Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2020 Apa itu BVD virus???
“Bovine Viral Diarrhea” atau “Bad Veterinarian Disease”
Pendahuluan • Bovine viral diarrhea (BVD) merupakan penyakit viral pada sapi yang disebabkan oleh virus BVD, mudah ditularkan dan telah menyebar ke seluruh dunia. • Pertama kali penyakit ini ditemukan di Amerika. Ketika itu kejadiannya adalah wabah yang bersifat akut, ditandai dengan kematian seperti penyakit rinderpest. Tanda klinis yang terlihat berupa ulserasi pada mukosa saluran pencernaan dan diare. • Infeksi BVDV menyebabkan kerugian ekonomi yang besar terutama yang berhubungan dengan gangguan reproduksi. Pendahuluan Etiologi • BVDV adalah virus bulat yang relatif kecil berukuran 40-60 nm. Genomnya adalah molekul asam ribonukleat (RNA) beruntai tunggal sense positif, terdiri dari sekitar 12.500 pasangan basa. • BVDV termasuk dalam genus Pestivirus dari family Flaviviridae yang mampu menyebabkan masalah serius penyakit klinis pada sapi. Virus ini dibagi menjadi dua genotipe (BVDV-1 dan BVDV-2) berdasarkan perbedaan antigenik dan genetik. Patogenesis • Infeksi BVDV memiliki berbagai presentasi klinis dan tantangan diagnostik yang unik. • BVDV dibagi menjadi 2 biotipe, non-sitopatogenik (NCP) dan sitopatogenik (CP) berdasarkan efek pada sel yang dikultur dari sapi yang terinfeksi. • Biotipe CP menginduksi apoptosis pada sel yang dikultur sedangkan biotipe NCP tidak. Namun, BVDV non-sitopatogenik menjadi penyebab infeksi akut dan dapat ditularkan dalam berbagai cairan tubuh, termasuk keluarnya cairan dari hidung, air seni, susu, sperma, air liur, air mata dan cairan janin. • Sumber infeksi NCP BVDV yang paling penting pada ternak adalah persistent infection (PI) / terinfeksi sebelum lahir Patogenesis Patogenesis • Acute infections • Effects on fertility • Fetal infection • Persistent infection • Mucosal disease + “Trojan cow” Gejala Klinis Gejala Klinis Deferensial Diagnosis • Malignant catharal fever (MCF) • Infectious bovine rhinotrachetis (IBR) • Rinderpest • Penyakit lain yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosa adalah penyakit jembrana pada sapi bali. Diagnosis RT-PCR ELISA Diagnosis • Diagnosis of acute infection • Diagnosis of fetal malformation • Diagnosis of abortion or reproductive failure • Diagnosis of Persistent infection • Diagnosis of mucosal disease +Diagnosis of the ‘Trojan cow’ Diagnosis • Sapi dengan gejala gangguan pernafasan pada waktu diambil sampelnya, virus yang didapat adalah virus BVD dan lebih bersifat NCP dibandingkan dengan CP dan lebih bersifat BVDV-1 dibandingkan BVDV-2. • Apabila dilihat dari hasil nekropsi dengan gejala klinis enteritis/kolitis, pada sapi lebih bersifat BVDV-1 dibandingkan dengan BVDV-2 dan ini lebih banyak bersifat CP dibandingkan dengan NCP. • BVDV-2 sering dihubungkan dengan kejadian trombositopenia dan penyakit perdarahan. • dilihat dari kejadiannya BVDV-2 lebih virulen dibandingkan dengan BVD-1 dan keduanya tidak bisa dibandingkan bila ditinjau dari patologi anatominya serta histopatologinya dan untuk diagnosis definitifnya diperlukan studi virologi dan molekular biologi. Diagnosis • Tidak semua isolat BVDV-2 menyebabkan gejala klinis yang parah. Di alam BVDV-2 yang avirulent lebih banyak ditemui dibanding BVDV- 2 yang virulent. • Biasanya infeksi oleh virus BVD pasca kelahiran bersifat non klinis, dengan kenaikan temperatur yang bersifat biphasic dengan leukopenia yang diikuti respon kekebalan spesifik yang dapat diukur dengan uji serum netralisasi. • ELISA dapat mendeteksi adanya persistent infection (PI) pada fetus yang dilahirkan oleh induk yang terinfeksi oleh BVD pada kebuntingan tua (kebuntingan 9 bulan). Kontrol dan Eradikasi • Ada tiga langkah utama yang strategis digunakan dalam rangka pencapaian tujuan pengawasan dan pemberantasan penyakit BVD 1. Pengujian awal untuk menentukan status kelompok ternak. 2. Tindak lanjut pengujian untuk mengidentifikasi ternak yang terinfeksi secara individual. 3. Monitoring untuk menyatakan status bebas BVD. Pengobatan • Pengobatan secara khusus terhadap penyakit BVD belum ada. • Pengobatan dapat dilakukan secara sistematis untuk mencegah, mengurangi infeksi sekunder dan mengurangi kekurusan yang melanjut. • Program biosekuriti dalam peternakan memegang peranan penting dalam penyebaran penyakit BVD hal ini dikarenakan saat ini tidak ada perawatan efektif yang tersedia untuk menyembuhkan BVD, perawatan alternatif hanya antibiotik untuk mengobati infeksi sekunder yang ditimbulkan misalnya pneumonia. Pencegahan • Sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang untuk membantu mencegah penyebaran virus. • Vaksinasi dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya paparan BVD. Kesimpulan • Penyakit BVD menjadi permasalahan pada kesehatan sapi, jika selama penanganan penyakit ini di lapangan tidak didekati secara ilmiah dan komprehensif. Penyakit ini akan menjadi penyakit yang tersembunyi dan sewaktu- waktu dapat terjadi outbreak dan akan sangat merugikan. • Program vaksinasi terlihat semakin dibutuhkan dan perlu dilakukan secara teratur diiringi dengan program pemantauan titer antibodi di lapangan, terutama pada ternak yang divaksinasi. Pemantauan kejadian klinis BVD ataupun adanya abortus, perlu diwaspadai akibat peran infeksi virus BVD di lapangan. TERIMA KASIH