Anda di halaman 1dari 15

Pengantar Topik Otopsi

dr. Nurul Aida F, Sp.F

SMF Ilmu Kedokteran Kehakiman


FK Universitas Islam Bandung
2020
Definisi
Berdasarkan terminology kata "Otopsi" berasal dari kata auto
yang berarti "diri" dan artinya "untuk dilihat". Itu berarti
"melihat diri sendiri" atau "melihat dengan mata kepala
sendiri."
Suatu pemeriksaan terhadap tubuh mayat untuk kepentingan
tertentu, meliputi pemeriksaan bagian luar dan bagian dalam
dengan menggunakan cara-cara yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah oleh ahli yang berkopetensi.

Sumber: Aflanie dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal”. Edisi ke-1. RajaGrafindo Persada. Rajawali Pers,
2017

Sumber: Kamil Hakan Dogan and Serafettin demirci. “Introductory Chapter: An Overview of Post-Mortem
Examination and Autopsy”. Intech. February 2018
Tujuan Otopsi
Untuk membangun identitas orang mati
Untuk menentukan penyebab kematian
Untuk membantu mengkonfirmasi atau menyangkal dugaan
cara kematian
Untuk memperkirakan waktu sejak kematian (interval post-
mortem)

Sumber: Ritesh G. Menezes; Francis N. Monteiro.“Forensic Autopsy”. NCBI.


February 18, 2020.
Jenis Otopsi
dilakukan untuk kepentingan
Otopsi
Anatomik pendidikan, yaitu dengan mempelajari
susunan tubuh manusia yang normal.

dilakukan terhadap jenazah dari


Otopsi Klinik penderita yang dirawat dan kemudia
meninggal dunia di rumat sakit.

dilakukan untuk kepentingan


Otopsi
Forensik peradilan, yaitu membantu penegak
hokum dalam rangka menemukan
kebenaran materil.

Sumber: Aflanie dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal”. Edisi ke-1.
RajaGrafindo Persada. Rajawali Pers, 2017
Tatalaksana Otopsi
Prinsipnya otopsi baru boleh dilakukan jika ada surat
permintaan tertulis dari penyidik dan setelah keluarga
diberi tahu serta setelah memahaminya, atau setelah 2
hari dalam hal keluarga tidak menyetujui otopsi atau
keluarga tidak ditemukan.
Disebutkan di dalam pasal 134 KUHAP bahwa
penyidik yang meminta otopsi mempunyai kewajiban
untuk memberitahukan keinginannya kepada keluarga.

Sumber: Aflanie dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal”. Edisi ke-1.
RajaGrafindo Persada. Rajawali Pers, 2017
Peralatan untuk Otopsi
Kamar otopsi
Meja otopsi
Peralatan otopsi
Pemeriksaan untuk pemeriksaan tambahan
Peralatan tulis
Fotografi.

Sumber: Aflanie dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal”. Edisi ke-1.
RajaGrafindo Persada. Rajawali Pers, 2017
Pemeriksaan Luar
Label mayat, tutup mayat, bungkus mayat, pakaian mayat, perhiasan
mayat, benda disamping mayat
Tanda kematian mayat: lebam mayat, kaku mayat, suhu tubuh
mayat, pembusukan.
Identifikasi umum
Identifikasi khusus: tato, jaringan parut, kapalan (callus) kelainan
pada kulit, anomali dan cacat pada tubuh
Mata: termasuk alis, bulu mata, kelopak mata, konjungtiva.
Telinga: termasuk di belakang telinga. Menginspeksi gendang
telinga dan kanal dengan otoskop kadang-kadang bermanfaat (darah
di belakang gendang telinga)
Mulut: termasuk bibir bagian dalam, frenulum, mukosa bukal, gigi
(jumlah dan kondisi).
Wajah: kulit kepala
Leher: palpasi dan daerah supraklavikula
Dada: Pertimbangan pertama adalah bentuk rongga dada. Kulit pada
dada dapat menunjukkan bukti penyakit, bekas luka, pigmentasi dan tumor
Perut: Seperti halnya thorax, bentuk dan ukuran perut, luka, bekas operasi.
Genital: Jika ada kecurigaan kekerasan seksual, pengambilan sampel dari
vagina, rektum.
Lengan: telapak tangan. diperlukan untuk mengambil sidik jari.
Kaki
Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka: letak luka, jenis luka,
bentuk luka, arah luka, tepi luka, sudut luka, dasar luka, sekitar luka, ukuran
luka, saluran luka, dan lain-lain.

Sumber: UNODC. “Forensic autopsy: Manual for forensic pathologists”. August 2015

Sumber: Peter J. T. Knudsen. “Autopsy”. Research Gate; March 2014

Sumber: Aflanie dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal”. Edisi ke-1. RajaGrafindo Persada.
Rajawali Pers, 2017
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan organ/ dalam dimulai dari: Ureter
 Lidah Kandung kemih
Tonsil Hepar
Kelenjar gondok Limpa
Esofagus Kelenjar getah bening
Trahea Lambung
Os hyoid Usus halus
Cartilage thyroidea Usus besar
Cartilage cricoid Pancreas
Arteri carotis interna Genital interna
Thymus Batang otak
Paru-paru Otak besar dan kecil.
Jantung Lalu di timbang dan dicatat berat masing-
Aorta thoracalis masing organ.
Aorta abdominalis Sumber: Peter J. T. Knudsen. “Autopsy”. Research Gate;
Glandula suprarenalis March 2014
Ginjal
Sumber: UNODC. “Forensic autopsy: Manual for forensic
pathologists”; August 2015
Pembedahan Mayat
Membuka kepala

Sumber: UNODC. “Forensic autopsy: Manual for forensic pathologists”;


August 2015.
Membuka thorax dan abdomen
Single simple Low ‘Y’ High ‘Y’
midline incision incision incision

Sumber: Peter J. T. Knudsen. “Autopsy”. Research Gate; March 2014.


Jenis Teknik Otopsi
Teknik Teknik ini menggunakan pengangkatan organ
Virchow satu persatu

Teknik
Teknik ini menggunakan diseksi in-situ orga
Rokitansky

Dalam teknik ini, organ serviks, dan thoraks,


Teknik organ di perut, dan sistem urogenital
Ghon dikeluarkan sebagai blok organ yang terpisah
(pengangkatan “en bloc”)

Teknik Suatu teknik dimana organ serviks, toraks, dan


Letulle abdomen diangkat secara massal ("en masse"
removal)

Sumber: Ritesh G. Menezes; Francis N. Monteiro. “Forensic Autopsy


“.StatPearls; February 18, 2020.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai bagian
dari otopsi forensik:
Memperoleh foto dan film video untuk penggunaan bukti di
pengadilan
Sampel penahan (visceral tubuh dan cairan) untuk analisis kimia/
toksikologi, pemeriksaan histopalogis/ mikroskopis dan investigasi
tambahan lainnya
Mengembalikan tubuh yang diautopsi ke kondisi kosmetik terbaik
sebelum menyerahkannya kepada otoritas hokum yang bersangkutan
Memberikan laporan pemeriksaan post-mortem tertulis terperinci
dari temuan otopsi, dan kesimpulannya berdasarkan pada alasan
ilmiah

Sumber: Ritesh G. Menezes; Francis N. Monteiro. “Forensic Autopsy “.StatPearls;


February 18, 2020.
Perawatan Mayat Setelah Otopsi
Setelah autopsi, kembalikan semua organ ke dalam rongga tubuh
dengan lidah kembali ke rongga mulutdan jaringan otak kembali ke
rongga tengkorak.
Kemudian jahit kembali tulang dada dan iga yang dilepaskan,
dilanjutkan penjahitan kulit dengan rapi menggunakan benang yang
kuat dimulai dari bawah dagu hingga daerah simfisis.
Letakan atap tengkorak pada tempat semulanya dan fiksasi dengan
menjahit otot temporalis, dilanjutkan penjahitan kulit kepala dengan
rapi.
Terakhir, bersihkan tubuh mayat dari darah sebelum diserahkan
kembali ke pihak keluarga.
Sumber: Aflanie dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal”. Edisi ke-1.
RajaGrafindo Persada. Rajawali Pers, 2017
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai