BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI MEDIK
RSUD DOK II JAYAPURA- FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 2021 PERKENALAN • TES (Transcutaneus Electrical Stimulation) telah digunakan selama beberapa dekade untuk: • memperkuat otot, • meningkatkan rentang gerak sendi, • mencegah atrofi otot, • mengurangi rasa sakit, • meningkatkan kesadaran sensorik, dan • meningkatkan proses penyembuhan.
• TES adalah modalitas pengobatan yang cukup baru dalam terapi
menelan (disfagia) sejak 2002. • Banyak penelitian telah dilakukan untuk memahami dampak TES terhadap aspek fungsi menelan. 1.1. Efek TES Pada Aspek Klinis Menelan • Ada hasil superior dengan TES daripada metode konvensional pada pasien disfagia sek. akibat Stroke. Tapi tidak ada pengacakan pada pax. • Blumenfeld, dengan TES menemukan respon lebih baik daripada dgn teknik tradisional disfagia pd perawatan akut long term. Tapi hrz diperhatikan faktor inheren (bias). • Kasus Kontrol o/ Kushner et al. kombinasi TES dan terapi Tradisional dengan tradisional saja setelah stroke berhasil dengan signifikan. • Tang et al, gabungkan TES dan Elektromiografi permukaan menemukan peningkatan fungsi menelan, status gizi, dan keamanan saluran nafas pd px alzheimer. • Chen et al dalam meta analisis studinya, menyatakan bahwa TES dgn kombinasi metode lainnya terbukti lbh efektif daripada TES saja pada pasien Disfagia post Stroke.
• Penelitian lain memperlihatkan, TES dengan stimulasi magnetik
transkranial bilateral berulang (rTMS) buat aktifasi fungsi kortikal yang lebih tinggi dan fungsi menelan yang lebih baik pada pax stroke.
• Meski demikian ada studi yang menunjukkan hasil samar2 atas
penggunaan TES kecuali yg tradisional, pada pasien parkinson. 1.2 Efek TES Pada Fisiologi Menelan • Ditemukan sejumlah bukti dampak TES pada faal menelan • Ludlow et al, menerapkan TES pd area submental dan infrahioid 11 pax, menunjukkan penurunan selektif TES pada tlg hyoid saat istirahat. Namun penelitian ini kcl. • Pd penelitian bsr, Humbert et al, mmplejari efek penempatan elektroda pd perjalanan Hyolaringeal saat istirahat dan selama menelan 29 px. Hsilnya, tidak hnya penurunan tulang Hyoid tetapi juga laring. • Penelitian Kim et al dan Lee et al. juga demikian. • Penelitian tsb sama dngn penelitian sebelumnya yang menunjukkan penurunan segera Hyolaringeal selama stimulasi daerah submental dan Infrahyoid. • Hasil-hasil penelitian ini menunjukkan ekskursi hyoid meningkat sesudah 2 minggu • Baretin-Fellix et al, selidiki efek esensial sensorik-motorik tek. Lingual Palatal antar orang dewasa muda dan tua sehat. Hasilnya mengurangi tek puncak lingua palata ant-post tetapi meningkatkn tk puncak hipofaring utk keduanya • TES dgn tek lbh rendah meningkatkan tek puncak dasar lidah (BOT) pd dewasa tua tp sebaliknya pd dewasa muda • Misalnya, Barikroo et al. menunjukkan bahwa menggunakan durasi denyut nadi pendek (300 オ s) bandingkan dengan durasi nadi yang lama (700 オ s) selanjutnya dapat meningkatkan toleransi amplitudo maksimum (MAT) tanpa meningkatkan tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan. Penulis menyimpulkan bahwa peningkatan MAT setelah menggunakan durasi denyut nadi yang pendek berpotensi merangsang otot menelan yang lebih dalam. • Studi yang lain: mereka melaporkan bahwa menggunakan durasi nadi pendek terus-menerus menurunkan tekanan lingual- palatal dibandingkan dengan durasi nadi yang lama. • Frekuensi denyut nadi adalah parameter TES lain yang memengaruhi kualitas kontraksi otot dan kemungkinan fisiologi menelan. Frekuensi pulsasi dikaitkan dengan modulasi laju penjalaran unit motorik dan kekuatan kontraksi otot . • Mayoritas protokol TES yang ada menggunakan frekuensi 80Hz untuk merangsang otot-otot ini. Dan 30Hz untuk melemahkan otot2. • Ungheim et al. menggunakan manometri resolusi tinggi untuk membandingkan efek dari dua protokol TES dengan 2700Hz dan 100Hz pada tekanan menelan. Hasilx: meningkatkan dasar retrasik lidah. Namun tidak berarti, hingga diatas pembukaan sfingter esofagus • Dari semua itu sekrang jelaslah bahwa satu pendekatan untuk semua TES berbasis rehabilitasi disfagia adalah sederhana. • Oleh karena itu, parameter TES harus disesuaikan dgn patofisiologi menelan. Di perlukan banyak penelitian untuk memahami efek parameter TES lainnya pada faal menelan. • Singkatnya sebagian penelitian merekomendasikan menerapkan TES pada daerah submental menurunkan kompleks lidah hyolaringeal. • Lebih lanjut beberapa penelitian telah menunjukkan Hyalaringeal desendens yang diinduksi TES ini dapat digunakan sebagai paradigma latihan resistif untuk meningkatkan kekuatan lidah dan eskursi hyolaringeal selama menelan. • Di luar efek kinematik, bukti terbaru menunjukkan bahwa berbagai tingkat amplitudo TES mungkin memiliki dampak modulasi yang berbeda pada fisiologi menelan di seluruh kelompok usia. • Berdasarkan kelompok usia, usia dewasa mudah didapatkan efek lebih (baik) dari dewasa muda. • Penggunaan durasi pulsa pendek dapat meningkatkan toleransi amplitudo maksimum yang selanjutnya dapat meningkatkan kedalaman penetrasi arus listrik. 2. KESIMPULAN • Inti dari uji klinis yang dilakukan menunjukkan bahwa TES bekerja paling baik sebagai modalitas tambahan bila dikombinasikan dengan teknik rehabilitasi lainnya. • Selain itu, tampaknya rehabilitasi disfagia berbasis TES lebih berhasil pada kelompok etiologi tertentu (yaitu, stroke) daripada yang lain (yaitu, kanker kepala dan leher, gangguan neurologis progresif). • Namun, hasil2 itu ada yang tidak konsisten di seluruh studi yang salah. Itu bisa karena metodologi yang lemah, sampel yang kecil, kriteria pasien tidak memadai, kurangnya kel kontrol, kurangnya kontrol atas var. Perancu, periode tindaklanjut yang singkat dan penggunaan teks yang tidak standar u/ev. hasil. • Dengan demikian, memiliki uji klinis multicenter yang kuat dapat membantu kita memiliki gambaran yang jelas tentang efektivitas modalitas ini sendiri atau dalam kombinasi dengan modalitas pengobatan lain di etiologi yang salah. • Selain itu, penting untuk memasukkan hasil studi fisiologis ke dalam uji klinis. Itulah yang disebut pendekatan rehabilitasi TES berbasis fisiologis. • Berdasarkan pendekatan ini, masalah fisiologis yang mendasari menelan seharusnya di identifikasi pertama (yaitu, ekskursi hyolaryngeal bawah, penurunan tekanan dasar lidah, atau ama penutupan vestibule laring ), dan protokol TES harus disesuaikan dengan cara spesifik patofisiologi. • Banyak studi klinis dilakukan dengan parameter TES yang telah ditetapkan (yaitu, ukuran dan penempatan elektroda, bentuk gelombang, amplitudo, frekuensi, dan durasi denyut) tanpa informasi mengenai alasan di balik keputusan mereka. • Setiap parameter TES berpotensi mengubah kualitas kontraksi otot menelan, yang dapat berdampak pada fisiologi menelan secara khusus dan pada akhirnya mengubah hasil pengobatan. • Di luar efek parameter TES, karakteristik biopsikologis setiap pasien, seperti ketebalan jaringan adiposa subkutan, sensitivitas nyeri, dan ketakutan akan nyeri dapat mengubah efek TES pada fungsi menelan. • Akibatnya, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami gabungan beberapa parameter TES dan faktor biopsikologi pada fisiologi menelan dan rehabilitasi disfagia. • Akhirnya, penelitian tambahan diperlukan untuk memahami dampak TES pada aktivasi saraf dan plastisitas saraf pada pasien dengan berbagai etiologi. Terima kasih
The Effect of Longitudinal Stretching of Muscles and Nerve Versus Deep Transverse Friction Massage in The Management of Patients With Carpal Tunnel Syndrome - En.id
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu