Anda di halaman 1dari 37

‘PELAYANAN FARMASI KLINIS’

dalam Perkembangan Pelayanan Farmasi


(Pharmaceutical Care)

dr ChairulSyah Putra,MKM
Tinjauan Umum
 Orientasi pelayanan
kefarmasian yang lebih
dikenal dengan
pharmaceutical care atau
asuhan kefarmasian
awalnya berorientasi kepada
produk (product oriented)
kemudian bergeser
berorientasi kepada pasien
(patient oriented).
 Peran farmasis pada masa
mendatang tidak cukup hanya
dengan mengelola obat sebagai
barang, melainkan harus ikut
berperan aktif dalam proses sakit dan
sembuhnya pasien, melalui
kompetensi profesional dalam proses
kefarmasian.
Periode perkembangan
pelayanan kefarmasian
 Hepler dan Strand (1990) dalam
"Opportunities and
Responsibilities in
Pharmaceutical Care"
mendiskusikan manfaat profesi
farmasis untuk menurunkan Drug
Related Morbidity and Mortality
(DRMM), beliau mengemukakan
bahwa ada tiga periode
perkembangan farmasi, yaitu
tradisional, transisi, dan rawatan
pasien.
 Pada periode tradisional, farmasis
menyediakan, membuat, dan
mengevaluasi produk atau sediaan
farmasi yang diberikan.
 Pada periode transisi, mulai
dikembangkan pelayanan farmasi
klinik yang hingga kini masih
dilakukan oleh beberapa rumah sakit
di Indonesia.
 Pada periode ketiga yakni rawatan
pasien yang lebih dikenal dengan
konsep pharmaceutical care terjadi
perubahan dari orientasi obat ke
pasien.
 Jadi, pada periode ketiga ini pasien
merupakan objek yang berkaitan
dengan penurunan angka kelahiran
dan kematian yang dikaitkan dengan
obat yang digunakan.
PHARMACEUTICAL CARE
 Suatu tanggung jawab profesi dari apoteker
dalam mengoptimalkan terapi dengan cara
mencegah dan memecahkan masalah terkait obat
(Drug Related Problem)
TUJUAN

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan


yang bertujuan untuk :

 Mengidentifikasi,
 Mencegah, dan
 Menyelesaikan masalah terkait Obat
RUANG LINGKUP

Quality
Quality Instalasi
Instalasi
Farmasi
Farmasi

Pengelolaan
Pengelolaan Pelayanan
Pelayanan
Perbekalan
Perbekalan Kefarmasian
Kefarmasian
Farmasi
Farmasi
KEGIATAN PHARMACEUTICAL CARE

Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan Resep;


2. Penelusuran riwayat penggunaan obat;
3. Rekonsiliasi Obat;
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
5. Konseling;
6. Visite;
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO);
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO);
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
10. Edukasi Pasien.
PENGKAJIAN &PELAYANAN
RESEP

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan,


pemeriksaan ketersediaan, pengkajian Resep,
penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan
Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi.
PENELUSURAN RIWAYAT
PENGGUNAAN OBAT
Penelusuran riwayat penggunaan obat
merupakan proses untuk mendapatkan informasi
mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain
yang pernah dan sedang digunakan, riwayat
pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat
pasien.
REKONSILIASI OBAT

Rekonsiliasi Obat merupakan proses


membandingkan instruksi pengobatan dengan
obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi
dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan
Obat (medication error)
PELAYANAN INFORMASI OBAT

Pelayanan Informasi Obat merupakan


kegiatan pelayanan yang dilakukan  oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara
akurat, dan aktual, tidak bias dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan
lainnya dan pasien atau keluarga pasien
TUJUAN PIO

a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada


pasien dan tenaga kesehatan lain
b. Menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan yang berhubungan dengan
Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Tim
Farmasi dan Terapi
c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
KEGIATAN PIO
a. Menjawab pertanyaan;
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
c. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya; dan
d. Melakukan penelitian.
‘KONSELING’
Konseling Obat adalah suatu aktivitas
pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat
dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau
keluarganya.
Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap
Apoteker.
TUJUAN KONSELING
Konseling obat ditujukan untuk:

a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker


dan pasien;
b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan
obat;
d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan
penggunaan obat dengan penyakitnya;
e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan
KEGIATAN KONSELING

a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;


b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang
penggunaan obat melalui Three Prime Questions;
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi
kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah
penggunaan obat;
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk
menyelesaikan masalah pengunaan Obat;
e. Memverifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman
pasien; dan
f. Dokumentasi.
PRINSIP DASAR KONSELING

Terjadinya kemitraan atau korelasi antara


pasien dengan apoteker sehingga terjadi
perubahan perilaku pasien secara sukarela
CARA PENDEKATAN

Cara ini untuk meningkatkan kepatuhan pasien


yaitu :
1. Berkomunikasi dengan pasien
2. Informasi yang tepat
3. Strategi untuk mencegah ketidakpatuhan
Pendekatan Apoteker dalam pelayanan konseling
MODEL PELAYANAN KONSELING
MEDICAL MODEL HELPING MODEL

Pasien passive Pasien terlibat secara aktif

Dasar dari kepercayaan ditunjukkan Kepercayaan didasarkan dari hubungan


berdasarkan citra profesi pribadi yang berkembang setiap saat
Mengidentifikasi masalah dan menetapkan Menggali semua masalah dan memilih
solusi cara pemecahan masalah
Pasien bergantung pada petugas kesehatan Pasien mengembangkan rasa percaya
dririnya untuk memecahkan masalah
Hubungan seperti ayah-anak Hubungan setara seperti teman
‘VISITE’
Visite merupakan kegiatan kunjungan yang
dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama
tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi
klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait obat, memantau terapi obat dan
reaksi obat yang tidak dikehendaki,
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan
menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien
serta profesional kesehatan lainnya.
PEMANTAUAN TERAPI OBAT

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan


suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat
yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
TAHAPAN PTO

Tahapan PTO:
a. Pengumpulan data pasien;
b. Identifikasi masalah terkait obat;
c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat;
d. Pemantauan; dan
e. Tindak lanjut.
MONITORING EFEK SAMPING OBAT

Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan
terapi.
Efek Samping Obat adalah reaksi obat yang
tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
TUJUAN MESO

MESO bertujuan:
a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini
mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,
frekuensinya jarang;
b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah
dikenal dan yang baru saja ditemukan;
c. Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak
dikehendaki; dan
d. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang
tidak dikehendaki.
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan


program evaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan secara
kualitatif dan kuantitatif
Lima kunci kebutuhan pasien tentang obat:

1. Pasien mempunyai indikasi yang sesuai dengan tiap


obat yang diberikan,

2. Terapi obat yang efektif,

3. Terapi obat yang aman,

4. Pasien patuh/bersesuaian dengan terapi obat dan


segala aspek terapi yang diperolehnya,

5. Pasien telah memperoleh terapi yang diperlukan untuk


indikasi penyakit yang belum ditangani.
 Kebutuhan pasien tentang obat dapat menimbulkan
problema bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi.

 Kerasionalan pemberian obat pada pasien


sebetulnya dapat dicapai dengan memenuhi segala
kebutuhan pasien tentang obat tersebut.

 Bila kebutuhan pasien tentang obat tersebut tidak


dipenuhi maka problema terapi obat pada pasien
timbul.
‘Problema Terapi Obat’
EDUKASI PASIEN

1. Memberitahukan kepada pasien agar ia tidak


merasa merendah diri dengan keadaan
penyakitnya

2. Memberitahu mengenai terapi yang digunakan


pasien.Terlebih jika pasien menggunakan obat
tersebut untuk jangka waktu yang lama
Obat bagi pasien
 Obat bagi pasien atau penderita
bukan lagi sekedar ketersediaan,
melainkan juga perlu diketahui
apakah obat telah dipilih secara
tepat indikasi, tepat dosis, tepat
pasien, tepat pemberian, bebas dari
interaksi obat yang berbahaya, efek
samping obat terkendali, dan tepat
harga, terutama bagi penderita yang
kemampuan ekonominya rendah.

copy right : hendri.apt@gmail.com


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai