Anda di halaman 1dari 38

KELOMPOK 5

C014192003 A. Marjuliana Reski Yanti

DEMAM C014192002 Tsabitah M. Tang

C014192001 Evitamelia

C014182230 Andi Rahim Nur Annura Anggarha

TIFOID
D IS KUSI SE NTR A L R AB U ( 29 JULI 20 20)
C014192183 Andi Adriana Noviyanti Andi Rumpang

C014192180 Muchlisah Suci Chumaira

C014192179 Andi Alfiana

C014192161 Syed Syamil Bin Syed Ahmad Nizar

C014192160 Nurliyana Binti Inas

Supervisor Pembimbing
dr. Ninny Meutia Pelupessy, M. Kes, Sp.A
IDENTITAS PASIEN
● Nama :N
● Jenis kelamin : Perempuan
● Tanggal Lahir : 05-11-2003
● Usia : 16 Tahun
● Alamat : Lakkang
● No. RM : 094850
● Masuk RS : 23-02-2018
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama:
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Dialami sejak 14 hari sebelum masuk rumah sakit. Tidak kejang.
Ada batuk sejak 1 minggu yang lalu. Tidak sesak. Tidak muntah.
Riwayat muntah sejak 1 hari, tidak menyemprot. Frekuensi 3 kali,
berisi cairan dan sisa makanan. Anak malas makan dan minum.
Buang air kecil lancar dan kuning. Buang air besar belum 1 hari.
No. Jenis Kelamin Tanggal Lahir Sehat/Sakit

1. Laki-laki 05-09-1992 Sehat

2. Laki-laki 30-03-1994 Sehat

3. Laki-laki 03-07-1995 Sehat

4. Laki-laki 22-08-1998 Sehat

5. Perempuan 15-11-2001 Penderita

6. Laki-laki 29-06-2006 Sehat

7. Perempuan 30-08-2011 Sehat


STATUS NEONATAL
● Tempat lahir : Rumah
● Ditolong Oleh : Bidan
● Lahir : Spontan
● Segera Menangis : Pasien segera menangis
● BBL : 2300 gram
● PBL : LUPA
● Riwayat IMD : Ya
● Vitamin K : Ya
● Bayi Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan
STATUS IMUNISASI

1. Riwayat imunisasi
lengkap sesuai usia
2. Belum booster
PEMERIKSAAN FISIS
○ LLA : 19,5 cm
1. Keadaan Umum: lemah
2. Kesadaran: delirium ○ LK : 51 cm ( cm)
3. Tanda Vital:
a. TD : 130/70 mmHg ○ LD : 75 cm
b. Nadi : 117 kali/ menit
c. Napas : 24 kali/ menit ○ LP : 63 cm
d. Suhu : 39,9C
4. Skala nyeri : 0 NRS ○ BB/TB : 87% (gizi kurang)
5. Status Gizi: gizi kurang
○ TB/U : 91,46% (mild stunting)
a. BB : 36 kg
b. PB : 150 cm ○ BB/U : 66,67% (kurus)
PEMERIKSAAN FISIS
● Pucat : tidak ada ● Ubun-ubun besar : sudah menutup
● Sianosis : tidak ada ● Hidung : rhinore tidak ada
● Ikterus : tidak ada ● Bibir : kering
● Turgor : Baik ● Lidah : kotor
● Kulit : kering ● Mulut : stomatitis (-)
● Edema : tidak ada ● Caries : tidak ada
● Kepala : normocephal ● Gigi : intact, normal
● Muka : simetris ● Tenggorok : Hiperemis (+)
● Rambut : kering ● Tonsil : T1-T1 hiperemis (+)
● Telinga : otore tidak ada● Leher : kaku kuduk tidak
● Mata : cekung tidak ada ada
PEMERIKSAAN FISIS
1. Thoraks : ● Paru
a. Bentuk : simetris kiri-kanan ○ PP : simetris kiri-kanan
b. Payudara : tidak ada kelainan
2. Jantung ○ PR : sela iga kiri sama dengan
a. PP : ictus cordis tidak tampak kanan
b. PR : thrill tidak teraba
c. PK : batas atas intercostal III kiri, ○ PK : batas paru hepar intercostal
batas kanan linea parasternalis IV kanan, batas paru belakang
kanan, batas kiri linea kanan vertebra thoracal X, batas
midclavicularis kiri paru belakang kiri vertebra
d. PD : Bunyi jantung I/II murni thoracal XI
reguler, bising tidak terdengar ○ PD : Bunyi pernapasan vesikuler,
bunyi tambahan wheezing dan
ronkhi tidak ada
PEMERIKSAAN FISIS
1. Abdomen ● Kelenjar limfa : tidak teraba
a. PP : datar, ikut gerak napas ● Alat kelamin : tidak ada kelainan
b. PD : peristaltik kesan normal ● Status pubertas : A4M4P4
c. PR : tidak teraba massa, lien ● Kol. Vertebralis : scoliosis tidak
dan hati tidak teraba, tidak ada ada, gibbus tidak ada
nyeri tekan epigastrium ● Refleks fisiologis : KPR ada/ada,
d. PK : timpani BPR ada/ada, APR ada/ada,
TPR ada/ada. Kesan normal
● Refleks patologis : babinski,
gordon, chaddock, oppenheim
tidak ada
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

HEMATOLOGI RUTIN (26/02/2018)


WBC (103/UL) 6.35 PLT (103/UL) 218 ()
RBC (106/UL) 4.44 PCT (%) 0.23 +

HGB (gr/dl) 11.0 () NEUT (%) 69.8


HCT (%) 33.3 () LYMPH (%) 24.7

MCV (Fl) 75.0 () MONO (103/UL) 5.0

MCH (pg) 24.8 () EOS (103/UL) 0.2

MCHC (gr/dl) 33.0 BASO (103/UL) 0.3


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

IMMUNOSEROLOGI DAN KIMIA DARAH (26-02-2018)

IgM Salmonella Typhi 8 (positif) < 2 (negatif)

3 (borderline)

4 (positif lemah)

6-10 (positif)

Ferritine 545.37 13.00-400.00 ng/ml


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
WIDAL (26-02-2018)

Salmonella Typhi O 1/320 Negatif

Salmonella Paratyphi AO 1/160 Negatif

Salmonella Paratyphi BO 1/160 Negatif

Salmonella Paratyphi CO 1/160 Negatif

Salmonella Typhi H 1/320 Negatif

Salmonella Paratyphi AH 1/160 Negatif

Salmonella Paratyphi BH 1/80 Negatif

Salmonella Paratyphi CH 1/320 Negatif


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
URIN RUTIN (26-02-2018)
Color Kuning Tua Yellow
Blood Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilin +(1.0 mg/dl) Normal
Keton Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
pH 7.5 4.5-8.0
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
SG (Berat Jenis) 1.015 1.005-1.035

Leukosit Negatif Negatif

Vit.C Negatif Negatif

Eritrosit 0-1 0-2/LPB

Leukosit 0-2 0-5/LPB

Silinder Negatif Negatif

Epitel 2-5 <10/LPK

Bakteri Negatif Negatif

Kristal Negatif Negatif

Silinder hyaline - 0-2/LPK


ASSESMENT

● Demam tifoid
● Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA)
● Anemia penyakit kronik
ANJURAN DAN TERAPI

ANJURAN TERAPI

● Infus Ringer Laktat 30 tpm


● Jamin hidrasi ● Paracetamol 360 mg/8jam/IV
● Atasi demam (jika suhu > 38,5 derajat celcius)
● Atasi infeksi ● Cefriaxone 1 gram/12jam/IV
● Atasi demam tifoid (dalam NaCl 0,9% 100 cc habis
● Atasi batuk dalam 30 menit)
● Jamin intake ● Bed rest/tirah baring
● Ambroxol syrup 5 ml/8jam/oral
● Makan makanan biasa
-DISKUSI-
DEMAM
TIFOID
Demam Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik
akut yang mengenai sistem retikuloendotelial,
kelenjar limfe saluran cerna, dan kandung
empedu. Disebabkan terutama oleh Salmonella
enterica serovar typhi (S. typhi) dan menular
melalui jalur fekal-oral. Demam tifoid endemis
di negara berkembang khususnya Asia Tenggara.

Demam Tifoid dengan Komplikasi Sepsis : Pengertian, Epidemiologi, Patogenesis, dan Sebuah Laporan Kasus. Jurnal Medical Profession
(MedPro). 2019. Vol. 3. No. 3. 220
EPIDEMIOLOGI ● Prevalensi kasus demam tifoid di
Indonesia berdasarkan data Riskesdas
2007 adalah 1,6%.

● Di Indonesia, diperkirakan angka


kejadian demam tifoid adalah 300 – 810
kasus per 100.000 penduduk per tahun.

● Di Provinsi Sulawesi Selatan, Tahun 2014


pasien demam tifoid tercatat sebanyak
16.743 penderita.

● Distribusi prevalensi tertinggi adalah

11-20 juta kasus pada usia 5 – 14 tahun (1,9%) usia 1-4


tahun (1,6%) usia 15-24 tahun (1,5%) dan
128.000-161.000 Kematian usia kurang dari 1 tahun (0,8%)

Setiap tahun di dunia


(WHO, 2018)
What is Causes of THYPOID FEVER?

ETIOLOGI
● Penyebab demam tifoid adalah organisme bernama Salmonella
typhi atau Salmonella paratyphi yang memberikan efek lebih
minimal.

● Kedua organisme ini merupakan serovar dari bakteri Salmonella


enterica:
○ Serovar typhi
○ Serovar paratyphi A, B atau C

● Antara karakteristik bakteri ini:


○ Gram negatif
○ Berflagella
○ Fakultatif anaerob
○ Basil

Jabeen A, Yasin N, Khan H, Hussain M.A Review : Thypoid fever.J Bacteriol Infec Dis. 2018.
What is Causes of THYPOID FEVER?

ETIOLOGI
● Demam tifoid juga adalah suatu penyakit yang berkait rapat
tentang faktor kebersihan.

● Penyakit ini biasa didapati di daerah yang kurang higienis


dan mempunyai sumber air yang tidak bersih.

● Gejala akan bermanifestasi setelah mengkonsumsi


makanan atau minuman yang mengandungi bakteri
Salmonella typhi.

● Sumber transmisi bakteri ini adalah lewat rute fecal-oral.

Jabeen A, Yasin N, Khan H, Hussain M.A Review : Thypoid fever.J Bacteriol Infec Dis. 2018.
Hilda Nuruzzaman, Fariani Syahrul. A Review : Analisis Risiko Kejadian Demam Tifoid. 2016.
GEJAL
A
● Demam > 7 hari, intermitten, tinggi
sore/malam dari pada pagi/siang,
mencapai suhu tertinggi akhir minggu
pertama, minggu kedua demam terus
menerus tinggi.

● Delirium, malaise, letargi, anoreksia,


nyeri kepala, nyeri perut,
diare/konstipasi, muntah, perut
kembung.

● Penurunan kesadaran, kejang dan


ikhterus

Buku pedoman Pelayanan Medis IDAI jilid 1 tahun 2015.


Buku Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak oleh Departemen Ilmu Kesehatan anak
FK UNHAS tahun 2015.
Diagnosis

Anamnesis
KELUHAN UTAMA KELUHAN TAMBAHAN LINGKUNGAN

Demam Mengigau, letargi? Sumber air?

Berapa lama? Nyeri kepala frontal? MCK?

Setiap hari? Nyeri perut? Masak, cuci tangan,


makanan luar?
Intermittent or kontinyu? Diare, konstipasi?
Tikus?
Meningkat pada pagi atau Nafsu makan menurun?
malam?
Warna urin? RIWAYAT
Termometer?
Batuk, sesak napas? Kesehatan anak sebelumnya?
Penurun demam?
Sekitar yang sakit?
Jabeen A, Yasin N, Khan H, Hussain M. A review: Typhoid fever. J Bacteriol Infec Dis. 2018;2(2 ): 1-7
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Keadaan sakit Lidah Jantung Abdomen

TTV Coated tongue? Bunyi redup? Distensi?

Leher Paru Defens muskular?


Bradikardi relatif
Meningismus? Ronki? Nyeri?
Sklera
Limfadenopati? Hepatomegali?
Ikterik?
Splenomegali?
Konjungtiva

Anemis? Ekstremitas Kulit

Gigitan serangga? Rose spot?


Jabeen A, Yasin N, Khan H, Hussain M. A review: Typhoid fever. J Bacteriol Infec Dis. 2018;2(2 ): 1-7
Diagnosis

Pemeriksaan Penunjang

Darah rutin Serologi Uji widal

Hb Rapid tes Salmonella typhi cara tube titer O


Jumlah leukosit 1/320
Hitung jenis cara slide titer O 1/80
Kultur darah
Trombosit
Waktu perdarahan Salmonella typhi (+) Radiologi
PT, PTT
Kultur tinja Kultur urin Foto thoraks

Urin rutin Tinja rutin Foto polos abdomen

Makroskopis EKG
Mikroskopis
Jabeen A, Yasin N, Khan H, Hussain M. A review: Typhoid fever. J Bacteriol Infec Dis. 2018;2(2 ): 1-7
PATOGENESIS
• Bakteri masuk ke saluran pencernaan melalui mulut.

• Bakteri melakukan perlekatan di mikrovili, mukosa


ileum, menembus lamina propria dan submucosa.

• Proses Multiplikasi

• Respon Imun Fagositosis oleh makrofag.

• Kuman kemudian dibawa makrofag ke kelenjar getah


bening mesenterika.

• Setelah itu melalui ductus thoracicus, kuman masuk


ke aliran darah, dan menyebar di organ
retikuloendotelial (Hati dan limpa)

Sudoyo, A.W. 2015. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
PATOGENESIS
• Diorgan retikuloendotelial, sel fagosit
ditinggalkan, dan berkembang di sinusoid.

• Bakteri masuk ke aliran darah, menyebabkan


bakteremi II

• Di Hati, kuman masuk ke kandung empedu,


(bersama cairan empedu) kuman masuk ke
lumen usus

• Proses reaksi yang sama berulang kembali.

• Makrofag yang hiperaktif melepas sitokin


inflamasi. Hal ini menyebabkan gejala – gejala
muncul

Sudoyo, A.W. 2015. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing
DIAGNOSIS BANDING
● Demam dengue
● Malaria
● Tuberkulosis
● Pneumonia
● Leptospirosis
● Gastroenteritis
● Hepatitis akut
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/SK/V/2006
Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid
TATALAKSANA
Terapi Suportif
1. Tirah Baring (Bed Rest)
2. Nutrisi
● Cairan : Menjaga kecukupan asupan cairan oral maupun
parenteral
● Diet : cukup kalori dan protein, rendah serat
3. Kontrol dan monitor tanda vital
4. Menjaga Kebersihan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2006 Tentang Pedoman
Pengendalian Demam Tifoid
Rahmasari, V. 2018. Review:Manajemen Terapi Demam Tifoid : Kajian Terapi Farmakologis dan
Non Farmakologis. Jurnal Farmaka 16(1) :184-195
Terapi Simptomatik
Demam : Antipiretik
Muntah : Antiemetik

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/MENKES/SK/V/2006 Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid
Terapi Kausal


Kloramfenikol (drug of choice) : 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari


Seftriakson : 80 mg/kgBB/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari


Amoksisilin : 100 mg/kgBB/hari, oral atau IV, selama 10 hari


Kotrimoksasol : 6 mg/kgBB/hari, oral, selama 10 hari


Sefiksim : 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari

Dexamethason :1-3 mg/kgBB/hari, IV, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik (diberikan pada kasus berat
dengan gangguan kesadaran)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009.Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1.IDAI. Jakarta
Rahmasari, V. 2018. Review:Manajemen Terapi Demam Tifoid : Kajian Terapi Farmakologis dan Non Farmakologis. Jurnal Farmaka 16(1) :184-195
Pemantauan

Tanda Tanda Pemeriksaan


Vital Fisis

PPM IDAI 2009


KMK RI 2006
KOMPLIKASI

Tifoid Ensefalopati
Meningitis

Pneumonia, Pleuritis
Miokarditis, Endokarditis
Hepatitis,
Pankreatitis

Perdarahan & Perforasi


Usus
PPM IDAI 2009
KMK RI 2006
KRITERIA
● Bebas demam : suhu rektal <37,8C selama 24 jam

● RELAPS :
Laboratorium : biakan empedu (+) kembali

Klinis : gejala-gejala muncul kembali setelah minimal 3 hari sampai 3 minggu bebas demam

● RESISTENSI
Laboratorium : uji kepekaan

Klinis : tanpa penyulit/penyakit yang lain penderita masih demam setelah 14 hari terapi kloramfenikol

● RENJATAN SEPTIK
Tanda gangguan perfusi organ (lesu, gelisah, kulit dingin dan lembab, akral dingin, dan kebiruan-biruan, oligouri)

Tekanan darah sistol ≤80 mmHg

Nadi cepat dan kurang berisi.

Rampengan, Novie Homenta. “Antibiotik Terapi Demam Tifoid Tanpa Komplikasi Pada Anak.” Sari Pediatri, vol. 14, no. 5, 2016, p.
271
PROGNOSIS

● Umumnya baik pada demam tifoid tanpa


komplikasi.

● Tergantung pada kecepatan diagnosis dan


pemberian terapi antibiotik yang tepat.

● Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah


usia, kondisi kesehatan umum, dan munculnya
komplikasi.

● Bayi dan anak-anak dengan malnutrisi yang


mendasari berisiko lebih tinggi untuk hasil
yang buruk.

Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B. and Stanton, B.M., 2007. Nelson textbook of pediatrics e-book. Elsevier Health Sciences.
PENCEGAHAN

● Perbaikan Sanitasi Lingkungan


● Peningkatan Higiene Makanan & Minuman
● Peningkatan Higiene Perorangan
● Pencegahan Dengan Imunisasi

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 364/Menkes/Per/V/2006 Tentang


Pedoman Pengendalian Demam Tifoid
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai