Anda di halaman 1dari 27

PERAN DAN FUNGSI KELUARGA

DALAM PERAWATAN PALIATIF

Oleh : Riani Pradara Jati.,M.Kep


Perawatan paliatif adalah perawatan yang berpusat pada

pasien dan keluarga dengan pendekatan yang dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-

anak) dan keluarga dengan penyakit yang mengancam jiwa.

(Steele & Davies, 2015; WHO, 2018)


Perawatan ini mencegah dan mengurangi penderitaan melalui

identifikasi awal, penilaian yang benar dan perawatan rasa

sakit dan masalah lain, baik fisik, psikososial atau spiritual.

(WHO, 2018)
Orang yang membutuhkan perawatan paliatif adalah orang yang
mempunyai penyakit yang mengancam jiwa, diantaranya
meliputi kanker, penyakit neuron motorik, multiple sclerosis,
advanced demensia, penyakit jantung, paru-paru atau ginjal
tahap akhir, dan diagnosis lain yang mempunyai batas
perkiraan hidup.(Hammill, 2018)
Berdasarkan WHO Global Health Estimates, sebagian besar orang

dewasa yang membutuhkan perawatan paliatif meninggal karena

penyakit kardiovaskular (38,5%), dan kanker (34%), diikuti oleh

penyakit pernapasan kronis (10,3%), HIV / AIDS (5,7%), dan diabetes

(4,5%).(Worldwide Palliative Care Alliance, 2014)


Indonesia, berdasarkan hasil riskesdas 2018, prevalensi kanker
naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013) menjadi 1,8 persen di
2018 dengan prevalensi tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta.
Masalah orang dengan penyakit yang mengancam jiwa
dan membutuhkan perawatan paliatif tersebut adalah
penderitaan total yang merupakan kombinasi rumit dari
rasa sakit fisik, psikologis, sosial, dan spiritual, sehingga
perawatan orang lain seutuhnya diperlukan.(Putranto et
al., 2017)
KEADAAN SECARA UMUM PADA PASIEN
 Gejala-gejala fisik dari penyakit yang dirasakan lebih lanjut
seperti kekuatan fisik melemah, dan kelumpuhan membuat
mereka kehilangan kemampuan untuk bergerak bebas di sekitar
rumah dan kontribusi dirinya di masyarakat menjadi berkurang.
(Hartogh, 2017; Madsen, Uhrenfeldt, & Birkelund, 2019)
 Mereka merasa diri sendiri bukan orang yang normal lagi
dikarenakan hilangnya elemen penting yang menentukan peran
dan status dirinya di lingkungan masyarakat.
 Keluarga merupakan salah satu komponen yang mengalami
tekanan emosional saat merawat dan tidak lepas dari beban
berat saat merawat dan melakukan pendampingan

 Keluarga melihat perubahan signifikan pada fisik, kesadaran


yang menurut bahkan saat-saat sekarat. Keluarga mendapatkan
perasaan takut, marah, kaget, dan tak berdaya ketika anggota
keluarganya sekarat.(Bindley et al., 2018; Hammill, 2018)
PEMBERDAYAAN KELUARGA DENGAN
ANGGOTANYA YANG MEMBUTUHKAN
PERAWATAN PALIATIF

Pemberdayaan keluarga dapat dilakukan dengan


melaksanaan fungsi keluarga dalam perawatan dan
pendampingan untuk anggota keluarga dengan penyakit
yang mengancam jiwa,
1. PERAWATAN DALAM ASPEK
PSIKOLOGIS, SOSIAL, DAN SPIRITUAL

a. Mendefinisikan ulang
Bantu anggota keluarga yang sakit untuk memilih hal atau
pekerjaan yang dapat di lakukan waktu “masa dulu sebelum
sakit” dan “masa sekarang”. Penting bagi anggota keluarga yang
sakit untuk dapat mendefinisikan ulang kehidupan mereka,
apabila tidak bisa, maka hal yang terjadi adalah munculnya rasa
frustrasi, marah, dan merasa tidak berharga.
 Tetap libatkan anggota yang sakit dalam kegiatan yang
biasa ia lakukan dengan memodifikasi sesuai dengan
porsi tubuhnya saat ini. Hindari sikap terlihat
mengasihani dirinya dan tunjukkan bahwa keluarga tetap
mendukung kegiatan yang menyenangkan untuknya,
dengan catatan tidak membahayakan.
B. MEMBEBANI
 Jika pasien melihat diri mereka sebagai tanpa tujuan,
tergantung, dan tidak bergerak, mereka memiliki
perasaan lebih besar membebani orang yang mereka
cintai. Semakin realistis pasien mendefinisi ulang diri
mereka sendiri ketika kapasitas mereka berkurang,
semakin akurat mereka dalam persepsi mereka tentang
beban
 Jika anggota keluarga kurang mampu mendefinisikan
kembali diri mereka sendiri tidak melihat bahwa mereka
membebani anggota keluarga lainnya dengan cara apa
pun, maka tak ayal keluarga yang merawat dapat
merasakan perasaan tidak dihargai, kelelahan, dan
bahkan dapat menimbulkan rasa “menunggu pasien
mati”
C. BERJUANG DENGAN PARADOX

 bertahan dengan perubahan dan mencari makna hidup


dari hari ke hari
 Berjuang dengan paradoks berasal dari kenyataan bahwa
pasien hidup dan mati.
 Bagi anggota keluarga yang sakit, perjuangan berfokus
pada keinginan untuk percaya bahwa mereka akan
bertahan dan mengetahui bahwa mereka tidak akan
selamat.
D. MEMPERSIAPKAN KEMATIAN

Tidak mudah, keluarga diharapkan mampu membimbing


dan mendampingi anggota yang sakit untuk
mempersiapkan kematian, sehingga tidak ada penyesalan
yang di alami setelah anggota yang sakit telah meninggal
2. PERAWATAN DALAM ASPEK FISIK

1) Terengah-engah (breathlessness)

Keluarga dapat belajar tentang manajemen stres dan


kecemasan, strategi koping, penentuan posisi, dan
teknik konservasi energi, Keluarga dapat mengurangi
dampak sesak napas yang dialami anggota keluarga
yang sakit.
2) Kelelahan
Dalam hal ini berhubungan dengan fase “mendefinisikan
kembali”, keluarga dan anggotanya yang sakit berkerja sama
dalam memilih aktivitas, pekerjaan dan hal lain yang
memerlukan energi sesuai dengan kemampuan anggota
keluarga yag sakit.

3) Kurang Tidur
Keluarga rutin untuk mengajak anggota keluarga yang sakit
tentang perilaku tidur yang baik, mengubah lingkungan tempat
tidur, atau memperkenalkan rutinitas tidur baru untuk
meningkatkan kebiasaan tidur anggotanya yang sakit.
4) Nyeri

keluarga membantu dan membimbing anggota yang sakit agar dapat


meminimalkan tingkat nyeri melalui latihan dan terapi, beberapa
diantaranya relaksasi otot progresif dan Teknik napas dalam.

5) Memori, proses awal, dan pemrosesan informasi: Keluarga membantu


mengurangi dampak gejala kognitif dengan menerapkan berbagai strategi
yang dirancang untuk mengkompensasi kehilangan atau untuk melatih
kembali memori dan perhatian anggota keluarga yang sakit, dalam hal ini
kepada anggota keluarga yang mengalami demensia. Salah satu yang dapat
dilakukan adalah bercerita dengan mengenang masa lalu yang indah dan
memorable.
 6) Perawatan kulit dan kenyamanan
Keluarga memerlukan segala bentuk kasur atau bantal
perawatan tekanan untuk membantu mengurangi atau
mencegah sakit akibat tekanan atau membuat istirahat
lebih nyaman ketika anggota yang sakit hanya bisa
beraktivitas di atas tempat tidur.
C.PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFOEMASI
UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA

 Teknologi informasi seperti aplikasi dapat dimaanfaatkan untuk

memberdayakan keluarga.

 Dengan membuat aplikasi yang ditujukan kepada keluarga dalam

merawat anggota yang sakit dengan penyakit yang mengancam jiwa

dalam aspek perawatan secara fisik, psikologis, sosio, dan spiritual.

 Keluarga juga mengalami tekanan emosional yang tinggi saat

melakukan perawatan, maka aplikasi ini akan di lengkapi dengan

edukasi koping yang dapat dilakukan oleh keluarga itu sendiri.

Aplikasi yang di maksudakan dapat membantu membimbing keluarga


1. Fitur record, yang dapat diakses oleh perawat keluarga.
Berupa perkembangan keadaan pasien dan penanganan yang
telah di lakukan keluarga.
2. Pemberian konten edukasi terkait penyakit dan
penanganannya pada keluarga akan disesuaikan sesuai
kebutuhan keluarga terkait kondisi anggota yang sakit.
3. Konten dalam aplikasi tidak hanya berupa tulisan, namun
juga berupa audio visual berupa video edukasi dan juga
konten suara yang bisa di akses,
EDUKASI DAN BIMBINGAN PERAWATAN
PALIATIF KEPADA KELUARGA

1.Pemberi Layanan
Sebagai pemberi layanan, perawat membantu klien
memperoleh kembali kesehatan dan kehidupan
maandiri yang optimal melalui proses pemulihan.
Pemulihan yang dimaksud meliputi unsur fisik,
kesejahteraan emosional, spiritual dan social.(Potter &
Perry, 2009)
2.EDUKATOR
Sebagai edukator, perawat dapat memberikan edukasi
kesehatan terkait kondisi penyakit klien dengan proses
belajar. Perawat dapat menjelaskan fakta kesehatan,
mendemonstrasikan prosedur seperti perawatan diri,
memperbaiki perilaku, dan mengevaluasi kemajuan klien
dan keluarga dalam belajar.(Potter & Perry, 2009)
3. KOMUNIKATOR
 Komunikasi sangat penting antara perawat dan klien, ketika perawat

mengenal klien, mengetahui kelebihan kelemahannya, kebutuhan dan

ketakutan mereka dalam menghadapi penyakit.

 Tanpa komunikasi yang jelas, akan menjadi sulit untuk memberikan

kenyamanan dan dukungan emosional dan melayani dengan efektif.

(Potter & Perry, 2009) Ketika perawat dapat menjalani perannya sebagai

komunikator dengan baik, maka perawat tersebut dalam menjadi orang

yang nyaman di ajak berkonsultasi oleh klien dalam menghadapi segala

permasalahan penyakitnya.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai