Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN KEPERAWATAN BENCANA PADA ANAK

Ns. Rizqi Nursasmita, M.Kep., Sp.Kep.An.


Outlines
01 Karakteristik Anak

02 Dampak Bencana Pada Anak

03 Reaksi Anak

04 Penanganan Bencana Pada Anak

05 Asuhan Keperawatan
87% wilayah Indonesia
rawan bencana alam
Meletusnya
1883 Gunung Krakatau
Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam &atau non alam/faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
2004 Tsunami Aceh psikologis

Pulau Nias dan sekitarnya


2005 juga dilanda gempa

2010 Beruntun hingga gunung


meletus Yogyakarta
Karakteristik Anak
Apa Saja Kerentanan Anak saat Bencana?

Tubuh anak lebih kecil dari orang dewasa dan fungsinya belum matang
Terutama fungsi fisiologis bayi seperti pernapasan, pengaturan suhu, fungsi
ginjal dan kekebalan

Anak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berpikir secara logis

Anak-anak memiliki karakteristik kepekaan yang dipengaruhi oleh ancaman


lingkungan karena mereka masih berada pada proses pertumbuhan dan
Perkembangan

Rentan sakit
Kerentanan Kerentanan Kerentanan
Psikologis Fisik Pendidikan
 Ancaman  Hidup dalam  Rusaknya bangunan
 Keluarga terpisah komunitas miskin sekolah
 Kematian orangtua  Bersekolah di  Guru dan siswa yang
 Kehilangan materi sekolah dibawah mengungsi
 Kerusakan rumah standar keslamatan  Kehilangan catatan
atau sekolah bangunan penting
 Ekspose langsung  Kehilangan  Tertundanya masuk
oleh media orangtua sekolah
 Minimnya persiapan  Keluarga terpisah  Perubahan sekolah
tanggap bencana  Stress orangtua  Lingkungan sekolah
 Stress orangtua  Lingkungan shelter yangtidak ramah
 Rendahnya yang tidak sehat  Prestasi rendah
dukungan sosial  Kehilangan orangtua
 Adanya stressor  Permintaan
tambahan pekerrjaan yang
 Ketrampilan meningkat
“coping” randah
 Kurangya dukungan
“coping”
 Pengungsian
Dampak Bencana pada Anak
Dampak Psikis:
Trauma psikis: ketakutan,
kesedihan, kehilangan orang tua,
mainan kesayangan, dll

Dampak Fisik:
Diare, ISPA, luka-luka
kematian
Dampak

Bencana terjadi secara tiba-tiba tanpa tahu sebelumnya, anak mengalami


ketakutan dan trauma karena melihat yang mengerikan & merasa terancam
kesakitan pada fisik

Ketakutan juga berasal dari imajinasinya bahwa mereka mungkin akan


Meninggal

Banyak anak kehilangan orang tua, anggota keluarga, teman, mainan


kesayangan, rumah yang nyaman, rasa aman

Bencana mempengaruhi kehidupan masa depan bagi anak dari berbagai sisi
Kehilangan
Kematian teman dekat
Kehancuran

Kehilangan
Pemandangan mainan
mengerikan
BENCANA
Hilang rasa
Sanitasi buruk aman

Mengungsi
Luka dan sakit
Kehilangan Kehilangan
rumah ortu & klga
Bencana menimbulkan gangguan psikis
yang tanda-tandanya dapat dikenali dari:
Kerentanan Psikologis Pada Anak

Pra Sekolah Anak Sekolah


Remaja

reaksi ketakutan dan berkurangnya ketertarikan


ngompol, gigit jempol, kecemasan, keluhan dalam aktifitas sosial &
mimpi buruk, kelekatan, somatis, gangguan tidur, sekolah, menjadi
mudah marah, temper masalah dengan prestasi pemberontak, gangguan
tantrum, perilaku sekolah, menarik diri dari makan, gangguan tidur,
agresive hiperaktif, pertemanan, apatis, kurang konsentrasi, dan
”baby talk” muncul enggan bermain, PTSD, mengalami PTSD dan dalam
kembali dan sering bertengkar resiko yang besar terkena
penyalahgunaan alkohol
Faktor lain yang mempengaruhi
“wellbeing” anak paska bencana
Kematian orangtua atau orang yang dicintai anak
anak perempuan sangat rentan terhadap praktek prostitusi, kawin muda, dan menjadi subyek pelecehan
seksual. Perdagangan anak juga menjadi isue pasca bencana ini, dimana anak yang tidak punya orang tua
disalah gunakan oleh pihak yang bertanggungjawab

Nonintegrated family – separated children


bencana banyak anak yang terpisah dari orangtuanya tidak mengetahui keberadaan orangtua, anak batita dan
balita adalah anak dalam kategori berisiko tinggi dalam hal ini karena mereka belum bisa menjelaskan jatidiri

Kehilangan ”sense” of normality secara mendadak


menjadikan anak hidup dalam situasi yang “tidak
normal”

Kondisi pengungsian yang sama sekali berbeda dari


lingkungan normal anak menjadi factor resiko bagi
anak yang harus beradaptasi secara mendadak.
Perubahan situasi yang baru merupakan stressor bagi
anak yang biasanya tumbuh dalam lingkungan yang
memberinya rasa nyaman
Reaksi Stres
Bencana pada Anak
Stres Pada Anak Karena Bencana

Dipengaruhi oleh tingkat kerusakan/kehilangan, usia anak, orang di


sekitar saat bencana, tingkah laku dan respon orang tua serta keluarga

Kenali stres anak (dengarkan orang tua/teman yang mengetahui


keadaan normal anak bersangkutan)
Dukung anak nyaman
melakukan kegiatan rutin:
Dukung
bangun pagi cuci muka,
keluarga/pengasuh dan
gosok gigi, bermanin
orang dewasa di
dengan teman, ke
sekitarnya
sekolah/belajar

Jelaskan fakta bencana Sediakan lingkungan


pada anak bermain & beraktivitas
(gerak badan secara
aktif)

Berbagi perasaan & Sibukkan diri pada


pengalaman (misal permainan yang
melalui gambar-gambar) menyenangkan/olahraga
Penanganan
Bencana pada Anak
01 03
Pengetahuan Dasar Bencana
Persiapan Anak dibelaki keselamatan
Untuk memperkecil keluargam tempat
kerugian penampungan, lokasi
Bicara pada anak tentang evakuasi, dan cara
keselamatan & ikutserta menghubungi anggota
dalam perencanaan saat keluarga
bencana

02
Pengetahuan Dasar Bencana Bagaimana Keperawatan
Anak dibekali alat dan Anak Sebelum Bencana
barang untuk
memoertahankan hidup, &
nomor telp darurat dan
kapan meminta bantuan
Tugas Perawat Anak?

1 2 3 4 5

Pertolongan Pertama Kesehatan Mental Membuat Peta Mengkaji Lingkungan Tempat Bermain
Prioritas pengobatan Perawat Membuat peta Ketersediaan air Siapkan tempat dan
darurat utk menjamin memperhatikan keberadaan anak- bersih, makanan alat bermain
kesalngsungan hidup masalahkesehatan anak & keluarganya sehat, fasilitas
mental anak dan sanitasi dasar,
memastikan agar pembuangan
sebisa mungkin tidak sampah, & keamanan
dipisahkan dari orang tempat tinggal
tua
Pencarian dan penyelamatan

Triase

Proses pemindahan korban

Pertolongan pertama
Peran dan kepemimpinan
perawat pada fase tanggap Perawatan di rumah sakit

darurat secara umum


diidentifikasikan pada Rapid Health Assessment

6 aspek
Peran Perawat Anak Saat Bencana
PERAWATAN PADA BAYI DAN ANAK

Mempersiapkan peralatan-peralatan kesehatan sesuai dengan kebutuhan


kelompok-keompok rentan tersebut, contohnya ventilisator untuk anak, alat bantu
untuk individu yang cacat, alat-alat bantuan persalinan, dll.

Melakukan pemetaan kelompok-kelompok rentan

Merencanakan intervensi-intervensi untuk mengatasi


hambatan informasi dan komunikasi

Menyediakan transportasi dan rumah


penampungan yang dapat diakses

Menyediakan pusat bencana yang


dapat diakses
Sebelum Bencana
Mensosialisasikan dan melibatkan anak-anak dalam
latihan kesiagsiagaan bencana misalnya dalam simulasi
bencana kebakaran atau gempa bumi
Mempersiapkan fasilitas kesehatan yang khusus untuk
bayi dan anak pada saat bencana
Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan penanganan
bencana bagi petugas kesehatan khusus untuk
menangani kelompok-kelompok berisiko
Saat Bencana
Mengintegrasikan pertimbanan pediatric dalam
sistem triase standar yang digunakan saat bencana
Lakukan pertolongan kegawatdaruratan kepada bayi
dan anak sesuai dengan tingkat kegawatan dan
kebutuhannya dengan mempertimbangkan aspek
tumbuh kembangnya, misalnya menggunakan alat
dan bahan khusus untuk anak dan tidak disamakan
dengan orang dewasa
Selama proses evakuasi, transportasi, sheltering
dan dalam pemberian pelayanan fasilitas kesehatan,
hindari memisahkan anak dari orang tua, keluarga
atau wali mereka
Setelah Bencana
Usahakan kegiatan rutin sehari-hari dapat dilakukan
sesegera mungkin contohnya waktu makan dan personal
hygiene teratur, tidur, bermain dan sekolah
Monitor status nutrisi anak dengan pengukuran antropometri
Dukung dan berikan semangat kepada orang tua
Dukung ibu-ibu menyusui dengan dukungan adekuat, cairan
dan emosional
Minta bantuan dari ahli kesehatan anak yang mungkin ada di
lokasi evakuasi sebagai voluntir untuk mencegah,
mengidentifikasi,mengurangi resiko kejadian depresi pada
anak pasca bencana.
Identifikasi anak yang kehilangan orang tua dan sediakan
penjaga yang terpercaya serta lingkunganyang aman untuk
mereka
Referensi
Janine M. Schroeder, MA;1 Melissa A. Polusny, PhD2 (2004) Risk Factors for Adolescent Alcohol Use Following a Natural Disaster
http://pdm.medicine.wisc.edu Prehospital and Disaster Medicine Schroeder, Polusny 123
Kadoatie, Robert J & Syarief, Roestam. (2010). Tata ruang Air. Yogyakarta: C.V Andi OFFSET.
Kemenkes. (2014). Infodatin. Jakarta: Kemenkes.
Kemenkes, 2012. PEDOMAN KEGIATAN GIZI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA, Jakarta: Dirjen Bina Gizi dan KIA. Available at:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/11/Buku-Pedoman-Kegiatan-Gizi-dalam-Penanggulangan-Bencana.pdf [Accessed
October 15, 2017].
Kemenkes, 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (mengacu pada Standar internasional) Revisi.,
Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kemenkes RI.
Klynman, Y., Kouppari, N., & Mukhier, M., (Eds.). 2007. World Disaster Report 2007: Focus on Discrimination. Geneva, Switzerland:
International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies.
Lauten, Anne Westbrook and Kimberly Lietz (2008). “A Look at the Standards Gap: Comparing Child Protection Responses in the
Aftermath of Hurricane Katrina and the Indian Ocean Tsunami.” Children, Youth and Environments 18(1): 158-201. Available from:
http://www.colorado.edu/journals/cye.
Morris, Kerry-Ann N. and Michelle T. Edwards (2008). “Disaster Risk Reduction and Vulnerable Populations in Jamaica: Protecting
Children within the Comprehensive Disaster Management Framework.” Children, Youth and Environments 18(1): 389-407. Available from:
www.colorado.edu/journals/cye.
Nursalam. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dam Keperawatan. (Nursalam, Ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Priambodo, S. Arie. (2009). Panduan Praktis Menghadapi Bencana. Yogyakarta: Kanisius.
Plutchik, R 2003. Emotions and Life: Perspective from psychology, biology, and evolution. Washington, DC:APA
Powers, R., & Daily, E., (Eds.). 2010. International Disaster Nursing. Cambridge, UK: The World Association for Disaster and Emergency
Medicine & Cambridge University Press.
Ronan, Kevin R., Kylie Crellin, David M. Johnston, Kirsten Finnis, Douglas Paton and Julia Becker (2008). “Promoting Child and Family
Resilience to Disasters: Effects, Interventions and Prevention Effectiveness.” Children, Youth and v fEnvironments 18(1): 332-353.
Available from: www.colorado.edu/journals/cye.
Santrock, J.W. 1999. Life Span Development. Seventh Edition. Boston: McGraw-Hill
Soemarno, 2011. PENDUGAAN-RISIKO-BENCANA-DAN-PENGELOLAANNYA.
The Sphere Project, 2017. Health Standards : Essential Concepts. , (October), pp.1–73. Available at: http://www.sphereproject.org.
Thornton, C. P., & Veenema, T. G. (2015). Caring for Children After a Radiological Disaster. Journal of Radiology Nursing, 34(4), 200–208.
https://doi.org/10.1016/J.JRADNU.2015.09.007
Veenema, T.G. 2007. Disaster Nursing and Emergency Preparedness for Chemical, Biological, and Radiological Terorism and Other
Hazards (2nd ed.). New York, NY: Springer Publishing Company, LLC.
Weissbecker, Inka, Sandra E. Sephton, Meagan B. Martin, and David M. Simpson (2008). “Psychological and Physiological Correlates of
Stress in Children Exposed to Disaster: Review of Current Research and Recommendations for Intervention.” Children, Youth and
Environments 18(1): 30-70. Available from: www.colorado.edu/journals/cye.
Thank you
Any Questions?

Anda mungkin juga menyukai