Anda di halaman 1dari 11

Perkembangan

Perawatan Paliatif
Novita Verayanti Manalu, MAN
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Advent Indonesia
1. MASA LALU
• Gerakan rumah sakit pada awal abad ke-19, kaum beragama menciptakan
hospice yang memberikan perawatan untuk orang sakit dan sekarat di
London dan Irlandia
• Gerakan yang dipimpin relawan di Negara-negara Amerika dan telah
berkembang menjadi bagian penting dari system perawatan di kesehatan.
• Berkembang pesat sejak tahun 1960-an.
• Dame Cicely Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana
sangat memiliki peran penting dalam menerik perhatian pasien pada akhir
kehidupannya saat mengidap penyakit ganas stadium lanjut. (Gerakan
Rumah Hospis tahun 1967)
• Palliative care mulai didefinisikan sebagai subyek kegiatan ditahun 1970
dan datang untuk menjadi sinonim dengan dukungan fisik, sosial,
psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit yang membatasi hidup,
disampaikan oleh tim multidisipliner.
• Tahun 1982 dokter spesialis paliatif mulai diperkenalkan secara formal.
• Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1997 di Jepang.
• Pendidikan palliative care masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah
kedokteran dan semua sekolah keperawatan. Dua puluh layanan yang
terkait dengan palliative care tersedia di seluruh negeri. Tiga belas
organisasi yang dibangun di Singapura untuk menyediakan palliative care.
Modul palliative care ditambahkan ke kurikulum sekolah kedokteran.
• Pemerintah mulai menerapkan di setiap kabupaten dan rumah sakit umum
untuk memperkenalkan suatu palliative care pada Tahun 1998 di Malaysia.
• Diawal abad 20, banyak pasien meninggal dirumah, namun dengan
berkembangnya Paliative care akhirnya dialihkan ke Rumah Sakit, walau
90% pasien kanker menghabiskan banyak waktu perawatannya dirumah.
• Palliative care dimasukkan ke dalam rencana kesehatan nasional
Mongolia. Modul palliative care termasuk dalam kurikulum sekolah
kedokteran di Mongolia.
• Sebuah program pendidikan palliative care telah diterapkan untuk asisten
keperawatan di Selandia Baru.
• Empat puluh satu pelayanan palliative care ini sudah tersebar di seluruh
negeri dan mulai tahun 2005 palliative care diakui sebagai spesialisasi
medis di Australia.
• Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula dari
adanya perubahan yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk membahas
system penanggulangan penyakit kanker pada tahun 1989.
• Penanggulangan penyakit kanker ini harus dilaksanakan secara paripurna
dengan mengerjakan berbagai intervensi mulai dari pencegahan, deteksi
dini, terapi, dan perawatan paliatif.
• Departemen Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VIII/2007 pada
tanggal 19 Juli 2007 yang berisi keputusan Menkes tentang kebijakan
palliative care.
• Dengan terbitnya surat keputusan tersebut diharapkan bisa menjadi
pedoman-pedoman pelaksanaan palliative care di seluruh Indonesia serta
mendorong lajunya pengembangan palliative care secara kualitas maupun
kuantitas. 
2. MASA SEKARANG DAN YANG AKAN DATANG

• Perubahan dinamis terutama di negara Inggris. Dimana Depkes


memperkenalkan program baru “End of Life Care Strategy”, dan “The
Gold Standard Framework.”
• WHO melaporkan bahwa Pendidikan dan pengetahuan para petugas
kesehatan masih sangat minim mengenai perawatan pasien di area paliatif.
• Sekitar 19 juta orang di dunia saat itu membutuhkan pelayanan perawatan
paliatif, dimana 69% usia lanjut diatas usia 65 tahun.
3. Perawatan Paliatif dalam konteks Global
• Secara global Paliative Care dimulai di Inggris dan Irlandia, yang
dikenal sebagai Hospis.
• Lalu disusul Negara Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Kanada
yang pertama mengimplementasikan perawatan paliatif di The Royal
Victoria Hospital tahun 1976, lalu di London St Thomas Hospital dgn
bbrp kendala
• Tahun 2011 pemetaan di mapping yang fasilitas dan pelayanannya
terintegrasi diimplemantasikan oleh negara Uganda dan India. Berhasil
mengembangkan pelayanan perawatan paliatif komunistas dengan
melibatkan masyarakat sebagai relawan paliatif
• Konsep hospis diperkenalkan di Asia oleh perawat Katolik
dengan membuka klinik di Seoul, Korea Selatan awal
tahun 1965.
• Tahun 1996 sekitar 90% sudah masuk kurikulum hingga
2003 menjadi kebijaksanaan Nasional.
• Secara regional, Jepang yang mengimplementasikannya
secara terintegrasi secara nasional
• Akhir 2013 jumlah perawatan paliatif di rumah sekitar 250
unit, 409 klinik, dan 541 di rumah sakit.
• Jumlah tempat tidur paliatif care per satu juta penduduk,
Hong Kong menyediakan fasilitas pelayanan perawatan
paliatif terbanyak yaitu 59 tempat tidur/1 juta penduduk.
4. Perawatan Paliatif dalam Konteks ASIA TENGGARA
• Di Malaysia sekitar 90 organisasi tahun 1992. tahun 2006 muncul
palliative medicine oleh Kemenkes Malaysia.
• Tahun 1990an di Tailand Pura Wat Phrabat memiliki kapasitas 400 tempat
tidur.
• 1980an di Filipina 34 organisasi menyediakan 108 layanan perawtan
paliatif dan hospis, sehingga tahun 1990 Morphine tersedia di RS yang
terakreditasi. Tahun 1998 ada 30 organisasi mulai menyediakan pelayanan
kanker oleh tim multidisiplin.
• Tahun 1988 “Hospice Care Group” dikelola oleh himpunan kanker
Singapura. Tahun 1988 Rumah Asisi Hospis memiliki kapasitas 50 tempat
tidur untuk penyakit kronis, dan 12 tempat tidur utk kasus terminal.
5. Perawatan Paliatif dI INDONESIA
• Sejak 2007 melalui Kemenkes telah terbit kebijakan perawatan paliatif
(Keputusan MENKES No. 812/Menkes/SK/VII/2007) dimana dasar yang
menjadi acuan adalah:
• - Kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin
• Untuk meningkatkan kualitas pelkes bagi pasien yang belum dapat
disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan rehabilitative juga
diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal.
• Ada 5 RS yg menjadi pusat layanan perawatan paliatif di Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makasar walau belum signifikan,
karena minimnya pengetahuan perawatan paliatif dan belum masuk dalam
kurikulum spt di Australia, Amerika Serikat, dan Inggris.
• Pertama berdiri RS. Dr. Sutomo, Surabaya
• Th 1990 “Tim Perawatan Paliatif” pertama, sekarang ”Pusat
Pengembangan Paliatif dan bebas nyeri.”
• Februari 1992 secara resmi di RS. Dr. Sutomo, Surabaya
dibawah kepemimpinan Dr. R. Soenarjadi Tedjawinata (Bapak
Paliatif Indonesia)
• Tahun 2006 Organisasi nirlaba membentuk “Rumah Rachel”
khusus anak kanker dan HIV/AIDS.
• Tahun 2007 Pelayanan Paliatif dibuka Puskesmas Balongsari
Surabaya
• 5 tahun terakhir minat tenaga kesehatan meningkat dibidang
perawatan paliatif. Dan tahun 2013 Kemenkes melalui Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan penyehatan
lingkunganmengeluarkan panduan tehnis Pelayanan Paliatif
Kanker

Anda mungkin juga menyukai