Anda di halaman 1dari 15

OUTLINE KAWASAN HUTAN DALAM

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


Palangkaraya, 12 Oktober 2017
Oleh: Detty Theresia Putung

DIREKTORAT PEMBINAAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN PEMANFAATAN RUANG DAERAH


DIREKTORAT JENDERAL TATA RUANG
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
SISTEMATIKA
 LATAR BELAKANG
 HISTORIS
 DASAR HUKUM
 DEFINISI
 FUNGSI
 TEKNIS PENGGAMBARAN OUTLINE
 TEKNIS PENCANTUMAN OUTLINE DALAM BATANG
TUBUH PERDA
 KETENTUAN TERKAIT OUTLINE
 PENUTUP
LATAR BELAKANG
 RTRW merupakan dasar pembangunan di daerah, acuan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
 RTRW merupakan alokasi peruntukan ruang untuk semua
kepentingan, sehingga penetapan rancangan perda tentang RTRW
dilakukan apabila peruntukan ruang secara keseluruhan telah
memperoleh persetujuan/kesepakatan dari semua pihak,
termasuk sektor kehutanan.
 Dasar penentuan alokasi ruang untuk kepentingan sektor kehutanan
dalam RTRW adalah status kawasan hutan yang ditetapkan oleh
Menteri Kehutanan.
 Dalam hal terdapat usulan perubahan peruntukan dan fungsi
kawasan hutan pada proses penyusunan / revisi RTRW belum
mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehutanan, RTRW dapat
ditetapkan dengan mekanisme ‘HOLDING ZONE’.
HISTORIS
 Mekanisme ‘HOLDING ZONE’ digagas sebagai salah satu
upaya percepatan penyesuaian RTRW
Provinsi/Kabupaten/Kota terhadap UU No. 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, untuk mengantisipasi proses
persetujuan substansi kehutanan yang memakan waktu cukup
lama, sedangkan daerah butuh acuan pembangunan
secepatnya.
 Dalam perjalanannya, prinsip ‘holding’ juga digunakan untuk
menjawab adanya kegiatan atau rencana kegiatan non
kehutanan di dalam kawasan hutan, yang belum diakomodir
dalam SK kawasan hutan, yang kemudian dikenal dengan
istilah ‘OUTLINE’.
DASAR HUKUM
• Pasal 30, 31, 34, 38 PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang
• PP No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan beserta
perubahannya, terakhir dengan PP No. 105 Tahun 2015.
• PP No. 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang
• PP No. 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan
Fungsi Kawasan Hutan
• Perpres No. 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam
Kawasan Hutan
• Inpres No 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan RTRW Provinsi
dan Kabupaten/Kota
• SEB Mendagri, Men-PU dan Menhut tanggal 17 Maret 2014 tentang
Percepatan Penyelesaian Penyusunan Perda tentang RTRW Provinsi dan
Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan
Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone)
KETERKAITAN PP KEHUTANAN DENGAN PP PPR
PP 15/2010
PP 104/2015
Pelaksanaan
Pelaksanaan pemanfaatan
pemanfaatan
ruang
ruang harus
harus mengacu
mengacu
pada
pada rencana
rencana tata
tata ruang
ruang
Ketentuan
Ketentuan zonasi
zonasi sektoral
sektoral Perubahan peruntukan
Bagian kawasan hutan yang belum memperolleh ditetapkan
ditetapkan oleh
oleh menteri
menteri kawasan hutan dilakukan
persetujuan tata ruang wilayah provinsi sebelumnya terkait
terkait sesuai
sesuai berdasarkan usulan dari
(Ps. 30 ayat (1)) kewenangannya gubernur kepada menteri
RTRW kewenangannya
(Ps.
(Ps. 151
151 ayat
ayat (6))
(6)) (Ps. 30 ayat (1)

Diperlukan
Diperlukan kesepakatan
kesepakatan
Bagian kawasan hutan dalam wilayah Provinsi yang Ketentuan
Ketentuan perubahan
perubahan
dan
dan persetujuan
persetujuan Usulan
peruntukan belum memperoleh persetujan peruntukan ruangnya peruntukan dan
peruntukan dan fungsi
fungsi Usulan perubahan
perubahan
peruntukan ruang
ruang kawasan peruntukan
peruntukan kawasan
kawasan hutan
(ps.29) diintegrasikan ke dalam RTRWP yang akan ditetapkan kawasan hutan
hutan serta
serta hutan
(ps.29) penggunaan diintegrasikan
diintegrasikan oleh
oleh gubernur
dengan mengacu pada ketentuan peruntukan dan fungsi penggunaan kawasan
kawasan gubernur
hutan
hutan berlaku
berlaku ketentuan
ketentuan dalam
dalam revisi
revisi rencana
rencana tata
tata
kawasan hutan serta penggunaan kawasanhutan ruang
Per-UU-an
Per-UU-an dibidang
dibidang ruang wilayah
wilayah provinsi
provinsi
berdasarkan RTRWP sebelumnya (Ps.
kehutanan
kehutanan (Ps. 30
30 ayat
ayat (2)
(2)
(PS. 30 ayat (2)) Peninjauan
(Ps.
(Ps. 31ayat
31ayat (1))
(1)) Peninjauan
kembali
kembali
rencana
rencana tata
tata
ruang
ruang dilakukan
dilakukan
Penggunaan
Penggunaan kawasan
kawasan
Penggunaan
Penggunaan kawasan
kawasan hutan Keputusan
Keputusan Menteri
Menteri tentang
tentang 1
1 (satu)
(satu) kali
kali dlm
dlm
hutan untuk
untuk kepentingan
kepentingan
PP24/2010 hutan
hutan untuk
diluar
untuk pembangunan
pembangunan
diluar kegiatan
kegiatan kehutanan
kehutanan
pembangunan
pembangunan di
kegiatan
kegiatan kehutanan
di luar
luar
kehutanan hanya
hanya
Perubahan
Perubahan peruntukan
dan
dan fungsi
peruntukan
fungsi kawasan
kawasan hutan
hutan
perubahan
perubahan peruntukan
kawasan
peruntukan
kawasan hutan
hutan
5
5 (lima)
(Ps.
(lima) thn
(Ps. 82
thn
82 ayat
ayat (1))
(1))
dilakukan
dilakukan berdasarkan
berdasarkan izin
izin dapat
dapat dilakukan
dilakukan untuk
untuk di
di integrasikan
integrasikan dalam
dalam diintegrasikan
diintegrasikan oleh
oleh gubernur
gubernur
pinjam kegiatan
kegiatan yang
yang mempunyai
mempunyai Peninjauan
Jo. PP 105/2015 pinjam pakai
pakai kawasan
kawasan tujuan
perbahan
perbahan RTRW
RTRW dalam
dalam revisi
revisi rencana
rencana tata
tata Peninjauan
hutan. tujuan strategis
strategis yang
yang tidak
tidak ruang kembali
hutan. dapat
dapat dielakkan.
dielakkan.
(Ps.
(Ps. 31
31 ayat
ayat (2))
(2)) ruang wilayah
wilayah provinsi
provinsi kembali
(Ps.6
(Ps.6 ayat
ayat (1))
(1)) (Ps.4
(Ps.4 ayat
ayat (1))
(1)) (Ps.
(Ps. 33)
33) rencana
rencana tata
tata
ruang
ruang dapat
dapat
dilakukan
dilakukan lebih
lebih
dari
dari 1
1 (satu)
(satu) kali
kali
Izin
Izin pinjam
pinjam pakai
pakai kawasan
kawasan Kegiatan
Kegiatan yg
yg mempunyai
mempunyai
Setiap
Setiap perubahan
perubahan fungsi
fungsi
Perubahan dalam
dalam 5 5 (lima)
(lima)
Perubahan peruntukan
peruntukan kawasan
kawasan hutan
hutan untuk
Lokasi
Lokasi lahan
lahan kompensasi
kompensasi hutan
hutan dapat
dapat dilakukan
dilakukan tujuan strategis Kegiatan
tujuan strategis Kegiatan dan
untuk tahun
tahun
dengan yang
yang diprioritaskan
diprioritaskan karena dan fungsi
fungsi kawasan
kawasan hutan
hutan wilayah
wilayah provinsi
provinsi yang
ditetapkan
ditetapkan sesuai
sesuai dengan
dengan dengan kompensasi
kompensasi lahan,
lahan, karena
serta
yang (Ps.
(Ps. 82
82 ayat
ayat (2))
(2))
kompensasi mempunyai
mempunyai pengaruh
pengaruh yg serta penggunaan
penggunaan kawasan
kawasan memperoleh
memperoleh keputusan
atau
atau diintegrasikan
diintegrasikan dalam
dalam kompensasi membayar
membayar yg keputusan
PNBP sangat
sangat penting
penting secara hutan
hutan dapat
dapat dilaksanakan
dilaksanakan perubahan
perubahan fungsi
fungsi Kawasan
proses
proses perubahan
perubahan rencana
rencana PNBP penggunaan
penggunaan secara Kawasan
kawasan nasional
nasional thd
thd kedaulatan,
kedaulatan, sebelum
sebelum ditetapkan
ditetapkan Hutan
Hutan dari
dari Menteri
Menteri dapat
tata
tata ruang
ruang kawasan hutan,
hutan, dan/atau
dan/atau dapat
tanpa hankam,
hankam, pertumbuhan
pertumbuhan perubahan
perubahan RTRW
RTRW dilakukan
dilakukan pengelolaan
(Penj.Ps.
(Penj.Ps. 6
6 ayat
ayat (2)
(2) a)
a) tanpa keduanya
keduanya (Ps.6
(Ps.6 ayat
ayat pengelolaan
ekonomi,
ekonomi, sosbud,
sosbud, dan/atau
dan/atau (Ps.
(Ps. 31
31 ayat
ayat (3)) dan/atau
(2)
(2) a)
a) (3)) dan/atau kegiatan
kegiatan sesuai
sesuai
lingkungan
lingkungan (Penj.
(Penj. Ps.
Ps. 4)`
4)` fungsi
fungsi kawasan
kawasan hutan
hutan sesuai
sesuai
dengan
dengan peraturan
peraturan
perundang
perundang -undangan
-undangan
(Ps.
(Ps. 47)
47)
DEFINISI
 HOLDING ZONE adalah kawasan hutan yang diusulkan
perubahan peruntukan dan fungsinya, atau bukan kawasan
hutan yang diusulkan menjadi kawasan hutan dalam
penyusunan revisi perda tentang RTRW yang belum mendapat
persetujuan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan
dari Menteri Kehutanan.
 OUTLINE adalah delineasi batas rencana penggunaan kawasan
hutan untuk kepentingan pembangunan diluar kegiatan
kehutanan yang digambarkan pada peta rencana pola ruang
RTRW
 Pada prinsipnya, holding zone dan outline menunjukkan hal
yang sama, yaitu adanya penundaan pemanfaatan ruang pada
kawasan hutan tertentu sampai dengan keluarnya keputusan
dari Menteri Kehutanan.
 Pada prakteknya, holding zone digunakan untuk wilayah
provinsi yang sedang memproses perubahan peruntukan dan
fungsi kawasan hutan (belum keluar SK Menhut) atau sudah
keluar SK Menhut tetapi masih ada DPCLS, dan outline
digunakan untuk wilayah provinsi yang sudah memproses
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan (sudah
keluar SK Menhut ), namun masih terdapat beberapa usulan
yang belum diakomodir, atau terdapat usulan-usulan baru.
Penggunaan Holding Zone/Outline pada
RTRWP di Wilayah Kalimantan

KESEPAKATAN
NO PROVINSI SK MENHUT PERDA RTRWP KAWASAN
HUTAN

1 Kalimantan Barat SK.936/Menhut-II/2013 Perda No. 10 HOLDING


SK.733/Menhut-II/2014 Tahun 2014 ZONE (DPCLS)
2 Kalimantan Selatan SK.435/Menhut-II/2009 Perda No. 9 OUTLINE
Tahun 2015
3 Kalimantan Tengah SK.529/Menhut-II/2012 Perda No. 5 Tahun OUTLINE
2015
4 Kalimantan Timur SK.718/Menhut-II/2014 Perda No. 1 Tahun OUTLINE
2016
5 Kalimantan Utara SK.718/Menhut-II/2014 Perda No. OUTLINE
FUNGSI
 Holding zone/outline merupakan solusi yang telah disepakati
bersama untuk mempercepat penyelesaian penetapan perda
RTRW provinsi/kabupaten/kota
 Holding zone/outline digunakan agar RTRW dapat segera
dijadikan acuan pembangunan sehingga rencana-rencana
pembangunan di luar kawasan hutan dapat segera
dilaksanakan.
 Holding zone/outline digunakan untuk menghindari adanya
kekosongan hukum ketika jangka waktu RTRW lama sudah
berakhir dan belum diganti dengan yang baru. Ketika terjadi
kekosongan hukum, Pemerintah dan pemerintah daerah tidak
menerbitkan dan/atau memperbaharui izin pemanfaatan
ruang di wilayahnya. (PP 15/2010 Pasal 24 ayat (4)). Izin-izin
yang diterbitkan pada saat kekosongan hukum dianggap tidak
berlaku. (PP 15/2010 Pasal 207)
TEKNIS PENGGAMBARAN OUTLINE
Peta Penunjukkan Peta Rencana Pola Ruang
Peta Rencana Pola Ruang
Kawasan Hutan (dengan outline)

Km
Km

Tn
Tn

Km
Km

Tn
Tn

Keterangan Keterangan Keterangan


Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Terbatas
APL Hutan Lindung Hutan Lindung
Hutan Lindung Kawasan Hutan Rakyat Kawasan Hutan Rakyat
Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Basah
Pertanian Lahan Kering Permukiman
Permukiman Rencana Kawasan Permukiman
Km (alih peruntukan kawasan hutan)
Rencana Kawasan Pertanian
Tn (alih peruntukan kawasan hutan)
CONTOH PETA RTRWP DENGAN OUTLINE
TEKNIS PENCANTUMAN OUTLINE DALAM
BATANG TUBUH PERDA
 Ketentuan utama :
 Definisi outline dalam ketentuan umum
 Rincian outline pada rencana pola ruang, fungsi lama dan fungsi baru
 Ketentuan bahwa outline akan diproses sesuai ketentuan yang berlaku
 Ketentuan bahwa pemanfaatan kawasan hutan dapat dilaksanakan setelah
usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan disetujui oleh Menhut
 Beberapa ketentuan tambahan sesuai kebutuhan, antara lain:
 Mekanisme penyelesaian outline dan permasalahannya
 Ketentuan terhadap izin-izin pemanfaatan ruang yang sudah terbit di kawasan
hutan
 Pendelegasian aturan teknis/aturan pelaksanaan ke dalam peraturan perundang-
undangan di bawahnya.
KETENTUAN TERKAIT OUTLINE
 Terhadap bagian kawasan hutan yang di-outline, peruntukan ruang
pada RTRW mengacu pada ketentuan peruntukan kawasan hutan
berdasarkan SK Menhut sebelumnya.
 Penyelesaian outline dilakukan dengan beberapa mekanisme, yaitu :
1) Usulan perubahan peruntukan dan fungsi melalui Provinsi
2) Usulan perubahan peruntukan dan fungsi parsial
3) Usulan penggunaan kawasan hutan
4) Penataan batas kawasan hutan
5) Inventarisasi penguasaan tanah dalam kawasan hutan (IPTKH),
6) dll sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Setelah adanya persetujuan perubahan peruntukan dan/atau
fungsi kawasan hutan berupa keputusan dari Menteri Kehutanan,
pemanfaatan ruang pada kawasan hutan yang di-outline dapat
dilaksanakan tanpa harus menunggu revisi RTRW (PP 15 Pasal 31
ayat (3))
PENUTUP
 RTRW MUTLAK ADA dan menjadi acuan dalam pemanfaatan
ruang.
 Dalam penetapan perda RTRW, pemerintah daerah perlu
memperhatikan kepentingan semua pihak, dan mencari win-win
solution terhadap kendala dan hambatan yang dihadapi.
 Holding zone/outline merupakan bagian dari solusi, bukan
masalah.
 Proses penyelesaian holding zone/outline perlu dan mulai
mendapatkan dukungan kemudahan dari semua pihak,
khususnya dalam rangka melindungi hak-hak masyarakat.
 Pemerintah provinsi/kabupaten/kota (di Kalimantan Tengah
khususnya) agar bersama-sama bertekad untuk meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat melalui
pembangunan, dengan terlebih dahulu memberikan hak
masyarakat untuk menikmati pertambahan nilai ruang sebagai
akibat adanya rencana tata ruang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai