Anda di halaman 1dari 23

Mengenal Gerakan Salafi:

Tinjauan Sejarah,
Pemikiran dan Tokoh
Harimurti “GYM FITNESS”
Referensi
1. Jeje Zaenudin, “Manhaj Salaf: Apa dan Bagaimana?” https://
www.slideshare.net/hudan2010/manhaj-salaf?from_action=s
ave
2. Farid Nu’man Hasan, “Mengenal Hizbut Tahrir dan Salafi”
https://
www.academia.edu/7651884/Mengenal_Hizbut_Tahrir_Dan_
Salafi
3. Abu Hilal, “Membedah Gerakan Salafy Modern: Latar
Belakang Munculnya, Ide-ide Substansial, Pokok-pokok
Keyakinan dan Penyimpangannya”
https://slideplayer.info/slide/14387196/
4. Sugiharto Hadi, “Gerakan Transnasional dan Pengaruhnya
di Indonesia” https://slideplayer.info/slide/13657191/
Pendahuluan

BOLEHKAH MENDIRIKAN ORGANISASI/KELOMPOK


DAKWAH?
Dalil-Dalil:
1. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang
yang beruntung. (QS. Ali ‘Imran (3): 104)

Berkata Al Imam Asy Syaukani Rahimahullah:

“Ayat ini merupakan dalil kewajiban amar ma’ruf nahi munkar,


kewajibannya adalah pasti dalam Al Quran dan As Sunnah,
dan termasuk kewajiban yang besar menurut syariat yang
suci, dan termasuk dari dasar syariat dan penyangganya,
yang dengannya dapat menyempurnakannya dan
meninggikannya.” (Fathul Qadir, 2/8. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Berkata Imam Ibnu Katsir Rahimahullah:

“Maksud dari ayat ini adalah adanya firqah (kelompok)


yang berorientasi dalam urusan ini, jika hal ini wajib bagi
setiap orang maka ini sudah mencukupinya.” (Tafsir Al
Quran Al ‘Azhim, 2/91. Dar Ath Thayyibah Lin Nasyr wat
Tauzi’)

Imam Ibnu Katsir menggunakan kata Firqah (kelompok –


indefinitif), bukan Al Firqah (sebuah kelompok – definitif).
2. Ayat lain:

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan
pertempuran) berkelompok-kelompok (tsubaatin), atau majulah bersama-sama! (QS. An
Nisa’ (4): 71)

ٍ ‫ فَانِْفروا ُثب‬: majulah berkelompok-kelompok, tafsir tentang kalimat ini:


‫ات‬َ ُ
Berkata Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhuma: saraya mutafarriqin (pasukan yang
berbeda-beda). Ini juga tafsir dari Mujahid, ‘Ikrimah, Qatadah, As Sudi, ‘Atha Al
Khurasani, Adh Dhahak, Muqatil bin Hayyan, Al Khushaif Al Jazari. ( Imam Ibnu
Katsir, Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 2/357. Lihat juga Imam As Suyuthi, Ad Durul
Mantsur, 3/166. Mawqi’ Ruh Al Islam)

Imam Al Qurthubi Rahimahullah mengatakan:

‫ انفروا جماعات متفرقات‬: ‫والمعنى‬

“Maknanya: majulah dengan jamaah (kelompok) yang berbeda-beda.” (Imam Al


Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, 5/274. Dar ‘Alim Al Kutub - Riyadh. Lihat
juga Imam Asy Syaukani, Fathul Qadir, 2/173)
3. Dalam Organisasi dakwah memaklumi adanya pemimpin atau tokoh sentral. Hal ini
pun masyru’, dan bukan termasuk negara dalam negara.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

‫إذا كان ثالثة في سفر فليؤمروا أحدهم‬


“Jika ada tiga orang melakukan perjalanan maka angkatlah salah seorang mereka sebagai
pemimpin.” (HR. Abu Daud No. 2608, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No.10129. Syaikh Al
Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 763)

Ucapan seperti ini juga ada secara mauquf sebagai ucapan Umar bin Al Khathab. (Imam Al
Hakim dalam Al Mustadrak No. 1623, katanya: shahih sesuai syarat syaikhan. Ibnu
Khuzaimah No. 2541. Syaikh Al Albani mengatakan: isnadnya shahih mauquf dan rijalnya
tsiqat. Lihat Shahih Ibnu Khuzaimah , 4/141)

Wajh Istidalal (sisi pendalilan)nya adalah jika dalam bepergian saja disyariatkan
mengangkat seorang pemimpin, maka apalagi dalam hal yang lebih urgen dari itu seperti
dakwah dan jihad. Ini diistilahkan dengan Qiyas Aula.
Fatwa-Fatwa Ulama
Fatwa Syaikh Ibnu Baz Rahimahullah tentang hukum berafiliasi dengan
jamaah tertentu saja.
Beliau menjawab:
“Yang menjadi kewajiban setiap orang adalah mengikuti kebenaran, yaitu apa
yang difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya saw. Janganlah seseorang
mengikuti manhaj jamaah apapun; tidak Ikhwanul Muslimin, Ansharus Sunnah,
dan tidak pula selain mereka. Akan tetapi, dia harus mengikuti kebenaran.
Apabila dia berafiliasi kepada Ansharus Sunnah dan membantu mereka dalam
kebenaran atau kepada Ikhwanul Muslimin dan sepakat dengan kebenaran
mereka tanpa bersikap ekstrim, maka ini tidak mengapa. Adapun jika mengikuti
pendapat mereka yang benar maupun salah, maka in tidak boleh. Hendaklah
dia beredar bersama kebenaran di mana pun berada. Apabila kebenaran ada
bersama Ikhwnaul Muslimin, dia harus mengambilnya. Apabila kebenaran ada
bersama Ansharus Sunnah atau selain mereka, dia pun juga harus
mengambilnya. Hendaklah dia beredar bersama kebenaran. Dia Bantu jamaah-
jamaah lain dlam kebenaran. Tidak boleh mengikuti manhaj tertentu tanpa
boleh menyangkal keskipun batil atau salah karena ini adalah kemungkaran. Ini
tidak boleh. Akan tetapi, hendaklah dia menyertai jamaah dalam setiap
kebenaran dan tidak menyertai mereka dalam kesalahan-kesalahan mereka.”

Diterjemahkan dari : http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=95


Mengenal Sejarah Salafi

Secara historis, dakwah kelompok salafi


merupakan lanjutan dari dakwah Imam
Ibnu Taimiyah dan Imam Muhammad bin
Abdil Wahhab. Pada titik ini, bukan hanya
salafi, tetapi juga Ikhwanul Muslimin, Al
Irsyad, Persis, dan Muhammadiyah. Yang
membedakan adalah kadar kepekatan
pengaruh pada masing-masing
organisasi, dan keterbukaan pada dunia
luar, antara yang sangat ekslusif sampai
yang sangat longgar.
Salafi dalam arti sebuah entitas gerakan, tidak memiliki
pemimpin organisasi dan tanzhim, kecuali kaum salafi di
Mesir membentuk Jama’ah Anshar As Sunnah
Muhammadiyah yang didirikan oleh Syaikh Abdul Hamid Al
Faqi.
Tetapi ‘gerakan salafi’ dalam wujud sekelompok manusia
memang ada berikut pula tokoh-tokohnya, sehingga mereka
disebut kelompok salafiyah. Hal ini sama dengan kelompok-
kelompok masa lalu seperti khawarij, mu’tazilah, dll, mereka
tidak ada pemimpin atau tanzhim, tapi memiliki tokoh, yang
punya corak pemikiran dan sikap yang dianut oleh
sekelompok orang. Walau tanpa pimpinan dan tanzhim,
khawarij, mu’tazilah, qadariyah dan jabbariyah, tetaplah
secara de facto disebut sebagai sebuah firqah. Oleh karena
itu, pengingkaran kelompok salafi bahwa dirinya adalah
jamaah atau kelompok (firqah), adalah pengingkaran yang
tidak berdasar.
Tokoh-Tokoh Salafi

1. Umumnya para ulama besar di Saudi Arabia.


Seperti Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin,
Syaikh Shalih Fauzan, Syaikh Al Luhaidan, Syaikh
Ghudyan, Syaikh Abdul Aziz Alu Asy Syaikh,
Syaikh Abdurrazzaq ‘Afifi, Syaikh bakr Abu Zaid,
Syaikh Ibnu Jibrin, Syaikh Abdul Muhsin bin
Hamd Al Abbad Al Badr, Syaikh Rabi’ bin Hadi,
Syaikh Muhammd bin Hadi, Syaikh Zaid bin
Hadi, dll.
2. Ulama Jordania, seperti Syaikh Al Albani, Syaikh
Salim ‘Id Al Hilali, Syaikh Ali Hasan, dll
3. Ulama Kuwait, seperti Syaikh Abu Ishaq Al
Huwaini, dll
Untuk Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Al Albani, Syaikh Ibnu Utsaimin, Syaikh
Shalih Fauzan, dan para ulama di Lajnah Daimah, tidak lagi secara sempit
disebut ’milik’ kelompok salafi, tetapi mereka telah menjadi milik umat. Hal
ini sama dengan Syaikh Al Qaradhawi, Syaikh Al Ghazali, Syaikh Asy
Sya’rawi, Syaikh Manna Khalil Al Qattan, dll, tidak lagi sebagai ulama dari
IM tapi milik dunia.

Para ulama ini sebenarnya tidak mau dikotak-kotakan, tetapi ’terlanjur’


manusia menyebut mereka sebagai mashdarul ’ilmi bagi kelompok salafi.
Sebab, mereka sendiri kadang mengkritik kelompok salafi, dan justru
memberikan pembelaan terhadap kelompok yang diserang salafi.

Saat ini, yang menjadi rujukan kelompok salafi adalah Syaikh Rabi’ bin Hadi,
yang oleh pengikutnya disebut sebagai Imam Jarh wa Ta’dil, tapi tidak diakui
para ulama. Syaikh Shalih Fauzan, Syaikh Ghudyan mengatakan saat ini
tidak ada ulama Jarh wa Ta’dil, termasuk Syaikh Rabi’.

Dan, yang menjadi mainstrem salafi saat ini adalah pemikiran keras Syaikh
Rabi’ dan Syaikh Muqbil, termasuk fenomena umumnya di Indonesia.
Masuknya Salafi di Indonesia
Secara pemikiran, salafi sudah ada sejak lama, yakni dibawa
oleh Imam Bonjol di sumbar. Lalu, awal abad 20 ada
Muhammadiyah, Al Irsyad, dan Persis. Hanya saja saat itu,
mereka di sebut Wahabi oleh kalangan tradisionalis.

Salafi dalam arti sebuah arus baru gerakan Islam, masuk ke


Indonesia tahun 80an. Paling senior adalah Abdul Hakim
Abdat (dijuluki Syaikhul Maktabahnya LIPIA) dan Yazid
Jawas (Seorang TKI yang nuntut ilmu kepada Syaikh
‘Utsaimin), lalu Ja’far Umar Thalib awal 90an sepulangnya
dari Yaman. Sejak awal dakwahnya, mereka sudah
menyerang gerakan Islam lain dan tokohnya. Hal ini bisa
kita lihat pada majalah Salafi dan As Sunnah pada edisi
tahun 90an.
Sarana Dakwah Salafi
Sarana Dakwah kelompok ini tidak jauh
beda dengan yang lain, seperti:
 Taklim dan tabligh akbar

 Bedah buku

 Majalah, buletin, buku-buku

 Website di internet

 Radio (contoh: Roja, Fajri)


Tujuan Dakwah

1. Memberantas syirk, tahayul, bid’ah dan


khurafat
2. Menghidupkan sunah Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam
3. Menghilangkan fanatisme kelompok
4. Meniti jejak salafush shalih
Friksi Dalam Salafi
Secara Global Salafi ada 2 kelompok:
1. Kelompok yang sama sekali anti dengan gerakan Islam lain.
Untuk diluar negeri, tokoh-tokohnya adalah Syaikh Rabi’,
Syaikh Yahya An Najmi, Syaikh Muqbil, Syaikh Yahya Al Hajuri,
Syaikh Ubaid Al Jabiri, dll (mereka pun saat ini juga berpecah
saling tuding sebagai ahlul fitnah dsb, yakni Syaikh Yahya Al
Hajuri VS Syaikh Ubaid Al Jabiri. Untuk dalam negeri:
A. Mereka yang mantan Lasykar Jihad dan sepemikiran (Umar As
Sewed, Ja’far Shalih, Afifuddin, Luqman Ba’abduh, Dzulkarnain,
Usamah Mahri, Dzul Akmal, Abu Karimah Askari, para asatidz
di majalah Asy Syariah, An Nashihah, dll. Belakangan mereka
disebut Salafi Yamani, terlepas benar tidaknya istilah ini)

Kelompok pertama ini pun terpecah lagi bahkan dengan


perpecahan yang lebih runyam. Sebagaimana perpecahan
yang sekarang terjadi di Yaman, khususnya di ma’had Dammaj
yang didirikan oleh Syaikh Muqbil.
B. Yang kontra Lasykar Jihad (Abdul Hakim, Yazid, Ibnu Saini, Abu Nida,
Abu Haidar, Abu Qatadah, Mubarak Bamu’allim, Abdurrahman At Tamimi,
Abdurrahman Thayyib, Khalid Syamhudi, Abu ‘Ishmah Al Medani, Ahmaz
Faiz Asifuddin, para asatidz di radio Rodja; Zainal Abidin, Badrussalam,
Mudrik ilyas , Agus Hasan Bashari, dll. Majalahnya adalah As Sunnah, Al
Furqan, El Fata, Qiblati, Nikah, dan para asatidz di Al Irsyad As Salafi –
pecahan dari Al Irsyad Al Islamiyah. Kelompok ini lebih dekat dengan
Syaikh Salim Id Al Hilali dan Syaikh Ali Hasan Al Halabi, kelompok inilah
yang sering disebut/dituduh Sururi dan Turatsi oleh kelompok pertama)

Nampaknya kelompok kedua lebih berkembang, mereka telah membuat


banyak penerbitan; seperti Darul Falah, Pustaka Imam Syafi’i, Darus
Sunnah, Pustaka Azzam, dll. Kedua kelompok ini juga saling berbalas
tahzir, baik dalam buku, situs, bahkan kajian, dan ini sudah masyhur. Ada
pun Ja’far Umar Thalib, dia telah disisihkan oleh semua kelompok salafi
setelah dia bergabung dengan majelis dzikir Arifin Ilham.
2. Kelompok Salafi yang mau mengambil pendapat Ulama lain di luar kelompoknya.
Bahkan kadang membela para ulama yang diserang oleh kelompok pertama. Di luar
mereka adalah Syaikh ‘Aidh Al Qarni, Syaikh Salman Al Audah, Syaikh Safar Al
Hawali, Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, dll. Di indonesia mereka adalah:

A. Wahdah Islamiyah di Makasar, sekarang sudah menyebar di beberapa propinsi.


Mereka mendirikan ma’had, kampus, situs, dan lembaga dakwah. Seperti L Data,
nya Ridhwan Hamidi, Lc. Pimpinan saat ini adalah Muhammad Zaitun razmin, Lc.
MA. Kelompok ini kerap juga membela Syaikh Hasan Al Banna dan Syaikh Sayyid
Quthb. Mereka pun memiliki mentoring (liqo) dalam pembinaan kader-kadernya

B. HASMI (Harakah Suniyah Masyarakat Islam) di Cimanglit, Bogor. Dakwahnya


dengan mendirikan ma’had, ta’lim, majalah, dan radio; Fajri FM. Mereka pun masih
menggunakan Syaikh Sayyid Quthb dengan Azh Zhilalnya.

C. Salafi Jihadi, seperti MMI dan Ansharut Tauhid-nya Abu Bakar Ba’asyir. Secara
pemikiran dan gerakan merupakan perpaduan antara salafi dan IM. Hanya saja
mereka anti demokrasi, sebagaimana semua kelompok salafi lainnya. Tokohnya:
seperti Abu Jibril, Aman Abdurrahman (mantan As Sofwa), Halawi Makmun, Fauzan
Anshari, dan Irfan Awwas.
Semua kelompok salafi ini saling serang, namun
untuk Wahdah Islamiyah, HASMI, dan Salafi
Jihadi, mereka cenderung akur dan kompak.

Perselisihan yang tidak jelas ujung pangkalnya


paling sering dilakukan oleh kelompok mantan
lasykar jihad dan yang kontra lasykar jihad.
Kritikan Ulama Untuk Salafi

Kritikan ini tentu tidak untuk semua kelompok


salafi, melainkan untuk kelompok yang
ekstrim, merasa paling ahlus sunah, dan
suka mencela gerakan lain dan ulamanya.

Kritikan ini pun datangnya dari para masyaikh


salafi sendiri seperti Syaikh Ibnu Baz, Syaikh
Utsaimin, Syaikh Abdullah Muthlaq, Syaikh
Shalih Fauzan, dll
Dan masih banyak lagi kritik para ulama
terhadap salafi, diantaranya: Syaikh
Bakr Abu Zaid yang telah menulis buku
tentang hukum mentashnif
(menggolongkan) manusia, begitu pula
fatwa Syaikh Shalih Fauzan tentang
hukum menggolongkan manusia,
sebagai reaksi dari kebiasaan kelompok
salafi yang membagi-bagi manusia
menjadi: sururi, turatsi, hadadi, dll
Berbeda Firqah Akan tetapi…
Sekian…

Anda mungkin juga menyukai