Anda di halaman 1dari 24

KONFIGURASI

ROUTING
DINAMIS RIP
DAN OSPF
AIJ TKJ KELAS XII SMK NEGERI 1 BUKATEJA
RIP=DISTANCE VEKTOR
OSPF=LINK STATE

Pertanyaan : 
1.Kalau menggunakan metode Distance Vector maka dari R1 ke R2 akan lewat mana?
2.Kalau menggunakan metode Link State maka dari R1 ke R2 akan lewat mana?
RIP=DISTANCE VEKTOR

Distance Vector akan menggunakan jalur R1 langsung ke R2 karena dianggap paling dekat
walaupun koneksi menggunakan serial interface yang kecepatannya jauh lebih lambat dari
gigabyte port.
OSPF=LINK STATE

Link State akan menggukanan jalur R1-R3-R4-R2, karena walaupun hop count nya jauh lebih
banyak tapi bandwitdhnya lebih besar/ lebih cepat.
RIP DAN OSPF  IGP (INTERIOR GATEWAY PROTOCOL)
Berdasarkan topology diatas dapat
dianalogikan bahwa sebuah AS merupakan
sebuah sekolah. Misalkan AS100  merupakan
sebuah sekolah maka dalam AS100 mempunyai
kebijakan/protokol sendiri agar diantara
jaringan yang berada di dalam AS100 dapat
melakukan koneksi, protocol tersebut yang
disebut interior routing agar diantara router
dengan router yang lain di dalam AS tersebut
dapat terhubung. Sedangkan AS100 memiliki
sebuah router yang terkoneksi juga dengan AS
lain misal AS200 , protocol seperti ini yang
disebut exterior routing. Jadi antar sekolah
tersebut dapat melakukan koneksi.
AUTONOMOUS SYSTEM
 Autonomous System atau yang disingkat AS adalah suatu
kelompok yang terdiri dari satu atau lebih IP Prefix yang
terkoneksi yang dijalankan oleh satu atau lebih operator 
jaringan dibawah satu kebijakan routing yang didefinisikan
dengan jelas. AS diperlukan bila suatu jaringan terhubung
ke lebih dari satu AS yang memiliki kebijakan routing yang
berbeda.

 Misal Telkom dengan Telkom 1 AS, Telkom dan Indosat


sudah berbeda AS
RIP (ROUTING INFORMATION PROTOCOL)

 Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan
dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh karena itu
protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini
menggunakan algoritma Distance-Vector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058
(1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC
2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis
mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path
First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam
jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation/ RIP generasi
berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080 (1997).
CARA KERJA RIP
 Cara Kerja RIP

1. Host mendengar pada alamat broadcast jika ada update routing dari gateway.
2. Host akan memeriksa terlebih dahulu routing table lokal jika menerima update routing .
3. Jika rute belum ada, informasi segera dimasukkan ke routing table .
4. Jika rute sudah ada, metric yang terkecil akan diambil sebagai acuan.
5. Rute melalui suatu gateway akan dihapus jika tidak ada update dari gateway tersebut dalam
waktu tertentu
6. Khusus untuk gateway, RIP akan mengirimkan update routing pada alamat broadcast di
setiap network yang terhubung
KARAKTERISTIK RIP
1. Distance vector routing protocol
2. Hop count sebagi metric untuk memilih rute
3. Maximum hop count 15, hop ke 16 dianggap unreachable
4. Secara default routing update 30 detik sekali
5. RIPv1 (classfull routing protocol) tidak mengirimkan subnet mask pada update
6. RIPv2 (classless routing protocol) mengirimkan subnet mask pada update
KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN RIP
 Kelebihan

RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan
router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan,
sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu
oleh perubahan tersebut (triggered update). Mengatur routing menggunakan RIP tidak
rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan
link jaringan
 Kekurangan

Dalam implementasi RIP memang mudah untuk digunakan, namun RIP mempunyai masalah
serius pada Autonomous System yang besar, yaitu :
Terbatasnya diameter network, Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa menerima
metrik sampai 15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau. Hal ini bisa menjadi masalah
pada network yang besar.
Konvergensi yang lambat, Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP mempu
Jumlah  host  Terbatas (RIP  tidak  memiliki  informasi  tentang  subnet  setiap  route,  RIP  tidak 
mendukung  Variable  Length  Subnet  Masking  (VLSM), Ketika  pertama kali dijalankan hanya
mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi
jaringan tempatnya berada
KONFIGURASI RIP
KONFIGURASI ROUTER 1
KONFIGURASI ROUTER 2
KONFIGURASI ROUTER 3
OSPF (OPEN SHORTEST PATH
FIRST)
 OSPF, kepanjangan dari Open Shortest Path First merupakan salah satu tipe dynamic routing
yang open standard. OSPF termasuk dalam IGP (Interior Gateway Protocol) yang masuk pada
bagian Link State yang mana akan memilih jalur yang bandwith atau matrix cost nya terkecil.
OSPF ini memiliki Administratif Distance sebesar 110. Hampir sama dengan static routing,
tipe dynamic routing ini akan mendapat reference bandwidth sebesar 100mb, yang kemudian
akan dibagikan sesuai dengan bandwith pada kabel yang di pakai pada router :
Gigabyte Ethernet : 1000MB
Fast Ethernet : 100MB
Etherner : 10MB
Pada OSPF dikenal sebuah istilah Autonomus System (AS) yaitu sebuah gabungan dari
beberapa jaringan yang sifatnya routing dan memiliki kesamaan metode serta policy
pengaturan network, yang semuanya dapat dikendalikan oleh network administrator. Dan
memang kebanyakan fitur ini diguakan untuk management dalam skala jaringan yang sangat
besar. Oleh karena itu untuk mempermudah penambahan informasi routing dan meminimalisir
kesalahan distribusi informasi routing, maka OSPF bisa menjadi sebuah solusi.
CARA KERJA OSPF
 Berikut adalah sedikit gambaran mengenai prinsip kerja dari OSPF:
Setiap router membuat Link State Packet (LSP)
 Kemudian LSP didistribusikan ke semua neighbour menggunakan Link State Advertisement
(LSA) type 1 dan menentukan DR dan BDR dalam 1 Area.
 Masing-masing router menghitung jalur terpendek (Shortest Path) ke semua neighbour
berdasarkan cost routing.
 Jika ada perbedaan atau perubahan tabel routing, router akan mengirimkan LSP  ke DR dan
BDR melalui alamat multicast 224.0.0.6
 LSP akan didistribusikan oleh DR ke router neighbour lain dalam 1 area sehingga semua
router neighbour akan melakukan perhitungan ulang jalur terpendek.
KELEBIHAN OSPF
 Tidak menghasilkan routing loop
 Mendukung penggunaan beberapa metrik sekaligus
 Dapat menghasilkan banyak jalur ke sebuah tujuan
 Membagi jaringan yang besar mejadi beberapa area.
 Waktu yang diperlukan untuk konvergen lebih cepat
KEKURANGAN OSPF
 Membutuhkan basis data yang besar
 Lebih rumit
KONFIGURASI OSPF
KONFIGURASI ROUTER 1
KONFIGURASI ROUTER 2
KONFIGURASI ROUTER 3
SELESAI
 Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai