Anda di halaman 1dari 36

Manajemen

Penanganan Luka
Oleh:
Alma Sylvhanie Lufthi (1940312143)
Trise Anestesia (1940312133)

Pembimbing : dr. Deddy Saputra, Sp.BP-RE


Pendahuluan
Tujuan utama dari manajemen penanganan luka adalah mendapatkan penyembuhan yang cepat dengan
fungsi dan hasil estetik yang optimal
Definisi Luka
Luka didefinisikan sebagai
terputusnya kontinuitas
jaringan tubuh oleh sebab-
sebab seperti fisik, mekanik,
kimia dan termal.
Definisi Luka
Luka dapat berdarah maupun
tidak. Luka dapat menimbulkan
kejadian infeksi ataupun
merupakan alat mentrasfer
suatu penyakit dari yang sehat
menjadi terinfeksi.
Klasifikasi Luka
1. Berdasarkan Onset:

Luka Akut Luka Kronik


disebabkan oleh trauma luka yang belum sembuh
atau pembedahan / setelah 3 bulan, sering
surgical incision. Waktu timbul kembali (rekuren),
penyembuhan relatif cepat dimana terjadi gangguan
sesuai dengan waktu pada proses
penyembuhan luka penyembuhan.
fisiologis 0-21 hari
Jenis-Jenis Luka
Vulnus laceratum, vulnus exoriatum,
vulnus punctum, vulnus contussum, vulnus
incivum, vulnus morsum, vulnus
Acute perforatum, vulnus amputatum, vulnus
combustion, skin avultion/skin degloving

Wound
Eschar

Chronic Slough

Infection

Granulation
Luka Akut
Luka akut yang berisiko untuk terjadinya infeksi:

1. Luka dibiarkan > 4 jam

2. Luka terkontaminasi

3. Terjadi di tempat yang kotor

4. Luka dalam dan luka yang disebabkan oleh


benda terkontaminasi (mis: paku, bambu, besi,
dsb)
Luka Akut
Luka akut yang berisiko terbentuk keloid/parut hipertrofik:

1. Luka laserasi dalam

2. Luka laserasi kotor

3. Luka compang-camping (tidak beraturan)

4. Luka akut yang menjadi kronis


Luka Kronik
Semua luka kronik berawal dari luka akut yang gagal dalam
proses penyembuhan normal dan menjadi menetap di fase
inflamasi

Perubahan satu atau lebih


Growth factors, sitokin, dan
faktor ini dapat menyebabkan
protease berperan penting
penyembuhan luka kronik
dalam penyembuhan luka
yang buruk
Luka Kronik

Healing Wounds Non Healing Wounds


• Sitokin inflamasi seimbang • Sitokin inflamasi tinggi
• Level protease rendah • Level protease tinggi
• Aktivitas mitotik tinggi • Aktivitas mitotik rendah
• Sel responsif terhadap growth • Sel tidak responsif terhadap
factors growth factors
• Migrasi sel cepat • Migrasi sel yang rendah

Fase Inflamasi luka kronik:


Kadar protease yang tinggi (MMP, Plasmin,
Trombin, Elastase)  kemerosotan struktur
matriks dan ketidakmampuan sel bermigrasi
Luka Kronik
2. Tingkat Kontaminasi
1. Luka bersih : Yaitu luka bedah pada operasi elektif, prosedur
tertutup, dan tidak ada peradangan akut. risko infeksi 1%-5%.

2. Luka bersih terkontaminasi : kasus darurat atau urgen yang tidak


bersih. Dapat terjadi pada operasi elektif, eg. prostatektomi,
apendektomi tanpa radang berat, kolesistektomi elektif. Risiko
infeksi 3%- 11%

3. Luka terkontaminasi : luka yang belum ditangani < 4 jam. Dapat


terjadi pada luka terbuka akut, luka kronis yang dijahit, dan
kontaminasi dari saluran cerna. Risiko infeksi 10% -17%.

