena kemampuan mereka juga untuk berpindah
dari posisi tertentu pada muatan negatif anion. Jadi hidrogen pada atom α-karbon
ke nitro, siano, sulfano, atau kelompok karbonil memiliki karakter asam dan dapat
dipindahkan sebagai proton yang pergi menstabilisasi resonansi anion. Senyawa
ini secara umum disebut senyawa aktif metilen.
Saat bagian dari muatan negatif dibawa oleh karbon, resonansi hibridisasi ini
disebut karbanion. Uruan keefektivitasan dari berbagai kelompok untuk
menstabilkan karbanion adalah:
4
a. Peningkatan sifat s karbon
Peningkatan sifat s karbon tampak pada gejala meningkatnya keasaman
atom-atom hidrogen dalam urutan: CH3-CH3 > CH2=CH2 > HC≡CH; kenaikan
keasaman ini terlihat jelas dari alkena ke alkuna. Hal ini mencerminkan
peningkatan sifat s orbital hibrida yang terlibat dalam ikatan σ dengan H, yakni
sp3 < sp2 < sp. Orbital-orbital s lebih dekat ke inti daripada ke orbital-orbital p
yang bersangkutan dan tingkat energinya pun lebih rendah; perbedaan ini terbawa
serta pada orbital-orbital hibridanya. Pasangan elektron dalam suatu orbital sp
tertarik lebih dekat dan lebih erat ke atom karbon daripada pasangan elektron
dalam orbital sp2 dan sp3 (akibatnya keeletronegatifan pada atom karbonnya
meningkat). Hal ini tidak hanya membuat lepasnya atom H tanpa pasangan
elektronnya lebih mudah dan menjadi lebih asam, namun juga memantapkan
karbanion yang terbentuk.
b. Gejala/pengaruh imbasan tarikan elektron
Berperannya (b) terlihat pada nilai pka HCF3 (pka = 28) dan HC(CF3)3 (pka
= 11); disini perubahan dari CH4 (pKa ≈ 43) terjadi karena pengaruh imbasan
tarikan elektron yang kuat oleh atom-atom fluor yang membuat atom H lebih
asam juga memantapkan karbanion yang terbentuk, yaitu ɵCF3 dan ɵC(CF3)3 oleh
tarikan elektronnya. Pengaruh ini biasanya lebih tampak dalam HC(CF 3)3 yang
mengangkut sembilan atom F- dibandingkan dengan tiga atom F dalam HCF 3
meskipun kini tidak lagi berperan langsung terhadap atom karbon karbanion. Pada
pembentukan ɵCCl3 dari HCCl3, pengaruh imbasan tarikan elektron serupa harus
berperan. Bagi atom Cl agaknya hal ini kurang berhasil dibandingkan dengan F
yang lebih elektronegatif, akan tetapi kekurangan itu dapat diatasi sebagian
dengan delokalisasi pasangan elektron karbanion ke dalam orbital d yang kosong
pada unsur klor (baris kedua Sistem Periodik Unsur); hal yang mustahil
diterapkan pada unsur fluor (baris pertama).
Pengaruh destabilisasi gejala imbasan pemberian elektron gugus-gugus
alkali tampak pada urutan kemantapan karbanion berikut:
5
Tidak mengherankan bahwa hal ini merupakan kebalikan urutan
kemantapan karbokation.
c. Konjugasi pasangan-bebas (lone pair) karbanion dengan suatu ikatan
rangkap dan gugus aromatis
Pada setiap kasus di atas, terdapat pengaruh imbasan tarikan elektron yang
meningkatkan keasaman atom-atom H pada atom karbanionnya, tetapi
pemantapan karbanion yang terjadi oleh delokalisasi ternyata lebih besar
pengaruhnya (menonjol). Secara keseluruhan, NO2 merupakan yang paling kuat
sebagaimana diharapkan. Pengaruh nyata dari peristiwa pemasukan lebih dari satu
gugus seperti itu pada atom karbon terlihat dari daftar nilai pKa berikut:
Tabel 2.1 nilai pKa dari beberapa senyawa yang memiliki kelompok metilen aktif
Senyawa pKa Senyawa pKa
CH3COOH 5 CH2(COOC2H5)2 13
NCCH2COOC2H5 9 C6H5COCH3 19
CH3COCH2COCH3 9 CH3COCH3 20
C6H5OH 10 CH3SO2CH3 23
CH3NO2 10 CH3COOC2H5 24
CH3COCH2COOC2H 11 CH3CN 25
5
CH2(CN)3 11
6
Jadi CH(CN)3 dan CH(NO2)3 dalam H2O merupakan asam-asam kuat
sebagaimana HCl, HNO3, dan sebagainya. Akan tetapi muncul pertanyaan, perihal
apakah (23ab), (24ab), dan (25ab) harus dibayangkan sebagai karbanion: O dan N
lebih elektronegatif daripada C dan (23b), (24b), dan (25b) rupanya lebih
menonjol sumbangannya terhadap struktur anion hidrida daripada (23a), (24a),
dan (25a).
7
Hal itu terjadi pada alkil, aril, atau asetilida logam yang lebih elektropositif
daripada magnesium (tetapi pereaksi Grignard termasuk) dan seringkali dilakukan
dengan menambahkan larutan senyawa organologam ke dalam larutan untuk
sejumlah senyawa CO2 yang berbentuk bubuk padat. Cara ini adalah cara yang
baik untuk membuat asam asetilenat. Contoh karbanion lainnya adalah reaksi
Kolbe-Schmidt.
Lepasnya CO2 itu lazim berperan sebagai penentu laju reaksi, artinya
mengikuti hukum laju, dan pengambilan proton selanjutnya akan berlangsung
cepat. Dengan demikian, dekarboksilasi ditingkatkan oleh gugus ganti penarik
elektron dalam R yang dapat memantapkan zat antara karbanion (44) dengan
pendelokalisasian muatan negatifnya. Hal ini jelas tampak pada delokalisasi yang
langsung dengan mudah terhadap anion karboksilat tergantikan dengan gugus-
nitro (45) terhadap Me2CHCO2- itu sendiri.
8
Dekarboksilasi secara mudah yang dengan mekasnisme yang mirip juga
berlangsung pada CCH2CO2-, 2,4,6-(NO2)3C6H2CO2-, dan sebagainya, tetapi
biasanya reaksi tersebut tidak bernilai preparatif dengan anion asam alifatik
sederhana selain MeCO2-.
Bukti bahwa zat antara karbanion, misalnya (45) benar terlibat, diperoleh
dengan melakukan dekarboksilasi dengan adanya brom. Hal ini memang tidak
berpengaruh terhadap laju reaksi keseluruhan tetapi produk akhirnya kini
Me2CBrNO2 mengalami brominasi. Produk bromo (46) muncul dari serangan Br 2
yang cepat terhadap zat antara karbanion (45) dengan akibat
“terjebak/terperangkap” nya zat tersebut:
C=O dapat pula berperilaku seperti NO2 dan anion-anion asam ß-keto (47)
terdekarboksilasi dengan mudah:
9
Me
Beberapa bukti untuk jenis dekarboksilasi asam bebas ini diperoleh dengan
“menjebak/menangkap” zat antara enol (49). Asam tak jenuh-ßγ (50) barangkali
juga mengalami dekarboksilasi dengan jejak yang analog.
10
diberikan oleh N+ atas atom karbon karbanion bersebelahan pada iluda sebagai zat
antaranya (51).
2.4.3. Pemindahan
Karbanion atau jenis-jenis lain yang mirip, terlibat dalam berbagai reaksi
pemindahan, baik sebagai zat antara maupun nukleofiil penyerang.
a. Penukaran Deuterium
Keton ternyata mengalami penukaran atom hidrogen dengan deuterium
jika direaksikan dengan basa (-OD) dalam larutan D2O. Jika reaksi dilangsungkan
dalam bentuk optik aktif (54), hilangnnya keaktifan optik (rasemisasi) akan
memiliki laju yang sama dengan pertukaran deuteriumnya. Jika senyawa
analognya yang mengandung D dan bukannya H mengalami pertukaran H2O,
maka ternyata terdapat gejala/pengaruh isotop kinetic (Kh/KD) pada pembandingan
laju bagi kedua senyawa tersebut:
b. Nukleofil Karbanion
Baik karbanion sendiri maupun senyawa organo logam misalnya pereaksi
Grignard, merupakan nukleofil kuat sebagaimana terlibat pada reaksi-reaksi
penambahan gugusnya dengan C-O: dengan demikian dalam reaksi-reaksi
pemindahannya cenderung digunakan reaksi SN2. Karbanion-karbanion yang
11
bermanfaat dalam arti prefaratif adalah yang diturunkan dari CH2(CO2Et)2. ß-
ketoester, 1,3- (ß-) diketon seperti (56), ∞- sianoester, nitroalkana, dan sebagainya
yang disebut metilena reaktif.
Sifat SN2 dalam proses tersebut dikukuhkan secara kinetik dan dalam
beberapa hal dibuktikan dengan terjadinya pembalikan konfigurasi pada atom
karbon yang diserang dalam RBr di atas. Produk teralkilasi (57) tetap
mengandung hidrogen asam dan proses tersebut dapat diulang agar menghasilkan
produk dialkil, (MeCO)2CRR’. Alkilasi yang berfaedah sintetik dapat pula
dilakukan pada anion astilida (58):
12
Pada kondisi yang cocok, terdapat suatu kemungkinan di hasilkannya
alkil-alkil logam yang lebih elektropositif, misalnya natrium (62), kemudian
mereaksikannya dengan alkil halida:
13
Ternyata kadang-kadang mungkin untuk memisahkan zat antara anion
enolat, misalnya khloroester
- H
H
H
+
- -
OH OH
H2O
O
β
ϴ
CCl3 yang diturunkan dari perlakuan basa kuat terhadap HCCl 3
meskipun yang terakhir ini hanya bertahan sementara dan mengurai menjadi
CCl2 , yaitu suatu elekrofil tuna-elektron yang menyerang inti aromatik:
14
Produk dari ion fenoksida (65) setelah diasamkan, sebagian besar
adalah o-aldehida (salisilaldehida, 66) dengan sejumlah kecil isomer-p-nya.
Akan tetapi, jika kedua posisi –o dalam anion fenoksida semula adalah
tergantigugus, reaksi akan menghasilkan p-aldehida.
Jejak reaksi itu didukung oleh pengamatan dari suatu reaksi
yang analog yang berlangsung terhadap anion p-hidroksitoluena (p-kresol,
68):
15
basa berair, tetapi juga akibat adanya halangan sterik dari atom-atom khlor
dalam lingkungan jenis neopentil dari atom-atom khlorina. Reaksi yang agak
mirip dengan reaksi Kolbe-Schmidt melibatkan CO2 sebagai elektrofil
yang menyerang natrium fenoksida bubuk (65b):
16
Sebagaimana diharapkan, produknya berupa natrium alkil. Tetapi
protonasi dan karbonasi menghasilkan produk-produk yang tersusun-ulang
(75) dan (76). Tidak jelas apakah natrium alkil yang belum tersusun-ulang (77)
setelah terbentuk lalu tersusun ataukah lepasnya Cl dan berpindahnya Ph
merupakan satu proses serentak sehingga natrium alkil tersusun-ulangnya (78)
terbentuk langsung. Jika Na diganti Li, maka litium alkali yang belum tersusun
ulang, dapat dibentuk. Senyawa ini berkaitan dengan (77), sebagaimana
terlihat dari produk-produk protonasi dan karbonasinya, yang kemudian
tersusun-ulang karena adanya peningkatan suhu. Kecenderungan penyusunan-
ulang dari reaski (74) dengan logam atau turunan logam, ternyata menurun
secara berurut:
Urutan tersebut sesuai dengan sifat ionik ikatan karbon logamnya. Hal
ini digabungkan dengan kajian kecenderungan pemindahan relatif gugus-gugus
Ar terganti gugus-p jadi menyatakan bahwa yang berpindah itu Ar + bukan Ar·,
kajian tersebut amat mendukung peandangan bahwa geseran-1,2 itu bersifat
karbanion, bukan bersifat radikal.
Geseran-1,2 sederhana suatu alkil, dari karbon ke karbon yang bersifat
karbanion sebenarnya tidak dikenal. Akan tetapi, memang terdapat contoh-
contoh yang melibatkan alkil (dalam geseran-1,2) dari atom-atom misalnya N
dan S ke suatu atom karbanion penyusunan-ulang Stevens:
17
Akan tetapi, beberapa kenyataan menunjukkan bahwa reaksi tertentu
dapat menibatkan zat antara radikal, bukan karbanion. Basa yang amat kuat
misalnya PhLi diperlukan untuk menghilangkan proton dari jenis bermuatan
positif (79), kecuali jika terdapat gugusganti penarik elektron misalnya C-O
seperti pada (80). PhCH 2 ternyata berpindah dengan pemilihan ke Me karena
pemantapan diantara keduanya tanpa pasangan elektron. Alil dan eter benzil
misalnya (81) mengalami penyusunan-ulang Wittig yang analog:
18
Zat antara siklopropanon (82) mengalami penambahan gugusan ϴOH
lebih lanjut, diikuti dengan pembukaan-cincin untuk menghasilkan karbanion
yang lebih mantap diantara kedua kemungkinannya (84, benzil > primer),
dilanjutkan dengan pertukaran proton dan menghasilkan produk akhir berupa
anion karboksilat tersusun-ulang (85).
2.4.5. Oksidasi
Dengan keadaan yang memadai, karbanion dapat dioksidasi menjadi
anion trifenilmetil (86) teroksidasi oleh udara berjalan lambat:
19
Jurnal : Jurnal Photon
Tahun : 2019
Peneliti : Ihsan Ikhtiarudin, Nesa Agistia, Tria Harlianti dan Adel Zamri
ABSTRAK
Senyawa analog kalkon telah menarik perhatian bagi banyak peneliti
dikarenakan memiliki beragam aktivitas biologis yang menarik. Pada
penelitian ini, senyawa analog kalkon, (E)-1-(3-hidroksifenil)-3-(4-
metoksifenil)prop-2-en-1-on telah disintesis dengan metode iradiasi
microwave dan aktifitas tabir suryanya telah diuji secara in vitro menggunakan
96-well microplate reader. Berdasarkan pengujian in vitro pada konsentrasi
100-500 µg/ml senyawa tersebut menunjukkan aktivitas tabir surya yang potensial
dengan %Tc sebesar 5,49 – 0,04 % (proteksi ekstra - sunblock), nilai %Tp sebesar
0,51 – 0,05 % (sunblock) dan nilai SPF sebesar 18,20 – 32,91 (proteksi ultra). Hasil
pengujian tersebut menunjukkan bahwa senyawa (E)-1-(3-hidroksifenil)-3-(4-
metoksifenil)prop-2-en-1-on berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan
aktif dalam sediaan tabir surya.
Kata kunci: Analog kalkon, iradiasi microwave, microplate reader, tabir surya,
nilai SPF
Reaksi Sintesis
Mekanisme Reaksi
20
O O O O OH
- H
H H
+ OCH3 OCH3
OH - OH -
OH OH
H2O
OCH3
OH
BAB III
PENUTUP
21
3.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas adalah sebagai
berikut:
1. Karbanion dapat dibentuk dari reaksi pemecahan heterolitik dari ikatan
kovalen yang melibatkan atom karbon, dimana atom yang berikatan
denganatom karbon “pergi” tanpa membawa sepasang elektron.
2. Urutan kestabilan karbanion adalah primer > sekunder > tersier >
kuarterner. Urutan dari kestabilan ini dapat dijelaskan dengan teori
induksi.
3. Karbanion mengalami berbagai macam reaksi, di antaranya adalah reaksi
penambahan gugus, penyingkiran gugus, pemindahan, penyusunan ulang,
dan oksidasi.
4. Salah satu contoh penelitian dalam bidang sintesis yang melibatkan reaksi
karbanion adalah sintesis senyawa kalkon dengan reaksi kondensasi aldo.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penyusun makalah adalah, sebaiknya
pembaca mempelajari reaksi-reaksi yang melibatkan karbanion dengan seksama
agar dapat dimengerti dengan baik, karena hal ini berguna sebagai pengetahuan
awal untuk mempelajari lebih lanjut mengenai sintesis senyawa-senyawa organik
yang melibatkan spesi karbanion.
DAFTAR PUSTAKA
22
Alder, R.W., Baker, R., dan Brown, J.M. 1971. Mechanism In Organic
Chemistry. Wiley Intersciense, New York.
Budimawarti, C. & Handayani, S. 2010. Efektivitas Katalis Asam Basa pada
Sintesis 2-Hidroksicalkon, Senyawa yang Berpotensi sebagai Zat Warna.
Jurdik kimia UNY. ISBN: 978-979-98117-7-6.
Ikhtiarudin, I., Agistia, N., Harlianti. T., dan Zamri, A. 2019. Sintesis dan
Potensi Aktivitas Tabir Surya Senyawa Analog Kalkon Turunan 3’-
Hidroksiasetofenon dan 4-Metoksibenzaldehid. Jurnal Photon. 1(10).
1-9
Mukherji, S.M., dan Sing, S.P. 1976. Reaction Mechanism In Organic Chemistry,
Macmillan, India.
Narain, R.P. 2008. Mechanisms In Advanced Organic Chemistry. New Age
International (P) Limited, New Delhi.
Ralp, J.F., dan Joan, S.F. 1982. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Erlangga,
Jakarta.
Sarda, S.R., Jadhav, W.N., Bhusare, S.R. Wasmatkar, S.K., Dake, S.K. & Pawar,
R.P. 2009. Solvent-Free NaOH-Al2O3 Supported Synthesis of 1,3-
Diaryl-2-Propene-1-Ones. International Journal of Chemtech Research.
1(2) : 265-269.
Sykes, P. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. PT. Gramedia,
Jakarta.
23