Anda di halaman 1dari 10

A.

KRONOLOGI PEREBUTAN HARTA GONO-GINI DALAM PERKARA


PERCERAIAN VENNA MELINDA DAN IVAN FADILLA.

1. Pengajuan Gugatan Cerai

TRIBUNNEWS.COM - Sidang gugatan perceraian Venna Melinda terhadap


Ivan Fadilla Soedjoko mangkrak di Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan. Kasus
ini tak kunjung berakhir setelah hampir satu tahun sejak pengajuan gugatannya. Juru
Bicara PA Jakarta Selatan Ida Noorsaidah menyatakan, sidang perceraian wakil
rakyat itu masih berlanjut. Hanya saja, sidang tersebut belum dilanjutkan kembali
karena pengadilan masih mendaftar harta bersama Venna dan Ivan.

"Kami masih memastikan harta bersama yang dimiliki para pihak (Venna dan
Ivan), kalau harta bersama itu sudah kami catatkan semua, sidang akan kami
lanjutkan" kata Ida saat dijumpai di ruang kerjanya, Jalan Harsono RM, kawasan
Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa 4 Februari 2014 siang.

Dalam gugatan cerai yang diajukan 25 Februari 2013 dan dicatatkan di nomor
perkara 502/Pdt.G/2013/PAJS, Venna memang hanya ingin mengakhiri
perkawinannya dengan Ivan. Namun, Ivan melayangkan gugatan balik (rekonvensi).
Di gugatan rekonvensi itu, Ivan meminta pada pengadilan agama pembagian harta
bersama.1

2. Permasalahan perebutan harta bersama

Juru bicara (Jubir) Pengadilan Agama (PA) Jakarta Selatan, Ida Noorsaidah,
Selasa 4 Februari, mengungkapkan sedikit kesulitan, karena beberapa harta pasangan
suami - istri (pasutri) ini berada di luar kota Jakarta.2

Sidang yang berlangsung di Ruang A PA Jakarta Selatan itu mengagendakan


pembuktian dari pihak penggugat (Venna). Diantara beberapa harta yang menjadi
perebutan diantara kedua belah pihak yaitu sebagaimana dikutip dari sebuah media

1
http://www.tribunnews.com/seleb/2014/02/04/harta-gono-gini-menyebabkan-sidang-cerai-venna-
melinda-tak-kunjung-berakhir
2
http://www.centroone.com/lifestyle/2014/01/2ar/sidang-cerai-venna-melinda-and-ivan-temui-
kesulitan/
massa. TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Diantaranya yaitu: Sebuah mobil
Jaguar warna silver dengan nopol B 1168 RG tahun 2002, serta Toyota Alpard hitam
yang biasa dipakai Venna.

Mobil jaguar ini pernah direlakan Venna untuk diambil Ivan, tapi Venna tak
mau melepas villa di Bali dan sebuah rumah di Jakarta karena ia menyebut dua aset
terakhir itu sebagai hasil keringatnya.

Selain Jaguar, Venna juga menyerahkan bukti berupa Buku Pemilik


Kendaraan Bermotor (BPKB) mobilnya tersebut, surat-surat penting lainnya. Venna
juga menyertakan bukti berupa akta pernikahannya dengan Ivan, 7 Desember 1995,
dan akta kelahiran dua anak mereka, Varrell Bramastya dan Athala Naufal . Sejumlah
harta Venna juga ditulis sebagai alat buktinya.

Sejumlah harta bersama yang diminta oleh Ivan cukup banyak. Dari
banyaknya harta benda yang diminta Ivan dalam memori sita marital, Venna tidak
begitu saja memberinya dengan mudah.

Ivan minta pengadilan menyita harta bersama. Menurut Venna, selama lebih
17 tahun merajut biduk perkawinan dengan Ivan, hanya dua harta benda yang
diberikan suaminya, yakni Toyota Alpard B 712 IV dan sebuah rumah yang berada di
Jalan Paso, kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan.

Mobil (Alpard) itu hadiah Ivan untuk kehamilan Venna yang ketiga, saat
mengandung Rivanno, tetapi keguguran dua tahun lalu. Ivan mengaku membeli mobil
mewah itu dengan cara mengangsur meski suratnya atas nama Venna. Begitu juga
rumah Paso itu juga didirikan atas nama Venna, rumah itu merupakan tanggung-
jawab Ivan pada istri dan anak-anaknya. Rumah itu diperoleh Ivan dan Venna dengan
cara kredit yang cicilannya masih dua tahun lagi.

Masih ada lagi harta Venna yang ingin di sita pengadilan. Sebuah Villa Mikasa
dan dua unit Apartemen Green Bay di Bali, hingga satu unit mobil kuno merek Jaguar
tahun 2002 tadi, juga disebutkan Venna, diminta Ivan.

"Semua itu saya cicil dari gaji DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) setiap
bulannya," tutur Venna. Jika rumah di Paso dan Alpard ingin diambil, Venna tak akan
menghalangi. Tapi, Ivan diminta untuk membaca perjanjian pra pernikahan yang
pernah dibuat sebelum akad nikah dilakukan. "Harta yang diperoleh istri (Venna)
sebelum dan setelah nikah, akan tetap menjadi hak dan milik Venna," jelas Anantha.
Venna berencana, semua hartanya itu akan dibuatkan surat wasiatnya dan diberikan ke
dua anaknya.3

Permasalahan:

1. Bagaimana status Mobil Alpard pemberian Ivan untuk Venna yang surat-suratnya
diatas namakan Venna? Apakah termasuk harta gono-gini atau bukan?

2. Bagaimana pula tentang Rumah Paso yang sebelumnya mereka tempati bersama
dan sertifikatnya juga diatas namakan Venna?

3. Serta tentang satu unit apartemen di kawasan Pluit, Jakarta Utara, dan sebuah
rumah di Bali dan hubungannya dengan perjanjian pra nikah yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak?

B. ANALISIS KASUS PEREBUTAN HARTA GONO-GINI DALAM PERKARA


PERCERAIAN VENNA MELINDA DAN IVAN FADILLA.

Persatuan harta kekayaan dalam pasal 119 KUH Perdata pada pokoknya
dikemukakan bahwa terhitung sejak saat perkawinan dilangsungkan, demi hukum
terjadilah persatuan bulat harta kekayaan suami dan isteri sejauh tidak diadakan
perjanjian perkawinan tentang hal tersebut, jadi dari sini dapat diartikan bahwa yang
dimaksud Harta Bersama adalah "Persatuan harta kekayaan seluruhnya secara bulat
baik itu meliputi harta yang dibawa secara nyata (aktiva) maupun berupa piutang
(pasiva), serta harta kekayaan yang akan diperoleh selama perkawinan”. 4
Harta bersama menurut UU No. 1 Tahun 1974 ialah: “terbatas pada harta yang
diperoleh selama dalam perkawinan, sedangkan harta yang dibawa yang dibawa
sebelum perkawinan berlangsung ini disebut dengan harta bawaan.”
Mengenai harta bersama ini, dalam syariat Islam (Al Quran dan Sunnah) tidak
ada diatur. Seolah-olah masalah harta bersama dalam hukum Islam kosong atau
3
http://www.tribunnews.com/seleb/2013/06/03/inii-sederet-gono-gini-yang-diperebutkan-venna-melinda-dan-
ivan
4
Subekti dan Tjitrosudibio (eds), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cet. 35,(Jakarta: PT Pradnya
Paramita, 2004), h. 29.
vakum. Hukum agama tidak mengenal harta bersama.5 Mengenai pokok-pokok
hukum Lembaga harta bersama yang diatur dalam Bab XIII Kompilasi Hukum Islam
secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Harta bersama terpisah dari harta pribadi masing-masing:
 Harta pribadi tetap menjadi milik pribadi dan dikuasai sepenuhnya oleh
pemiliknya (suami-isteri).
 Harta bersama menjadi hak bersama suami-isteri dan terpisah sepenuhnya
dari harta pribadi.
b. Harta bersama terwujud sejak tanggal perkawinan dilangsungkan: Sejak itu
dengan sendirinya terbentuk harta bersama, tanpa mempersoalkan siapa yang
mencari, juga tanpa mempersoalkan atas nama siapa terdaftar.
c. Tanpa persetujuan bersama; suami atau isteri tidak boleh mengasingkan atau
memindahkan,
d. Hutang untuk kepentingan keluarga, dibebankan kepada harta bersama,
e. Dalam perkawinan serial atau poligami, wujud harta bersama, terpisah antara
suami dengan masing-masing istri.
f. Apabila perkawinan pecah (mati atau cerai):
 Harta bersama dibagi dua
 Masing-masing mendapat setengah bagian,
 Apabila terjadi cerai mati, baginya menjadi tirkah.
g. Sita marital atas harta bersama diluar gugat cerai (pasal 95): Suami isteri dapat
meminta sita marital kepada Pengadilan Agama apabila salah satu pihak boros
atau penjudi.6

Muhammad dalam Jurnal Studi Islam Ulul Albab menyatakan, Konsep harta
bersama (gono-gini) dapat di tinjau dari segi ekonomi dan hukum, meskipun
keduanya merupakan dua tinjauan yang berbeda satu sama lain. Yang pertama adalah
tinjauan dari segi ekonomi, yang menitik beratkan pada nilai, manfaat atau kegunaan
dan yang kedua adalah dari segi hukum, yang menitik beratkan pada aturan hukum
yang berlaku (Muhammad, 2013: 104). Lain halnya dengan Abdul Manan yang
berpendapat bahwa harta bersama (gono-gini) adalah harta yang di peroleh selama
ikatan perkawinan berlangsung, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapa
5
Ali Sibra Malisi, “Praktik Pembagian Harta Gono-Gini,” Jurnal Studi Islam Ulul Albab, 1 (Januari-Juni,2013),
h. 104.
6
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab XIII Pasal 85-97.
(Manan, 2013: 104), hal ini sesuai dengan KHI dalam Pasal 1 huruf f harta bersama
diatur sebagai berikut :”Harta kekayaan dalam perkawinan atau Syirkah adalah harta
yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami-isteri selama dalam ikatan
perkawinan berlangsung selanjutnya disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan
terdaftar atas nama siapapun.”

Harta gono-gini dalam perspektif hukum disebut dengan harta bersama. Harta
gono-gini meliputi harta yang bergerak (mobil, motor, saham dan lain-lain) dan harta
tetap (tanah, rumah, dan lain-lain). Sedangkan warisan, hadiah, dan hibah dari orang
tua tidak termasuk harta gono-gini melainkan harta bawaan (Bahari, 2013: 104).7

Adapun definisi hibah menurut Pasal 171 huruf g KHI yaitu pemberian suatu
benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih
hidup untuk dimiliki. Pengertian untuk dimiliki ini berakibat hukum bahwa harta yang
dihibahkan akan menjadi milik orang yang diberikan hibah tersebut. Hibah tidak
dapat ditarik kembali, kecuali hibah orang tua kepada anaknya (lihat Pasal 212 KHI).
Hibah suami terhadap istri menjadikan harta tersebut menjadi milik istri. Hal ini juga
sesuai dengan KUH perdata pasal 172 yang menyatakan bahwa: tiap-tiap hibah yang
terdiri atas harta benda yang telah tersedia dan tertentu adalah mutlak, kecuali
sekiranya ada sysrat-syarat yang yidak dipenuhi, dengan mana hibah itu
diberikannya.

Dalam Kompilasi Hukum Islam pengaturan tentang harta bersama ini, antara
lain terdapat pada pasal:
Pasal 85 yang menyatakan harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri.
Pasal 86 ayat (2), harta istri tetap menjadi hak istri yang dikuasai penuh olehnya
demikian juga harta suami tetap menjadi hak suami dan dikuasai penuh olehnya.
Pasal 87 ayat (1), harta bawaan dari masing-masing suami dan istri yang di proleh
masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah penguasaan masing-masing,
sepanjang para pihak tidak lain menentukan dalam perjanjian perkawinan.
Pasal 87 ayat (2), suami atau istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan
perbuatan hukum atas harta masing-masing berupa hibah, hadiah shodaqoh atau lainnya. 8

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juga mengatur


tentang harta kekayaan antara lain dalam pasal:

7
Op.cit, hal.105
8
Op.cit, KHI
Pasal 35 ayat (1), menyatakan harta benda yang diperoleh sepanjang perkawinan menjadi
harta bersama
Pasal 35 ayat (2), menyebutkan harta bawaan dari masing-masing suami atau istri dan
harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah dibawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lainnya.
Pasal 35 ayat (1), menyebutkan harta bersama suami dan istri dapat berpindah atas
persetujuan diua belah pihak.
Pasal37 ayat (1), bila mana perkawinan putus karena perceraian maka harta bersama
diatur menurut hukumnya masing-masing.
Merujuk pada kedua peraturan diatas, yakni Kompilasi Hukum Islam dan
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dapat disimpulkan, bahwa
kedua aturan tersebut sejalan dengan peraturan harta bersama. Artinya , ada kesamaan
antara Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dalam
mengatur harta bersama dalam ikatan perkawinan.

Zahri Hamid dalam buku Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan


Undang-Undang Perkawinan di Indonesia menyatakan, hukum Islam mengatur sistem
terpisahnya harta suami dan harta istri sepanjang yang bersangkutan tidak menentukan
lain (tidak ditentukan dalam perjanjian perkawinan). Hukum Islam juga memberikan
kelonggaran kepada mereka berdua untuk membuat perjanjian perkawinan sesuai
dengan keinginan mereka berdua, dan perjanjian tersebut akhirnya mengikat mereka
secara hukum.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pasal 37 tentang Perkawinan
menjelaskan “jika perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut
hukumnya masing-masing”. Adapun yang dimaksud dengan hukum masing-masing
ditegaskan dalam penjelasan pasal 37 ialah “hukum agama, hukum adat, dan hukum-
hukum lainnya”. Jika dalam perkawinan ada perjanjian perkawinan antara suami istri
maka, pembagiannya mengacu kepada perjanjian yang dibuat antara suami istri.9

Adapun bunyi Kompilasi Hukum Islam pasal 96 ayat 2 adalah sebagai berikut:
“Pembagian harta bersama bagi suami atau istri bilamana istri atau suaminya hilang
harus ditangguhkan adanya kepastian atau meninggalnya secara hukum atas dasar
keputusan Pengadilan Agama. Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 97 menyatakan
bahwa janda atau duda yang cerai hidup, kedua belah pihak berhak mendapat
seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan dalam perjanjian
perkawinan”.10

9
Loc.cit, Ali Sibra Malisi
10
Ibid
Dalam kitab-kitab fiqh klasik, harta gono-gini atau harta bersama diartikan
sebagai harta kekayaan yang dihasilkan oleh suami istri selama mereka diikat oleh tali
perkawinan, atau dengan kata lain bahwa harta gono-gini atau harta bersama adalah
harta yang dihasilkan dengan jalan syirkah (kongsi) antara suami dan istri sehingga
terjadi percampuran harta yang satu dengan yang lain dan tidak dapat dibedakan lagi.
Pembuktian harta bersama merupakan suatu hal lain yang cukup rumit dalam
proses pembagian harta bersama. Pembuktian mengenai tanah yang diduga
merupakan milik pribadi, dapat dilakukan dengan melihat bukti dokumen-dokumen
penting, keterangan saksi-saksi dan melihat bagaimana proses pendaftaran tanah
tersebut ke pejabat Badan Pertanahan Nasional, setelah dirasa baik maka barulah
Hakim memutuskan sesuai dengan rasa keadilan dan kemanusiaan. Pembuktian
mengenai tanah yang diduga tergugat merupakan milik pribadinya, dengan melihat
bukti dokumen-dokumen penting, keterangan saksi-saksi dan melihat bagaimana
proses pendaftaran tanah tersebut ke pejabat Badan Pertanahan Nasional, setelah
dirasa baik maka barulah Hakim memutuskan sesuai dengan rasa keadilan dan
kemanusiaan.11

C. KESIMPULAN DARI PERSOALAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS

Solopos.com, JAKARTA–Majelis hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan


telah memutuskan gugatan cerai Venna Melinda terhadap suaminya Ivan Fadilla
setelah sekian lama menunggu.

Proses perceraian Venna Melinda-Ivan Fadilla bisa dibilang memegang rekor


perceraian yang terlama karena memakan waktu setahun tepat sejak Venna Melinda
melayangkan gugatan cerai yang diajukan pada tanggal 25 Februari 2013 lalu.

Untuk hak asuh anak, majelis hakim telah memutuskan diasuh secara bersama.
Sedangkan untuk harta yang diperdebatkan telah diputuskan untuk dibagi dua.
Diantara harta tersebut adalah: sebuah rumah di Jalan Paso, Jakarta Selatan, sebuah
mobil Alpahard, dan sebuah mobil merk Jaguar menjadi harta bersama yang akan
dibagi dua. Sementara untuk sebuah unit apartement di Pluit dan sebuah rumah di Bali
yang digugat oleh Venna Melinda ditolak oleh majelis hakim.12
11
Loc.cit
12
http://semarang.solopos.com/2014/03/18/perceraian-artis-ini-harta-gono-gini-venna-melinda-ivan-
fadilla-496987
Sebagaimana ketentuan yang ditetapkan berdasarkan beberapa paparan sumber
hukum diatas, menanggapi permasalahan tentang perebutan harta bersama tersebut,
dapat diambil suatu kesimpulan penyelesaian permasalahan, diantaranya:

1. Mobil Alpard pemberian Ivan untuk Venna dianggap sebagai harta bersama
meskipun surat-suratnya diatas namakan Venna, hal berdasarkan KHI dalam
Pasal 1 huruf f harta bersama diatur sebagai berikut : “Harta kekayaan dalam
perkawinan atau Syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau
bersama suami-isteri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung selanjutnya
disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun.”

Meskipun status mobil tersebut merupakan hibah sebagaimana definisi hibah


menurut Pasal 171 huruf g KHI yaitu pemberian suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki.
Pengertian untuk dimiliki ini berakibat hukum bahwa harta yang dihibahkan akan
menjadi milik orang yang diberikan hibah tersebut. Hibah tidak dapat ditarik
kembali, kecuali hibah orang tua kepada anaknya (lihat Pasal 212 KHI). Hibah
suami terhadap istri menjadikan harta tersebut menjadi milik istri. Akan tetapi
dalam hibah yang dialami dalam kasus Ivan dan Venna adalah hibah yang belum
sempurna. Ivan memberikan Mobil tersebut untuk Venna dengan cara
mengangsur, dan sebelum angsuran itu terbayar lunas oleh Ivan, Venna terlebih
dahulu telah mengajukan gugatan cerai, sehingga akan lebih adil jika diputuskan
mobil tersebut sebagai harta bersama, karena Ivan merupakan pihak yang
memberikan mobil itu dengan cara mengangsur, dan Venna sebagai pihak yang
diberikan hibah. Selain itu, dengan pertimbangan tujuan pemberian hibah yang
diberikan Ivan untuk Venna merupakan hadiah atas kehamilannya, akan tetapi
pada kenyataannya anak yang dikandungnya keguguran. Dengan pertimbangan
seperti ini bisa juga hibah itu menjadi gugur, hal ini juga sesuai dengan KUH
perdata pasal 172 yang menyatakan bahwa: tiap-tiap hibah yang terdiri atas harta
benda yang telah tersedia dan tertentu adalah mutlak, kecuali sekiranya ada
sysrat-syarat yang yidak dipenuhi, dengan mana hibah itu diberikannya. Dengan
beberapa pemaparan tersebut, dapat diambil suatu konklusi bahwa, pemberian
Mobil Alpard oleh Ivan untuk Venna masuk kedalam harta bersama (gono-gini).
2. Sebagaimana permasalahan yang pertama, mengenai surat-surat hak kuasa yang
diatas namakan atas siapapun diantara kedua belah pihak tidak mempengaruhi
keberlangsungan harta bersama, selama harta itu diperoleh selama dalam ikatan
perkawinan yang sah. Maka rumah tersebut juga menjadi bagian dari harta
bersama.

3. Tentang satu unit apartemen di kawasan Pluit, Jakarta Utara, dan sebuah rumah di
Bali merupakan hasil jerih payah Venna Melinda, ia mencicil sendiri
pembayarannya melalui gajinya sebagai DPR setiap bulannya. Hal ini sesuai
dengan perjanjian pra nikahnya yang menyatakan "Harta yang diperoleh istri
(Venna) sebelum dan setelah nikah, akan tetap menjadi hak dan milik Venna.”
Maka dengan adanya perjanjian pra nikah yang menyatakan demikian, satu unit
apaertemen dan rumah di Bali ini merupakan hak Vena secara utuh, tidak
termasuk harta bersama. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 pasal 37 tentang Perkawinan menjelaskan “jika perkawinan putus karena
perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing”. Adapun
yang dimaksud dengan hukum masing-masing ditegaskan dalam penjelasan pasal
37 ialah “hukum agama, hukum adat, dan hukum-hukum lainnya”. Jika dalam
perkawinan ada perjanjian perkawinan antara suami istri maka, pembagiannya
mengacu kepada perjanjian yang dibuat antara suami istri.

DAFTAR PUSTAKA
Heribertus, I.W.K. 04 Februari 2014. Harta gono-gini menyebabkan sidang cerai
Venna Melinda tak kunjung usai, (Online), (http:// www.tribunnews.com
/seleb/2014/02/04/harta-gono-gini-menyebabkan-sidang-cerai-venna-melinda-
tak-kunjung-berakhir), diakses 13 Oktober 2014.

Ismail, 05 Februari 2014. Sidang cerai Venna Melinda dan Ivan temui kesulitan,
(Online), (http://www.centroone.com/lifestyle/2014/01/2ar/sidang-cerai-
venna-melinda-and-ivan-temui-kesulitan/) diakses 13 Oktober 2014.
Subekti dan Tjitrosudibio (eds), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, cet. 35.
Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2004
Agung, B.S. 3 Juni 2013. Ini sederet gono-gini yang diperebutkan Venna Mwelinda
dan Ivan, (Online), (http://www.tribunnews.com/seleb/2013/06/03/inii-
sederet-gono-gini-yang-diperebutkan-venna-melinda-dan-ivan)
Ali Sibra Malisi, “Praktik Pembagian Harta Gono-Gini,” Jurnal Studi Islam Ulul
Albab, vol. 1, Januari-Juni,2013
Kompilasi Hukum Islam (KHI) Bab XIII Pasal 85-97.
Wahyu, K. 18 Maret 2014. Perceraian artis, ini harta gono-gini Venna Melinda da
Ivan, (Online), (http://semarang.solopos.com/2014/03/18/ perceraian-artis-ini-
harta-gono-gini-venna-melinda-ivan-fadilla-496987)

Anda mungkin juga menyukai