Anda di halaman 1dari 7

KASUS PT.

KIMIA FARMA, Tbk


Kelompok VII:
1. Suyati Dwi Ariyani (2013-12-161)
2. Setyaningsih (2016-12-047)
3. Firman Endra Pradana (2013-12-011)
4. Ryandita Oktavianto (2013-12-014)
5. Faizum Muna Amalia (2013-12-064)
6. Nofi Puspita Sari (2016-12-061)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2016
KESIMPULAN KASUS PT. KIMIA FARMA, Tbk

Berdasarkan kasus PT. Kimia Farma, Tbk dapat disimpulkan


bahwa:
Pelanggaran yang telah dilakukan oleh KAP Hans 
Tuanakotta  dan  Mustofa (HTM) adalah melanggar prinsip
dasar etika profesi akuntan, terutama tanggung jawab profesi,
integritas, kompetensi, sikap kehati-hatian (skeptisisme) dan
profesionalisme. Pelanggaran ini dilihat dari adanya rekayasa
dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma.
Menurut Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa
laba bersih tersebut terlalu besar, sebesar Rp 132 milyar. Laba
bersih yang disajikan seharusnya sebesar Rp 99,56 milyar,
atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar.
Terjadinya penyalahsajian laporan keuangan merupakan
indikasi dari tindakan tidak sehat yang dilakukan oleh
manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata tidak dapat
terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan
keuangan pada periode tersebut.
Dalam hal ini akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut
bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai
auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta &
Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang
diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Juga Sdr. Ludovicus Sensi W sebagai rekan kerjanya.
Untuk kasus PT. Kimia Farma, Direksi lama dan pihak
manajemen yang melakukan pelanggaran.
Risiko pada pelanggaran ini berdampak pada reputasi HTM
dimata pemerintah ataupun publik, hilangnya kepercayaan
publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga kemungkinan ditutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini
cenderung pada kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan
manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan keuangan.
Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam
kasus manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Tindakan pemerintah dilakukan dimulai dari Bapepam (Badan
Pengawas Pasar Modal) yang melakukan pemeriksaan laporan
keuangan dan menemukan kesalahan yang terjadi. Lalu
ditindaklanjuti oleh BP2AP  (Badan  Peradilan Profesi
Akuntan Publik) yaitu  lembaga non pemerintah yang
dibentuk oleh  Ikatan Akuntan  Indonesa  (IAI) dan pemberian
sanksi administratif berupa denda, peringatan tertulis,
pembekuan izin usaha, atau pencabutan izin usaha. Tindakan
yang dilakukan oleh HTM melanggar UU nomor 5 tahun 2011
tentang akuntan publik (Pasal 55 dan Pasal 56)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai