5. MA’UNAH
2. KHAWAS
DAN TAUFIK
4.
AGAMA/WAHY 3. AKAL
U
Wijdan atau Naluri
• Hidayah al-wijdan, yang disebutnya dengan hidayah al-ilham
sesungguhnya merupakan potensi awal ciptaan Allah. Kepada
manusia hidayah ini diberikan semenjak lahir, seperti perasaan lapar,
ingin makan yang diungkapkan dengan suara tangis, dan sebagainya.
Al-hawas atau indera
• Hidayah al-hawas atau indera, berupa penglihatan pendengaran,
kepekaan kulit akan rasa panas dingin, kepekaan lidah akan rasa
manis, pahit, asam dan sebagainya, kepekaan akan bau-bauan lewat
alat penciuman dan sebagainya adalah merupakan potensi yang
melengkapi dan menyempurnakan dari apa yang dapat dicapai oleh
instink. Kedua hidayah tersebut diberikan Allah kepada seluruh
makhluk-Nya tanpa terkecuali.
Akal
• Hidayah al-`aql, sebagai hidayah Allah yang ketiga, berupa akal rasio,
adalah merupakan hidayah yang lebih tinggi daripada kedua hidayah
terdahulu. Hidayah ini hanya diberikan khusus untuk manusia, karena
manusia diciptakan sebagai makhluk sosial dan mengemban tugas
sebagai khalifah di muka bumi ini. Instink dan inderanya tidaklah
mencukupi untuk menjalani kehidupannya. Akal dibutuhkan untuk
meluruskan kesalahan yang dicapai oleh indera, seperti batang yang
lurus yang ketika dimasukkan dalam air terlihat oleh mata seperti
bengkok atau patah, maka akal segera meluruskan pendapat mata
tersebut
Hidayah Wahyu
• Agama berfungsi untuk menundukkan jiwa manusia agar mampu
mengendalikan hawa nafsunya, dan dapat memilah serta memilih
mana yang haq dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang
jahat. Akal rasio sering kali tidak bisa mengendalikan hawa nafsu
tersebut, sehingga sering pula mengalami kesalahan dan kelemahan,
maka agamalah yang akan menundukkan dan meluruskannya.
Hidayah Taufik
• Hidayah al-taufiq atau al-ma`unah, yakni pertolongan spontan dari
Allah dan sesuainya rencana baik manusia dengan ketentuan Allah,
hanya diberikan kepada orang-orang yang telah benar-benar
menjalankan petunjuk agamanya secara baik dan benar. Hidayah ini
merupakan akibat logis dari hidayah al-adyan.
Berasal dari bahasa Arab
‘aqala-ya’qilu’
Fahima (memahami)
Adraka (mencapai, mengetahui)
Tadabbara (Merenung)
al-`aqlu sebagai Tafakkara (berfikir).
mashdar (akar kata)
Akal berarti cahaya ruhani yang dengannya seseorang
dapat mencapai, mengetahui sesuatu yang tidak dapat
dicapai oleh indera
Referensi: https://tafsirweb.com/1695-quran-surat-an-nisa-ayat-
163.html"Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu
sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-
nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan wahyu (pula)
kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya `qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub,
Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud"
.(Q.S. al- Nisa'/4: 163)
2. Wahyu dalam arti firman (pemberitahuan) Allah kepada Nabi dan
Rasul-Nya untuk mengantisipasi kondisi
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susuilah dia, dan apabila kamu"
khawatir terhadapnya, maka hanyutkanlah ia ke sungai (Nil). Dan janganlah
kamu khawatir dan bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya (salah seorang) dari para
rasul" (Q.S. al-Qashash/28:7)
Kesimpulan
• Mungkin masih dapat dikemukahan lagi beberapa makna kata wahyu
dalam al-Qur'an. Namun, lima kelompok makna tersebut dipandang
cukup mewakili. Adapun yang dimaksud dengan wahyu dalam
pembahasan ini adalah firman Allah Swt., yang dititahkan kepada para
nabi-Nya sebagai risalah bagi kehidupan manusia sesuai dengan
kehendak Allah Swt, seperti Suhuf Ibrahim, Suhuf Musa, Taurat,
Zabur, Injil dan al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang terakhir dan
sempuma. Kata al-wahyu isim mashdar yang dimaknai sama dengan
isim maf'ul yaitu al-nuha (yang diwahyukan).
PERCIK