Anda di halaman 1dari 10

Suture Splint

• Suture splint merupakan jenis yang cukup praktis. Suture splint dapat
bermanfaat untuk fiksasi yang bersifat temporer atau bisa dilepas.
• Indikasi L stabilisasi fraktur tulang pada rahang yang tidak bergigi atau
sudah banyak kerusakan gigi dan atau pada gigi yang kurang melekat
dengan gigi sebelahnya
Alat ini hanya bertahan beberapa hari saja. Jahitan dilakukan di labial dan lingual hingga gigi tidak
bergerak dari soketnya. Sedikit jumlah resin dapat diaplikasikan untuk memastikan retensi jahitan.

Keterangan Gambar:
1. Incisif sentral maksila yang mengalami lateral
luksasi
2. Jahitan untuk memfiksasi diaplikasikan ketika
tidak ada gigi pegangan
3. Setelah dicetak, vacum-formed removable alat
stabilisasi dipasangkan
• Alat ini juga dinamakan Acrylic Cap Alat stabilisasi.
• Kelebihan :
- Tidak menyebabkan resorpsi akar, atrisi pada gigi sulung, dan idak
menghambat pembentukan akar pada gigi permanen saat fase gigi campuran.
Alat ini cukup ideal di antara pilihan perawatan yang umum digunakan.
• Acrylic Cap mudah digunakan dan cukup ekonomis.Alat stabilisasi ini juga
cocok diaplikasikan pada pasien dengan rahang yang sedang berkembang.
Instruksi kepada pasien dan orang tua saat pemakaian alat stabilisasi ini adalah
dengan menjaga kebersihan mulutnya dengan berkumur klorheksidin 0,2%
atau mengirigasi kavitas oral dengan salin hangat 10 cc dengan syringe
disposable setelah makan.
Archbar
Essig’s wiring
• Essig’s wiring dapat digunakan untuk menstabilkan fraktur
dentoalveolar yang terjadi pada lengkung rahang dan juga dapat
digunakan sebagai penyangga untuk IMF dan dapat digunakan untuk
gigi goyang.
• Indikasi :
- Harus ada jumlah gigi yang cukup di kedua garis fraktur untuk
dijadikan sebagai penyangga.
• Tatacara :
1. Panjang 40 cm, digunakan wiring 26 gauge. Gigi goyang
dimasukkan kembali kedalam soketnya dan untuk area
stabilisasi yang dipilih minimal 3 gigi dari garis fraktur.
2. Wire dilewatkan di sekitar servikal gigi, ujung satunya
masuk dari bukal ke arah lingual dan ujung lainnya masuk
dari lingual kearah bukal. Keduanya masuk melalui ruang
interdental gigi (3 gigi dari garis fraktur). Bagian ujung
bukal diregangkan untuk menyangga sisi bukal dari
servikal gigi di dekat garis fraktur dan di sisi berlawanan
garis fraktur meninggalkan kurang lebih 3 gigi di sisi lain
dari garis fraktur
3. Prosedur yang sama diulang dengan wire sisi lingual
dan ujungnya kemudian dibawa keluar di sisi bukal gigi
penahan terakhir setelah mengikat servikal tiga gigi di sisi
yang berlawanan.
4. Kedua wire bukal dan lingual disatukan dan dipilin dan
dipotong pendek untuk dimasukkan ke dalam ruang
interdental. Duabase wire terbentuk, satu dari sisi bukal
dan sisi lingual diservikal gigi. kemudian wire yang lebih
kecil ditambahkan ke interdental mengelilingi base wire
untuk menjaga cingulum agar tetap kuat.
5. Wire yang terdapat pada interdental juga dipilin,
dipotong dan disesuaikan di ruang interdental, sehingga
ujung yang tajam tidak melukai mukosa pasien
Archbar
Gilmer’s wiring
• Gilmer Wiring merupakan metode direct wiring (secara langsung) untuk fiksasi intermaksila antara geligi maksila
dan mandibula. Metode ini umum digunakan karena sederhana, praktis, dapat melindungi gigi dan menstabilkan
rahang dengan baik.
• Indikasi :
- Diaplikasikan pada gigi yang tidak berdekatan dengan fraktur secara langsung
Kekurangan :
- Kelemahan utama dari teknik wiring ini adalah perlu menghilangkan semua wire agar mulut dapat terbuka pada
situsi emergency. Kelemahan lainnya dapat terjadi ekstrusi pada gigi karena beban yang terdapat pada gigi.
• Prosedur :
1. Wire sepanjang 20 cm, dengan 26 stainless
steel gauge dilingkari pada servikal gigi yang
telah ditetapkan.
2. Kedua ujung di keluarkan pada permukaan
bukal dan dipilin secara manual, pilinan
diletakkan dekat dengan gigi. Pilinan diakhiri
dengan menyatukan kedua ujung dengan wire
holder, yang bertujuan untuk
mempertahankan tarikan dari lateral ketika
dilakukan pemilinan, selain itu berfungsi untuk
mencegah kerusakan pada wire. Beberapa gigi
dipilih pada tiap lengkung rahang (arches) dan
sisa pilinan yang masih panjang dijepit.
3. Setelah sisa fraktur direduksi kemudian wire
pada mandibular di pilin kuat dan ketat
bersamaan dengan wire maksila yang telah
disesuaikan.
Daftar pustaka
• Malik, I. 2008. Kesehatan Gigi dan Mulut, Bandung: Universitas
Padjajaran. Jawa bara
• Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial
Surgery. 6th ed., St.Louis: Mosby Elsevier; 2014:473.
• Andreasen, J.O., Andreasen, f.M., dan Andersson, L. 2018. Textbook
and Color Atlas of Traumatic Injuries to the Teeth, Blackwell
Munksgaard, Denmark. H. 6-43

Anda mungkin juga menyukai