Anda di halaman 1dari 20

By:

M. Nor Mudhofar, SPd., MKes


A. Beberapa Dilema Etik Lain
Menurut Ewles (1994) terdapat beberapa dilema etik
lain dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan,
yaitu:
1. BOTTOM UP ATAU TOP DOWN
Dalam kegiatan-kegiatan promosi kesehatan
terdapat persoalan kontrol dan kekuasaan. Siapa
memutuskan kegiatan apa yang hendak
dilaksanakan; siapa yang menetapkan agenda?
Apakah dari bottom up, diterapkan oleh
penduduk sendiri yang mengidentifikasi hal-hal
yg mereka anggap relevan, atau top down?;
diterapkan oleh promotor kesehatan yg
mempunyai kekuasaan dan sumber-sumber
untuk membuat keputusan & memperkenalkan
gagasan mereka ttg apa yg seharusnya dikerjakan.
• Contoh pada tingkat individu ada spektrum
kemungkinan posisi yang dapat diambil:
pada satu sisi memberi tekanan atau
melakukan persuasi, memberikan
nasehat.
• Kmdn posisi yang netral memberikan fakta
tetapi membiarkan klien mengambil
keputusan.
• Dapat juga promotor kesehatan
mendengar, memberikan informasi bila
ditanya tetapi tidak pernah menawarkan
nasehat bahkan pendapat.
• Pada tingkat Nasional, prioritas-prioritas
promosi kesehatan tertentu diidentifikasi
oleh pemerintah dg nasehat dari
profesional. Program ini kemudian
diperkenalkan pada penduduk yang bisa
mau/ bisa tidak mau menerima mereka.
• Tetapi akhirnya keputusan melaksanakan
ini adalah orang dari pemerintah yang
dipilih oleh penduduk, dg demikian kita
dua arah.
• Ada juga bahaya bila masyarakat umum
dilibatkan dalam promosi kesehatan pada
tingkat lokal, penduduk setempat bisa
dimanipulasi mengubah agenda mereka
agar cocok dg apa yg dimaui oleh
promotor kesehatan.
• Pengembangan masyarakat sebaiknya
tentang pemberdayaan masyarakat
merumuskan agenda kesehatan mereka
sendiri.
2. Hanya Memperbesar Ketidakmerataan.
Ada perbedaan yg besar dalam status
kesehatan dari kelompok-kelompok
penduduk yg berbeda-beda, dan
umumnya penduduk yg berada pada
kondisi sos-ek yang lebih buruk adalah
paling rendah kesehatannya, dg jurang
status kesehatan antara yg kaya dan yang
miskin makin melebar.
Ada bahaya bahwa kegiatan-kegiatan promosi
kesehatan yang mencapai kelompok yang mampu,
yg mempuyai waktu, uang, pendidikan untuk
memanfaatkan informasi kesehatan & mengambil
tindakan kesehatan.
Orang-orang yg terperangkap dalam kondisi
finansiil yg buruk dan yg berjuang untuk hidup kecil
kemungkinannya berada pada posisi yg dapat
mengubah gaya hidup mereka/ mencurahkan
energi mereka melakukan lobby bagi perubahan
sosial & politik. Disini ada kemungkinan yg jelas
untuk bersikap peka, & untuk memastikan bahwa
promkes adalah relevan dg orang-orang yg paling
membutuhkannya.
3. Promotor kesehatan : contoh yang baik?
Pertimbangan kasus-kasus tentang:
Seorang ahli diet yang berlebihan berat
badan
Perawat yang merokok.
Petugas kesehatan lingkungan yang tidak
menggunakan bensin unleaded.

Pada posisi dimana mereka perlu


mengangkat persoalan2 diatas menjadi
pekerjaan mereka & mungkin dimintai
nasehat mereka sendiri tak melakukannya
 Promotor kesehatan mengajarkan sesuatu dg
contoh, dan contoh yg telah dibahas memberikan
pesan tersembunyi bahwa adalah tidak masalah
menjadi gemuk, merokok dan membuat polusi
udara dengan bensin yang mengandung timah
hitam.
 Mungkin paling baik untuk bersikap jujur, terbuka
dalam situasi2 dg hal yang dipromosikan,
pengalaman pribadi dpt jg dimanfaatkan secara
positif: sbg contoh, jika ahli diet itu telah & terus
berjuang mengontrol berat badannya, ia dapat
menggunakan pengalaman itu untuk
mengembangkan pemahaman yg lebih luas dari
kesulitan-kesulitan kliennya.
4. Fakta, musiman atau mode?
Kelihan yang umum di masyarakat adalah
para ahli berubah pikiran, dan banyak
contoh yang melukiskan hal ini, seperti
bahaya-bahaya environmental &
bagaimana menguranginya, kontroversi
tentang kegunaan dari uji kolesterol. Soal2
kesehatan menjadi berita yg datang dan
pergi, dan datang sebagai hal musiman/
mode dg sedikit dasar yang kuat & sudah
barang tentu rendah kredibilitasnya.
5. Kehehatan untuk dijual?
Dengan keterbatasan sumber untuk promosi
kesehatan, dan iklim ekonomi pasar dan
prinsip mencari pendapatan, ada
kecenderungan yang meningkat ke arah
dukungan sponsor untuk kegiatan2 promosi
kesehatan.
Satu kelemahannya adalah soal penerimaan
persetujuan produk. Sebagai contoh: Dinas
kesehatan dapat dilihat sebagai badan yang
menganjurkan diberi kartu tunjangan (yang
dicetak dg nama perusahaan vitamin yg menjadi
sponsor), prosedur makanan melibatkan
perusahaan yg m’hasilkan produk rendah lemak.
Ada bahaya disini, yang paling nyata
adalah bahwa kepentingan perusahaan
dapat tidak sesuai dg kepentingan-
kepentingan yang dibawa oeh promotor
kesehatan, yg akan dianggap penyetujui
produk tsb. Ada kemungkinan pula bahwa
independensi dari kredibilitas promotor
kesehatan akan mengalami kompromi, yg
dianggap masyarakat umum sebagai
“mereka hanya mencoba menjualproduk
kepada kami, bukannya menerima pesan
kesehatan yang dapat dipercaya.
B. Menuju Kode Etik Praktek
Banyak profesi mempunyai kode etik
praktek yg memang membantu. Ewles
(1994) menyarankan hal berikut ini sbg
gerakan menuju kode etik praktek bagi
promotor kesehatan.
1. Hubungan dengan klien.
a. Lebih disukai: berkomunikasi dg klien
ketika merencanakan dan mengevaluasi
kegiatan promosi kesehatan.
b. Promosi harga diri dan otonomi diantara
kelompok-kelompok klien harus
merupakan prinsip mendasar dari semua
praktek promosi kesehatan.
c. Semua praktek promosi kesehatan
harus mendorong orang menghargai
orang lain: tidak pandang umur,
kemampuan, kecacatan, suku, agama,
kelamin dan berupaya melakukan
perlawanan terhadap diskriminasi bila ada.
2. Kepedulian dengan determinan sosial &
lingkungan terhadap Kesehatan.
a. Semua program promosi kesehatan,
harus peka terhadap kerangka sosial,
ekonomi, rasial dan kebudayaan dari
kelompok klien yg menjadi sasaran.
Program-program yang memusatkan diri
pada hal-hal/ individu khusus harus
selalu dipertimbangkan dlm konteks latar
belakng sosial. Ekonomi & lingkungan yg
lebih luas.
b.Semua kegiatan promosi kesehatan harus
memahami bahwa determinan sosial, ekonomi dan
lingkungan terhadap kesehatan sering diluar
kontrol individual, dan harus mempertimbangkan
determinan2 itu.
c. Lebih disukai bahwa kegiatan promosi kesehatan
memasukkan metode-metode yg mendorong
pelibatan dan partisipasi masyarakat umum.
Memberdayakan orang agar lebih banyak kontrol &
bertanggungjawab atas kesehatan mereka,
sedemikian rupa shg mereka mempunyai
pengaruh pada sistem dan organisasi yang
mempengaruhi kesehatan adalah penting bagi
promosi kesehatan yg efektif.
3. Praktek Promosi Kesehatan
Evaluasi yg memadai adalah komponen
yg penting dari semua kegiatan promosi
kesehatan, dan harus dilakukan dalam
integritas yang baik, yg mencakup
pemberian perhatian pada validitas dan
pentingnya hasil2 negatif, Evaluasi harus
dilakukan, memperhatikan input, proses
dan outcome jangka pendek dan jangka
panjang, agar dapat membantu
memodifikasi kegiatan dimasa yang akan
datang.
Promotor kesehatan harus mendorong
semua pelayanan & organisasi utk
mempertimbangkan peran promosi
kesehatan mereka & mengadopsi kode
etik praktek. Kerja sama antar lembaga
utk promosi kesehatan harus didukung.
Promotor kesehatan mempunyai tanggung
jawab utk memastikan arus informasi yg
akurat dan tepat tentang hal-hal
kesehatan antara masyarakat umum,
profesional dan lembaga-lembaga lokal.
4. Pertimbangan etis
 Promotor kesehatan tidak akan secara
sengaja menunda pelayanan/ informasi
yang dapat memberikan manfaat pada
klien.
 Promotor kesehatan akan menghargai
kerahasiaan informasi yg dapat mereka
akses, kecuali atas permintaan hukum dan
demi kepentingan klien.
 Promotor kesehatan harus tidak
melakukan kegiatan promosi kesehatan yg
ia tidak kopeten bisa kerjakan.

Anda mungkin juga menyukai