UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2016 KESIMPULAN KASUS PT. KIMIA FARMA, Tbk
Berdasarkan kasus PT. Kimia Farma, Tbk dapat disimpulkan
bahwa: Pelanggaran yang telah dilakukan oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM) adalah melanggar prinsip dasar etika profesi akuntan, terutama tanggung jawab profesi, integritas, kompetensi, sikap kehati-hatian (skeptisisme) dan profesionalisme. Pelanggaran ini dilihat dari adanya rekayasa dalam laporan keuangan PT. Kimia Farma. Menurut Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar, sebesar Rp 132 milyar. Laba bersih yang disajikan seharusnya sebesar Rp 99,56 milyar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar. Terjadinya penyalahsajian laporan keuangan merupakan indikasi dari tindakan tidak sehat yang dilakukan oleh manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata tidak dapat terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan pada periode tersebut. Dalam hal ini akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak. Juga Sdr. Ludovicus Sensi W sebagai rekan kerjanya. Untuk kasus PT. Kimia Farma, Direksi lama dan pihak manajemen yang melakukan pelanggaran. Risiko pada pelanggaran ini berdampak pada reputasi HTM dimata pemerintah ataupun publik, hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga kemungkinan ditutupnya Kantor Akuntan Publik tersebut. Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi. Tindakan pemerintah dilakukan dimulai dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan menemukan kesalahan yang terjadi. Lalu ditindaklanjuti oleh BP2AP (Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik) yaitu lembaga non pemerintah yang dibentuk oleh Ikatan Akuntan Indonesa (IAI) dan pemberian sanksi administratif berupa denda, peringatan tertulis, pembekuan izin usaha, atau pencabutan izin usaha. Tindakan yang dilakukan oleh HTM melanggar UU nomor 5 tahun 2011 tentang akuntan publik (Pasal 55 dan Pasal 56) TERIMA KASIH