4. Luka kotor/terinfeksi : belum ditangani > 4 jam, ada purulen atau


abses.
3. Berdasarkan Ada Tidaknya
Hubungan dengan Luar Luka
Luka tertutup (vulnus Luka terbuka (vulnus
occlusum) apertum)
Luka tidak melampaui tebal kulit. Luka
tanpa robekan pada kulit. Contohnya bagian
Luka melampaui tebal kulit.
tubuh yang terpukul oleh benda tumpul,
Terlihat robekan pada kulit atau
terpelincir, keseleo, daya deselerasi ke arah
membran mukosa. Contohnya
tubuh (fraktur tulang, robekan pada organ
trauma oleh benda tajam atau
dalam), luka abrasi, kontusio atau memar.
tumpul (insisi bedah, pungsi
vena, luka tembak).
4. Berdasarkan Tipe Penyembuhan Luka

secara tersier atau delayed


Secara Primer Secara Sekunder primary
Luka terjadi tanpa kehilangan banyak Kulit mengalami luka (kerusakan)
jaringan kulit. Luka ditutup dengan cara terjadi jika penyembuhan luka
dengan kehilangan banyak jaringan.
dirapatkan dengan menggunakan alat secara primer mengalami infeksi
Sehingga memerlukan proses granulasi
bantu sehingga bekas luka (scar) tidak atau ada benda asing. Sehingga
(pertumbuhan sel), kontraksi, dan
ada atau minimal. Contohnya adalah penyembuhannya terhambat.
Epitelisasi (penutupan epidermis) untuk
luka sayatan/robekan dan luka Contohnya adalah luka operasi
menutup luka. Contohnya adalah luka
operasi yang dapat sembuh dengan yang terinfeksi
tekan (dekubitus), luka diabetes
alat bantu jahitan, stapler, tape melitus, dan luka bakar.
eksternal, atau lem/perekat kulit.
5. Berdasarkan Anatomi Kulit
Stadium 1 Stadium 2
warna dasar luka merah dan hanya warna dasar luka merah dan melibatkan
melibatkan lapisan epidermis, epidermis lapisan epidermis-dermis. Luka
masih utuh atau tanpa merusak epidermis. menyebabkan epidermis terpisah dari
Epidermis hanya mengalami perubahan dermis dan/atau mengenai sebagian
warna kemerahan, hangat atau dingin dermis (partial-thickness). Umumnya
(bergantung pada penyebab), kulit melunak, kedalaman luka hingga 0,4 mm, namun
dan ada rasa nyeri atau gatal. Contoh: kulit biasanya bergantung pada lokasi luka.
yang terpapar matahari atau sunburn dan Bula atau blister termasuk kategori
saat kita duduk pada satu posisi selama stadium 2 karena epidermis sudah
lebih dari dua jam, kemudian ada terpisah dengan dermis
kemerahan di gluteus (bokong)
5. Berdasarkan Anatomi Kulit
Stadium 3 Stadium 4
warna dasar luka merah dan lapisan kulit warna dasar luka merah dan lapisan
mengalami kehilangan epidermis, dermis, kulit mengalami kerusakan dan
hingga sebagian hypodermis kehilangan lapisan epidermis, dermis,
(fullthicknes). Umumnya kedalaman luka hingga seluruh hipodermis, dan
hingga 1 cm (sesuai dengan lokasi luka mengenai otot dan tulang (deep full-
pada tubuh bagian mana). Pada proses thickness). Undermining (gua) dan
penyembuhan luka, kulit akan sinus masuk ke dalam stadium 4.
menumbuhkan lapisan-lapisan yang
hilang (granulasi) sebelum menutup
(epitelisasi).
5. Berdasarkan Anatomi Kulit
Unstageable

Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstageable)


jika warna dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan
mati (nekrosis), terutama jika jaringan nekrosis ≥ 50% berada di
dasar luka. Dasar luka yang nekrosis dapat dinilai stadiumnya
setelah ditemukan dasar luka merah (granulasi) dengan
pembuluh darah yang baik.
Proses Penyembuhan Luka
Pada proses penyembuhan luka ada 3 macam fase yang terjadi yaitu:

1. Fase Inflamasi
• Segera sampai 2-5 hari
• Diawali dengan fase hemostasis : vasokonstriksi dan agregasi
platelet
• Bila hemostasis tercapai akan diikuti oleh proses inflamasi yang
ditandai dengan adanya fagositosis.
Proses Penyembuhan Luka
2. Fase Proliferasi
• Berlangsung selama 2 hari sampai 3 minggu
• Terjadi proses granulasi yaitu fibroblas melakukan sintesis kolagen,
untuk mengisi defek dan disertai dengan terbentuk kapiler baru.

3. Fase Remodelling : pematangan parut


• Berlangsung selama 3 minggu sampai 2 tahun
• Kolagen tipe 1 menggantikan kolagen tipe 3 dan akan meningkatkan
tensil strength luka
• Akhir proses terbentuk parut dengan kekuatan 80% dari jaringan
semula.
Manajemen Luka
PENANGANAN LUKA SECARA
UMUM
Konsep Penanganan Luka

a. Penilaian luka
• Ukuran dan dalam luka : tampak kulit, jaringan subkutan, fascia,
otot atau tulang
• Kulit sekitar luka : warna, kelembaban, flexibilitas
• Tepi luka : perlekatan ke dasar luka
• Bed luka : jaringan nekrotik, jaringan granulasi, fibrin, kolonisasi
bakteri, eksudat.
• Karakteristik luka. Ada 6 macam karakteristik luka yaitu :
Konsep Penanganan Luka
b. Preparasi Bed Luka
• Preparasi bed luka adalah suatu proses pembuangan barrier yang
terdapat di luka untuk mempersiapkan luka supaya dapat melalui
proses penyembuhan luka dengan baik

Dapat dilakukan dengan cara melakukan


1. Debridement
2. Kontrol bakteri
3. Pengelolaan eksudat.
KONSEP PENANGANAN LUKA

1. Debridement adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan


nekrotik atau jaringan nonvital dan jaringan yang sangat terkontaminasi
dari bed luka dengan mempertahankan secara maksimal struktur
anatomi yang penting seperti syaraf, pembuluh darah, tendo dan tulang.

2. Kontrol bakteri : Keberadaan bakteri di luka dapat dikategorikan


dalam : kontaminasi, kolonisasi,kolonisasi kritis dan infeksi.

3. Mengelola Eksudat : Cara terbaik untuk melihat bed luka yang tidak
sembuh pada luka kronik adalah dengan menilai jumlah eksudat.
Pengelolaan eksudat dapat dilakukan direct dan indirect.
Konsep Penanganan Luka
c. Dressing Luka

• Bertujuan melindungi luka dari trauma dan infeksi. Dalam kondisi


lembab penyembuhan luka lebih cepat 50% dibanding luka kering.
Didapatkan peningkatan reepitelialisasi.

• Secara umum, dasar dilakukannya dessing adalah untuk


mendorong terjadinya penyembuhan serta menghindarkan
terjadinya infeksi dan gangguan lainnya pada luka.
Konsep Penanganan Luka
Konsep Penanganan Luka
Konsep Penanganan Luka
d. Penutupan Luka
• Dapat dilakukan bila keadaan luka sudah bersih dan tidak infeksi

• Semua ini tergantung lokasi, besar defek luka dan tehnik yang dikuasai ahli
bedah.
Penanganan Luka Akut

Wound toilet and debridement:

• Wound toilet:
-membersihkan luka dengan menggunakan normal saline/air steril (Nacl)
air harus mengalir.
-Setelah itu disinfeksi menggunakan povidon iodine.
-Anestesi lokal (lidokain)

• Debridement :
-membuang semua kotoran pada luka, jaringan mati, membuat luka menjadi
bersih dan siap ditutup
Penanganan Luka Akut
Penjahitan luka

• Hindari penarikan yang berlebihan

1. Memilih bahan dan alat yang benar: kulit (benang silk), subkutis
(plain catgut), otot (chromic catgut)
2. Memegang alat dengan benar : needle holder, pinset, gunting
3. Lakukan penjahitan satu persatu, tidak terlalu dekat ataupun
terlalu jarang, simpul terletak di tepi luka
Penanganan Luka Akut

Penutupan luka

1. Luka ditutup dengan kasa dan plaster dengan baik, pastikan


bersih, kelembaban terjaga, ada efek menekan
2. Boleh diberikan antibiotik
3. Bisa juga diberikan salep untuk menghilangkan scar, untuk
perawatan di rumah
4. Jahitan pada kulit biasanya dibuka setelah 5-7 hari
Penanganan Luka Kronik

• Bed preparation
- Debridement dan dressing
• Antibiotik
- Broad spectrum empiric
- Kultur dan resistensi
• Status gizi
- Kadar albumin >2.5 g/dL
• Perawatan lokal
- Elastic verband (cellulitis, venous ulcer)
• Perawatan sistemik
- Kontrol glukosa darah
- Stop merokok
- Terapi kanker
TIME

• Untuk membantu evaluasi dan tata laksana luka dengan pendekatan yang
terstruktur, dikembangkanlah prinsip TIME.

• Awalnya, TIME adalah konsep mempersiapkan luka hingga kondisi optimal


sebelum dilakukan penutupan luka dengan rekonstruksi oleh dokter bedah
plastik. Pada perkembangannya, TIME dianggap relevan untuk menjadi
pedoman perawatan luka secara sekunder.

• T : tissue management
• I : infection-inflamation control
• M : moisture balance management
• E : epitelization enhancement management
Thanks
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai