Anda di halaman 1dari 23

Encephalitis

Oleh kelompok 16
Encephalitis adalah infeksi
jaringan otak yang mengenai CNS
yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang
nonpurulent.

Encephalitis adalah inflamasi pada


daerah parenkim otak yang
menyebabkan terjadinya disfungsi
neurologi .

PENGERTIAN
 Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba naegleria dan
acanthamoeba, keduanya ditemukan di air dan dapat masuk melalui
Arbovirus mukosa mulut saat berenang
Arbovirus dapat masuk ketubuh manusia
melalui gigitan nyamuk dan serangga. Masa  Rabies
inkubasinya antara 5-15 hari Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah
Enterovirus
masa inkubasi yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-
Termasuk dalam enterovirus adalah poliovirus,
bulan
herpes zoster. Enterovirus disamping dapat
menimbulkan encephalitis dapat pula  Jamur
mengakibatkan penyakit mumps (gondongan)
Jamur yang dapat menyebabkan encephalitis adalah fungus
blastomyces dermatitidis, biasanya menyerang pria yang bekerja di
luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada kulit

ETIOLOGI
Virus masuk melalui kulit, saluran nafas, dan saluran cerna.
Setelah masuk kedalam tubuh virus akan menyebar ke
seluruh tubuh. Virus atau agen penyebab lainnya masuk
kesusunan saraf pusat melalui peredaran darah, saraf perifer
atau saraf kranial menetap dan berkembangbiak
menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada myalin
pada akson dan white matter dapat pula terjadi. Reaksi
peradangan juga mengakibatkan perdarahan, edema,
nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan
inrakranial. Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi
dan peningkatan tekanan intrakranial

Patofisiologi
Setelah virus masuk ke otak maka, masa prodromal
berlangsung selama 1-4 hari. Tanda dan gejala
encephalitis tergantung dari penyebabnya, masing-
masing berbeda. Namun secara umum tanda dan
gejala encephalitis :
• Nyeri kepala, fotofobia, nyeri sendi, nyeri leher
,nyeri pingggang dan nyeri tenggorok
• Kesadaran menurun, mengantuk
• Vomitus, demam
• Defisit neurologik, kelumpuhan saraf kranial
• Adanya tanda-tanda iritasi serebral (mioklonus,
Tanda dan refleks patologis)
• Peningkatan tekanan intrakranial
Gejala • Kejang, tremor, aphasia
• Disorientasi & gangguan memory
• Retardasi mental
• Kejang
• Demensia
• Paralisis
• Kebutaan
Komplikasi
Tes diagnostik

1) Pemeriksaan cairan serebrospinal


 Analisis jumlah sel darah putih, sel darah
merah dan kadar protein terjadi
perubahan
 Kultur cairan serebrospinalis adanya
mikroorganisme sesuai etiologi
2) CT scan atau MRI : kemungkinan
menunjukan adanya perdarahan dan
edema serebri, abses otak
Penatalaksanaan umum
• Pencegahan dan kontrol peningkatan tekanan intrakranial
(pengurangan edema serebri)

Penatalaksanaan • Kepatenan respirasi : jika indikasi perlunya ventilator


• Support nutrisi : diet tinggi kalori dan tinggi protein
• Keseimbangan cairan dan elektrolit
• Rehabilitasi

Pengobatan
• Amphotericin B (fungizone), sulfadiazine, miconozole,
rifampin untuk pengobatan amuba encephalitis
• Glucocorticosteroid : dexamethasone
• Anticonvulsan : phenytoin (dilantin)
• Analgetik : acetaminophen
• Diuretik osmotik : manitol
ASUHAN
KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN
a) Keluhan Utama
PENGKAJIAN Keluhan utama yg sering menjadi alasan kliena atau
orang tua membawa anaknya untuk meminta
pertolongan kesehatan adalah kejang disertai penurunan
tingkat kesadaran.
b) Riwayat penyakit saat ini
Fakror riwayat penyakit sangat penting diketahui
karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini
harus di tanya dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk. Pada pengkajian klien ensefalitis biasanya di
dapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infeksi dan peningkatan TIK.
ANAMNESIS
c) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien yang menjadi predisposisi
meliputi keluhan sekarang pernahkah klien mengalami campak, cacar air,
herpes, dan bronkopneumonia. Penggunaan obat-obatan kortikosteroid ,
antibiotik
d) Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Pengkajian psikologis klien esenfalitis meliputi beberapa penilaian
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien. Pengkajian
mengenai mekanisme koping diri terhadap penyakitnya
1) Tanda-tanda vital
Pada klien ensefalitis biasanya didapatkan peningkatan
suhu tubuh lebih dari normal 39-41°C. Keadaan ini biasanya
dihubungkan dengan proses inflamasi Penurunan denyut nadi
terjadi berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan laju
metabolisme umum dan adanya infeksi pada system
pernafasan sebelum mengalami ensefalitis. TD biasanya
normal berhubungan dengan tanda-tanda TIK.
2) B1(BREATHING)
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak
nafas, penggunaan otot bantu nafas, dan peningkatan frekuensi
pernafasan yang sering didapatkan pada klien ensefalitis yang
disertai adanya gangguan pada system pernapasan.
3) B2(BLOOD)
PEMERIKSAAN Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan

FISIK
renjatan syok hipovolemik yang terjadi pada klien ensefalitis.
4) B3(BRAIN)
 Tingkat kesadaran
 Sistem motoric
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien
ensefalitis biasanya berkisar pada tingkat letargi, Kekuatan otot menurun, kontrol
scupor, dan semicumatosa.Penilaian GCS penting keseimbangan dan koordinasi pada ensefalitis
digunakan jika pasien coma tahap lanjut mengalami perubahan.
 Fungsi serebri  Pemeriksaan reflex
Status mental: observasi penampilan klien dan Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan pada
tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan tendon, liga mentum atau periosteum derajat reflex
observasi ekspresi wajah klien, dan aktivitas pada respons normal. Reflex patologis akan
motorik. didapatkan pada klien ensefalitis dengan tingkat
kesadaran koma.
Pemeriksaan saraf
cranial
(pemeriksaan saraf
I-XII)
5) B4 (BLADDER)
 Gerakan involunter Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya
di dapatkan berkurangnya volume haluaran urine,
Tidak ditemukan adanya tremor, Tic, dan
hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
distonia. Pada keadaan tertentu klien biasanya penurunan curah jantung ke ginjal.
mengalami kejang umum
6) B5 (BOWEL)
 Sistem sensorik
Mual sampai muntah dihubungkan dengan
Pemeriksaan sensorik pada ensefalitis peningkatan produksi asam lambung. Pemenuhan
biasanya didapatkan perasaan raba normal, nutrisi pada klien meningitis menurun karena
perasaan nyeri normal, perasaan suhun normal, anoreksia dan adanya kejang.
tidak ada perasaan abnormal dipermukaan tubuh,
7) B6 (BONE)
perasaan proprioseptif normal, dan perasaan
diskriminatif normal. Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat
kesadaran menurunkan mobilitas klien secara
umum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari
klien lebih banyak dibantu oleh orang lain.
1) Perfusi jaringan serebral tidak efektif yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan intracranial.
2) bersihan jalan nafas todak efektif berhubungan dengan
akumulasi secret, kemampuan batuk menurun akibat
penurunan kesadaran.
3) Resiko Defisit Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

DIAGNOSA yang berhubungan dengan ketidakmampuan menelan,


keadaan hipermetabolik.

KEPERAWATAN 4) Risiko cedera yang berhubungan dengan kejang,


perubahan status mental, dan penurunan tingkat
kesadaran.
5) Nyeri Akut yang berhubungan dengan adanya iritasi
lapisan otak
6) Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan
kerusakan neuromuscular,penurunan kekuatan
otot,penurunan kesadaran,kerusakan persepsi/kognitif
BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKUMULASI SEKRET, KEMAMPUAN BATUK MENURUN AKIBAT

I PENURUNAN KESADARAN

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan tindakan, jalan napas kembali efektif

N Kriteria hasil : secara subjektif sesak napas (-), frekuensi napas 16-20 x/menit, tidak menggunakan otot bantu napas, retraksi ICS (-), dan

T mendemonstrasikan cara batuk efektif

INTERVENSI RASIONALISASI
E Observasi : Memantau dan mengatasi komplikasi potensial. Pengkajian fungsi pernapasan

R Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan, perubhan irama dan kedalaman, dengan intervensi yang teratur adalah penting karena pernapasan yang tidak

penggunaan otot-otot aksesori, warna dan kekentalan sputum efektif dan adanya kegagalan, akibat danya kelemahan atau paralisis pada otot-otot

V interkostal dan diafragma berkembang dengan cepat

E Teraupetik :

Atur posisi fowler dan semifowler


Peninggian kepala tempat tidur memudahkan pernapasan, peningkatan ekspansi

dada, dan meningkatkan batuk lebih efektif

N Ajarkan cara batuk efektif Klien berada pada resiko tinggi bila tidak dapat batuk dengan efektif untuk

membersihkan jalan napas dan mengalami kesulitan dalam menelan, sehingga

S menyebabkan aspirasi saliva dan mencetuskan gagal napas akut

I Lakukan fisioterapi dada ; vibrasi dada

Edukasi :
Terapi fisik dada membantu meningkatkan batuk lebih efektif

Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mukus yang kental dan dapat membantu

Penuhi cairan hidrasi via oral seperti minum air putih dan pertahankan asupn pemenuhan cairan yang banyak keluar dari tubuh
RESIKO DEFISIT NUTRISI : KURANG DARI KEBUTUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKMAMPUAN MENELAN, KEADAAN

HIPERMETABOLIK
I Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5x24 jam

N Kriteria hasil : turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan menelan, sonde dilepas, berat badan meningkat, Hb dan

T albumin dalam batas normal

INTERVENSI RASIONALISASI
E Observasi : Mengetahui status nutrisi klien

R Observasi tekstur dan turgor kulit

V Lakukan oral hygiene

Observasi asupan dan pengeluaran


Kebersihan mulut merangsang nafsu makan

Mengetahui keseimbangan nutrisi klien

E Observasi posisi dan keberhasilan sonde Untuk menghindari resiko infeksi/ iritasi

N Tentukan kemapuan klien dalam mengunyah, menelan dan refleks Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien

batuk
S Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk, dan adanya sekret Dengan mengkaji faktor-faktor tersebut dapat kemampuan menelan

I klien dan mencegah resiko aspirasi

Auskultasi bising usus, amati adanya penurunan hiperaktivitas bising Fungsi gastrointestinal bergantung pada kerusakan otak. Bising usus
Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama, dan Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi

I sesudah makan

Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara Membantu dalam melatih kembali sensorik dan meningkatkan
N manual dengan menekan ringan diatas bibir/ dibawah dagu jika kontrol muskular

T dibutuhkan

E Letakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu Memberikan stimulasi sensorik (termasuk rasa kecap) yang

dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan

R masukan

V Berikan makan dengan perlahan pada lingkungan yang tenang Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa

adanya distraksi dari luar


E Mulailah untuk memberikan makan per oral setengah cair dan Makanan lunak / cair mudah untuk dikendalikan didalam mulut

N makanan lunak ketika klien dapat menelan air dan menurunkan terjadinya aspirasi

S Edukasi :

Anjurkan klien menggunakan sedotan untuk minum


Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan

resiko terjadinya tersedak


I Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam program latihan/ Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang

kegiatan meningkatkan nafsu makan


I RESIKO CEDERA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJANG, PERUBAHAN STATUS MENTAL, DAN PENURUNAN TINGKAT

KESADARAN
N Tujuan : dalam waktu 3x24 jam perawatan, klien bebas dari cedera yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesaran

T Kriteria hasil : klien tidak mengalami cedera pabila ada kejang berulang

E Observasi :
INTERVENSI RASIONALISASI

Gambaran iritabilitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi

R Monitor kejang pada tangan, kaki, mulut, dan otot-otot muka yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah

V lainnya terjadinya komplikasi

Teraupetik : Melindungi klien bil kejang terjadi


E Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang,

N papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat klien

S Pertahankan bedrest selama fase akut Mengurangi resiko jatuh atau cedera jika terjadi vertigo dan

ataksia
I Kolaborasi : Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catatan :

Kolaborasi pemberian terapi : diazepam, fenobarbital fenobarbital dapat depresi pernapan dan sedasi
NYERI AKUT YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRITASI LAPISAN OTAK
I Tujuan : dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang / rasa sakit terkendali

N Kriteria hasil : klien dapat tidur dengan tenang, wajah rileks, dan klien memverbalisasikan penurunan rasa sakit

T Terauptik :
INTERVENSI

Menurunkan reaksi
RASIONALISASI

terhadap rangsangan eksternal atau

E Usahakan membuat lingkungan yang aman dan tenang kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan klien untuk

R beristirahat

Kompres dingi (es) pada kepala Dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak
V Lakukan penatalaksanaan nyeri dengan metode distraksi dan Membantu menurunkan / memuluskan stimulasi sensasi nyeri

E relaksasi napas dalam

N Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan dapat

dan hati-hati menurunkan nyer/ rasa tidak nyaman


S Kolaborasi : Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan :

I Kolaborasi pemberian analgesik narkotika merupakan kontraindikasi karena berdampak pada status

neurologis sehingga sukar untuk dikaji


GANGGUAN MOBILITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KERUSAKAN NEUROMUSKULAR, PENURUNAN KEKUATAN OTOT, PENURUNAN KESADARAN,

I KERUSAKAN PERSEPSI/KOGNITIF

Tujuan : tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi pencernaan dan kandung kemih optimal, serta peningkatan kemampuan fisik

N Kriteria hasil : skala ketergantungan klien meningkat menjadi bantuan minimal

T
INTERVENSI RASIONALISASI

Observasi : Mengidentifikasi kerusakan fungsi dan menetukan pilihan intervensi

E Tinjau kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi

Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala tingkat ketergantungan Tingkat ketergantungan minimal care (hanya memerlukan bantuan minimal),

R Terapeutik : partial care (memerlukan bantuan sebagian), dan total care (memerlukan bantuan

V Perubahan kesejajaran tubuh yang adekuat, berikan latihan ROM pasif jika klien komplit dari perawat dan klien yang memerlukan pengawasan khusus karena

sudah bebas panas dan kejang resiko cedera yang tinggi)

E Berikan perawatan kulit secara adekuat, lakukan masase, ganti pakaian klien Perubahan posisi teratur dapat menstribusikan berat badan secara meneyeluruh

dengan bahan linen, dan pertahankan tempat tidur dalam keadaan kering dan memfasilitasi peredaran darah serta mencegah dekubitus
N Berikan perawatan mata, bersihkan mata, dan tutup dengan kapas yang basah Mencegah terjadinya kontraktur atau footdrop serta dapat mempercepat

S sesekali

Edukasi :
pengambilan fungsi tubuh nantinya

Memfasilitasi sirkulasi dan mencegah gangguan integritas kulit

I Jelaskan tujuan dan prosedur ambulansi

Anjurkan ambulansi dini

Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan Melindungi mata dari kerusakan akibat terbukanya mata terus-menerus
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai