Anda di halaman 1dari 20

BVD Virus pada Sapi

Alfian Yusak Muzaki


NIM. 19/451342/KH/10261

Pembimbing : drh. Alfarisa Nururrozi, M.Sc.


Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2020
Apa itu BVD virus???

“Bovine Viral Diarrhea” atau “Bad Veterinarian Disease”


Pendahuluan
• Bovine viral diarrhea (BVD) merupakan penyakit viral pada sapi yang
disebabkan oleh virus BVD, mudah ditularkan dan telah menyebar ke
seluruh dunia.
• Pertama kali penyakit ini ditemukan di Amerika. Ketika itu
kejadiannya adalah wabah yang bersifat akut, ditandai dengan
kematian seperti penyakit rinderpest. Tanda klinis yang terlihat berupa
ulserasi pada mukosa saluran pencernaan dan diare.
• Infeksi BVDV menyebabkan kerugian ekonomi yang besar terutama
yang berhubungan dengan gangguan reproduksi.
Pendahuluan
Etiologi
• BVDV adalah virus bulat yang relatif kecil berukuran 40-60 nm.
Genomnya adalah molekul asam ribonukleat (RNA) beruntai tunggal
sense positif, terdiri dari sekitar 12.500 pasangan basa.
• BVDV termasuk dalam genus Pestivirus dari family Flaviviridae yang
mampu menyebabkan masalah serius penyakit klinis pada sapi. Virus
ini dibagi menjadi dua genotipe (BVDV-1 dan BVDV-2) berdasarkan
perbedaan antigenik dan genetik.
Patogenesis
• Infeksi BVDV memiliki berbagai presentasi klinis dan tantangan
diagnostik yang unik.
• BVDV dibagi menjadi 2 biotipe, non-sitopatogenik (NCP) dan
sitopatogenik (CP) berdasarkan efek pada sel yang dikultur dari sapi
yang terinfeksi.
• Biotipe CP menginduksi apoptosis pada sel yang dikultur sedangkan
biotipe NCP tidak. Namun, BVDV non-sitopatogenik menjadi penyebab
infeksi akut dan dapat ditularkan dalam berbagai cairan tubuh, termasuk
keluarnya cairan dari hidung, air seni, susu, sperma, air liur, air mata
dan cairan janin.
• Sumber infeksi NCP BVDV yang paling penting pada ternak adalah
persistent infection (PI) / terinfeksi sebelum lahir
Patogenesis
Patogenesis
• Acute infections
• Effects on fertility
• Fetal infection
• Persistent infection
• Mucosal disease
+ “Trojan cow”
Gejala Klinis
Gejala Klinis
Deferensial Diagnosis
• Malignant catharal fever (MCF)
• Infectious bovine rhinotrachetis (IBR)
• Rinderpest
• Penyakit lain yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosa adalah
penyakit jembrana pada sapi bali.
Diagnosis
RT-PCR ELISA
Diagnosis
• Diagnosis of acute infection
• Diagnosis of fetal malformation
• Diagnosis of abortion or reproductive failure
• Diagnosis of Persistent infection
• Diagnosis of mucosal disease
+Diagnosis of the ‘Trojan cow’
Diagnosis
• Sapi dengan gejala gangguan pernafasan pada waktu diambil sampelnya,
virus yang didapat adalah virus BVD dan lebih bersifat NCP dibandingkan
dengan CP dan lebih bersifat BVDV-1 dibandingkan BVDV-2.
• Apabila dilihat dari hasil nekropsi dengan gejala klinis enteritis/kolitis,
pada sapi lebih bersifat BVDV-1 dibandingkan dengan BVDV-2 dan ini
lebih banyak bersifat CP dibandingkan dengan NCP.
• BVDV-2 sering dihubungkan dengan kejadian trombositopenia dan
penyakit perdarahan.
• dilihat dari kejadiannya BVDV-2 lebih virulen dibandingkan dengan
BVD-1 dan keduanya tidak bisa dibandingkan bila ditinjau dari patologi
anatominya serta histopatologinya dan untuk diagnosis definitifnya
diperlukan studi virologi dan molekular biologi.
Diagnosis
• Tidak semua isolat BVDV-2 menyebabkan gejala klinis yang parah. Di
alam BVDV-2 yang avirulent lebih banyak ditemui dibanding BVDV-
2 yang virulent.
• Biasanya infeksi oleh virus BVD pasca kelahiran bersifat non klinis,
dengan kenaikan temperatur yang bersifat biphasic dengan leukopenia
yang diikuti respon kekebalan spesifik yang dapat diukur dengan uji
serum netralisasi.
• ELISA dapat mendeteksi adanya persistent infection (PI) pada fetus
yang dilahirkan oleh induk yang terinfeksi oleh BVD pada
kebuntingan tua (kebuntingan 9 bulan).
Kontrol dan Eradikasi
• Ada tiga langkah utama yang strategis digunakan dalam rangka
pencapaian tujuan pengawasan dan pemberantasan penyakit BVD
1. Pengujian awal untuk menentukan status kelompok ternak.
2. Tindak lanjut pengujian untuk mengidentifikasi ternak yang
terinfeksi secara individual.
3. Monitoring untuk menyatakan status bebas BVD.
Pengobatan
• Pengobatan secara khusus terhadap penyakit BVD belum ada.
• Pengobatan dapat dilakukan secara sistematis untuk mencegah,
mengurangi infeksi sekunder dan mengurangi kekurusan yang
melanjut.
• Program biosekuriti dalam peternakan memegang peranan penting
dalam penyebaran penyakit BVD hal ini dikarenakan saat ini tidak ada
perawatan efektif yang tersedia untuk menyembuhkan BVD,
perawatan alternatif hanya antibiotik untuk mengobati infeksi
sekunder yang ditimbulkan misalnya pneumonia.
Pencegahan
• Sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang untuk membantu
mencegah penyebaran virus.
• Vaksinasi dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya paparan BVD.
Kesimpulan
• Penyakit BVD menjadi permasalahan pada kesehatan sapi, jika selama
penanganan penyakit ini di lapangan tidak didekati secara ilmiah dan
komprehensif. Penyakit ini akan menjadi penyakit yang tersembunyi dan sewaktu-
waktu dapat terjadi outbreak dan akan sangat merugikan.
• Program vaksinasi terlihat semakin dibutuhkan dan perlu dilakukan secara teratur
diiringi dengan program pemantauan titer antibodi di lapangan, terutama pada
ternak yang divaksinasi. Pemantauan kejadian klinis BVD ataupun adanya
abortus, perlu diwaspadai akibat peran infeksi virus BVD di lapangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai