Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1. Sejarah Perkembangan Home Care


Di luar negri Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan
dimulai sejak sekitar tahun 1880- an, dimana saat itu banyak sekali penderita
penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi. Meskipun pada saat itu
telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya masih
sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan
dirumah. Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900
terdapat 12.000 perawat terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ;
memberikan asuhan keperawatan dirumah pada keluarga miskin, Public Health
Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk melindungi kesehatan
masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan keperawatan
pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Careterus
meningkat sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh
organisasi perawat pengunjung rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan
pemerintah, kemudian berkembang layanan yang berorientasi
profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based
Agencies) Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran jasa
layanan Home Care (dapat dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan
perkembangan spesialisasi di berbagai layanan kesehatan termasuk
berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi
dari Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001)
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan
abad 19, dengan mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya
dimulai oleh para Biarawati yang merawat orang miskin yang sakit dirumah.
Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan menengah ke bawah untuk

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 1


merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati tersebut
(Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus
berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peranDistrict Nurse (DN)
adalah :
a. Merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
b. Merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman
dan damai
c. Mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga,
agar dapat digunakan pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor
(HV)yang berperan sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain
ialah :
a. melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun
masyarakat luas dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi
kesehatan
b. memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi setempat.

Di dalam negri Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya


bukan merupakan hal yang baru, karena merawat pasien di rumah baik yang
dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan atau oleh tenaga keperawatan
melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan hal biasa sejak
dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan maternitas,
dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan
tertua di Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan
program Home Care (HC) yang disebut dengan “Partus Luar”. Dalam layanan
“Partus Luar”, bidan dan siswa bidan RS Budi Kemulyaan melakukan
pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian diikuti dengan
perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali
pusat bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan
tugas “Partus Luar” dan tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 2


RS tentang kondisi ibu dan bayi serta tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini
terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes yang memisahkan
organisasi pendidikan dengan pelayanan.

1.1.2. Sejarah Perkembangan Terapi Komplementer


Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat
ini diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang
lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan
bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk
penyembuhan yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan praktek
kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan (Hamijoyo, 2003)
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis)
ke pengobatan komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat
popular di perbincangkan di kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak
masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke
pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit
ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari
pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu
Negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan
klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada
395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69
pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%)
lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana
(2006), Negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat
herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. Bahkan di
Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk pengobatan
primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan penggunaan obat
tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 3


degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam
peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat
75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-
konvensional. Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini
sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti
bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Terapi komplementer dapat
dilakukan atas permintaan pasien sendiri ataupun atas rujukan dokter.
Diharapkan dengan penggabungan pengobatan konvensional komplementer bisa
didapatkan hasil terapi yang lebih baik. Di Indonesia, Rumah Sakit Kanker
“Dharmais “Jakarta merupakan salah satu dari 12 rumah sakit yang telah
ditunjuk oleh Departemen Kesehatan untuk melaksanakan dan mengembangkan
pengobatan komplementer ini dan 12 rumah sakit lainnya adalah Rumah Sakit
Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit
Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD
Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta, RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten (Kemenkes, 2011)
Daerah Sukoharjo terdapat banyak pengobatan komplementer dan yang
masuk sebagai sarana pelayanan pengobatan swasta. Data yang tercatat di Dinas
Kesehatan Sukoharjo dalam satu tahun terahir ada 94 pengobatan komplementer
dan tradisional, diantara 12 kecamatan di Sukoharjo ada beberapa kecamatan
yang banyak terdapat pelayanan pengobatan tradisional dan komplementer yaitu
Kecamatan Grogol ada 15 pengobatan dan Kecamatan Kartasura ada 10
pengobatan. Dari hasil wawancara pada 10 masyarakat 3 diantaranya
mengatakan takut dengan pengobatan komplementer, 5 orang memilih
pengobatan komplementer dan 2 orang lainnya melakukan pengobatan
komplementer dan medis. Data inilah yang menyebabkan penulis memilih
Kecamatan Grogol sebagai tempat penelitian.
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan
komplementer saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 4


untuk menggunakan pengobatan komplementer ialah pengalaman berobat di
kedokteran yang tidak kunjung sembuh, banyaknya pengobatan modern yang
gagal, pengobatan komplementer lebih murah dibandingkan dengan pengobatan
modern. Kepercayaan terhadap pengobatan komplementer bahkan budaya juga
dapat mempengaruhi anggapan tersebut.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara


ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan secara nyata serta mendapatkan
pengalaman dalam memecahkan masalah.

1.2.2. Tujuan khusus


Agar Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang “Terapi
Komplementer dan Home Care Nursing Practice”

1.3. Metode Penulisan

Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan pada penulisan ini,


penulis menggunakan metode study kepustakaan.
Dalam study kepustakaan ini penulis memperoleh informasi dari
beberapa website yang berkaitan dengan masalah yang dibahas sebagai dasar
teoritis yang digunakan dalam penyusunan makalah.

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

2.1.1. Dasar Teori Terapi Komplementer

Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang caranya berbeda


dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang mengandalkan obat kimia
dan operasi, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas
yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan
seperti teknik sentuhan, masase dan manajemen stress. Terapi komplementer
merupakan terapi tambahan bersamaan dengan terapi utama dan berfungsi sebagai
terapi suportif untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan
berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional –
alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi
belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus
sinergi dan terintegrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga
pelaksananya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki
pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional – alternatif.

Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah


pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan.
Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer
tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud
adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 6


turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi komplementer dapat memulai


dengan tindakan – tindakan keperawatan atau terapi modalitas yang berada pada
bidang keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan perkembangan
teknologi terbaru.

Jadi, Keperawatan komplementer adalah cabang ilmu keperawaratan yang


menerapkan pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala,
meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien
secara keseluruhan, diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi
belum diterima dalam kedokteran konvensional.

2.1.2. Konsep Keilmuan

Pada dasarnya, terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari


sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan
kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang
baik dan lengkap serta perawatan yang tepat. Ada banyak jenis metode dalam terapi
komplementer ini, seperti akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman
obat / herbal, homeopati, naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik
relaksasi, termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya. Obat- obat
yang digunakan bersifat natural/ mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan,
rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya), sampai
bahan yang dirahasiakan. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu
yang mampu mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 7


yang diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.
Lalu, amankah berbagai terapi komplementer tersebut? Para ahli berpendapat
bahwa terapi komplementer relatif aman karena menggunakan cara- cara alami
yang jauh dari bahan- bahan kimia yang jelas-jalas banyak memberikan efek
samping pemakainya. Namun, walaupun alami tetap harus dikaji dan diteliti tingkat
keefektifan dan keamanannya. Memang penelitian tentang terapi komplementer
masih jarang, dikarenakan belum memiliki standar yang baku. Terapi ini tidak
selalu dirancang untuk mengobati penyakit tertentu, beberapa terapi alternatif
merawat orang secara keseluruhan, bukan suatu penyakit tertentu. Terapi ini
mungkin dapat mengembalikan keselarasan, keseimbangan, atau menormalkan
aliran energi. Penelitian ilmiah sangat mahal biayanya. Pembuat terapi alternatif
seringkali tidak mampu membayar untuk sebuah penelitian ilmiah. Pemerintah
lebih cenderung untuk mendanai penelitian obat-obatan barat karena dipandang
lebih efektif. Dengan hak paten, para produsen dapat memperoleh keuntungan yang
membantu mendanai penelitian. Sedangkan kebanyakan terapi komplementer tidak
dapat dipatenkan. Namun halangan-halangan ini bukan berarti tidak ada terapi
komplementer yang secara sukses diteliti, beberapa terapi telah teruji dan terbukti
kemanjurannya

2.1.3. Dasar Hukum

Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109


Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di
fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-
alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji
institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku. Selain itu, dalam Permenkes
RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang pemanfaatan akupunktur pelayanan
kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan
tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah
memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 8


pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku.

Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur


tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan tersebut
diuraikan cara- cara mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta
syarat- syaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan
Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal.
Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia sering diartikan
sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur dalamPermenkes RI No. 1205/
Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai
Air (SPA).

3.1. Terapi Komplementer

3.1.1. Terapi Akupunktur dan akupresser


3.1.1.1. Pengertian Akupuntur
Kata Akupunktur Berasal Dari Bahasa Yunani, Yaitu AcusYang Berarti
Jarum, Dan Puncture Yang Berarti Menusuk. Di Dalam Bahasa Inggris
Menjadi To Puncture, Sedangkan Kata Asal Dalam Bahasa Cina
AdalahCenciu. Kata Tersebut Kemudian Diadaptasikan Ke Dalam
Bahasa Indonesia Menjadi Akupunktur Atau Tusuk Jarum. Sebagai
Suatu System Pengobatan, Akupunktur Merupakan Pengobatan Yang
Dilakukan Dengan Cara Menusukkan Jarum Di Titik-Titik Tertentu Pada
Tubuh Pasien. Maksudnya Adalah Untuk Mengembalikan System
Keseimbangan Tubuh Sehingga Pasien Sehat Kembali. Pemikiran Dasar
Adanya System Keseimbangan Di Dalam Tubuh Yang Dikenal Sebagai
Homeostatis, Yang Menunjukkan Keberadaan Alam Semesta, Bumi Dan
Manusia Dapat Bertahan Hidup Karena Adanya Ukum Alam Yang
Selalu Mengarah Kepada Keseimbangan. Dengan Demikian, Apabila
Manusia Mengikuti Aturan-Aturan Di Dalam Keseimbangan Hukum

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 9


Alam Bararti Kita Akan Menjalani Hidup Sehat, Sedangkan Apabila
Manusia Tidak Mengikuti Atau Menentang Keseimbangan Hokum Alam
Berarti Sakit. Semua Fenomena Alam Ini Selalu Berpasangan Yang
Sifatnya Berlawanan Dinamis, Tetapi Membentuk Suatu Kesatuan,
Seperti Siang Dan Malam, Panas Dan Dingin, Padat Dan Cair, Terang
Dan Gelap, Kanan Dan Kiri, Suami Dan Istri, Laki-Laki Dan Perempuan
Dan Seterusnya. Apabila Unsur-Unsur Yang Berlawanan Itu Menyatu
Dan Membangun Sebuah Keharmonisan, Maka Keseimbangan Yang
Secara Umum Disebut Sehat Akan Tercapai. Apabila Melihat Prinsip
Dasar Cara Penyembuhan Akupunktur, Yaitu Dengan Tusukan Jarum
(Secara Umum Dengan Menggunakan Benda Tajam) Yang Berarti
Pemberian Suatu Rangsangan Ke Dalam Tubuh, Sebenarnya Banyak
Bangsa-Bangsa Di Dunia Yang Telah Mengenal Cara Penyembuhan
Tradisional Dengan Cara Memberi Rangsangan Seperti Itu Walaupun
Alat Dan Metode Yang Dipergunakan Berbeda. (Mesir :1550
Bc. Disebut Eber), Bangsa Bantu Afrika Selatan Dengan Cara
Pengobatan Menorah Bagian Tubuh. Bangsa Arab Mengenal Cara
Penyembuhan Penyakit Sciatica Dengan Cara Memanasi Telinga
Dibagian Tertentu Dengan Menggunakan Metal Panas. Akupunktur
Telinga Juga Dilakukan Bangsa Eskimo Dengan Alat Batu Atau Tulang
Ikan Yang Panjang. Suku Bangsa Brasil Meniupkan Anak Panah Kecil
Pada Bagian Tubuh Tertentu Dengan Maksud Menyembuhkan Penyakit
Tertentu. Bangsa Indonesia Mengenal Cara-Cara Seperti Itu Seperti :
Kerokan, Kop Pijatan, Dan Param(Borehan).

Teknik
Meskipun Kata Akupunktur Yang Berarti Tusuk Jarum, Tetapi
Karena Terbukti Bahwa Titik – Titik Akupunktur Yang Merupakan
Reseptor Di Permukaan Tubuh Daapt Dirangsang Dengan Berbagai
Macam Cara, Asal Berupa Energi, Maka Dapat Berkembang Juga

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 10


Teknik Rangsangan Pada Titik Akupunktur Ini. Berbagai Macam Cara
Itu Adalah :

1. Elektroakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan


Listrik
2. Laserakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan
Laser
3. Sonoakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan Suara
4. Aquaakupunktur : Rangsangan Titik Akupunktur Dengan Injeksi
5. Dry Needling Akupunktur : Penerapan Akupunktur Dengan Jarum
Suntik
6. Akupresur : Rangsangan Titik Akupunktur Menggunakan Jari

Indikasi/Kontraindikasi
Indikasi Akupunktur Antara Lain:

1. Berbagai Keadaan Nyeri, Seperti: Nyeri Kepala, Migrain, Nyeri Bahu,


Nyeri Punggung, Nyeri Pinggang, Nyeri Lutut, Nyeri Lambung, Nyeri
Haid, Nyeri Sendi Dan Lain-Lain.
2. Gangguan Fungsional, Seperti: Asma, Alergi, Insomnia, Mual Pada
Kehamilan, Darah Tinggi (Hipertensi), Sembelit (Konstipasi), Irritable
Bowel Syndrome, Telinga Berdenging (Tinnitus), Vertigo, Infertilitas,
Gangguan Haid, Gangguan Metabolik (Diabetes Melitus,
Hiperkolesterolemia).
3. Gangguan Saraf: Hemiparesis, Kesemutan, Kelumpuhan Saraf Pada
Wajah (Bell’s Palsy), Saraf Terjepit (Carpal Tunnel Syndrome,
Radikulitis).
4. Keadaan Lain, Seperti: Adiksi Rokok, Kegemukan (Obesitas),
Estetika, Meningkatkan Stamina, Efek Analgesi Pada Operasi.

Akupunktur Tidak Mempunyai Efek Samping. Bahaya Infeksi Dapat


Dihindari Dengan Pemakaian Jarum Akupunktur Sekali Pakai.

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 11


Akupunktur Juga Tidak Membuat Ketagihan. Rasa Nyaman Yang
Dirasakan Tubuh Adalah Sehubungan Dengan Pengeluaran Zat
Endorphin Oleh Tubuh Saat Penusukan Titik-Titik Akupunktur. Kontra
Indikasi Tindakan Akupunktur Adalah Keadaan Kedaruratan Medis
Yang Membutuhkan Penanganan Segera, Kasus Pembedahan, Tumor
Ganas, Gangguan Pembekuan Darah Atau Sedang Dalam Pengobatan
Anti Koagulansia. Pengobatan Akupunktur Memerlukan Kesinambungan
Untuk Mencapai Hasil Yang Maksimal, Dan Harus Dilakukan Oleh
Tenaga Medis Yang Terlatih.

Syarat

Persiapan Dimulai Tiga Minggu Sebelum Waktu Yang Diperkirakan.


Kira-Kira Diperlukan Tiga Kali Pengobatan Untuk Mengharmoniskan
Keadaan Energitas Kedua Belas Meridian Untuk Menghadapi Waktu
Bersalin. Pada Primipara, Yang Kerap Kali Dipengaruhi Oleh Rasa
Takut Dan Khawatir, Haruslah Dijarum Titik-Titik Bl:15: Hsinshu,
Du:12: Shenzu. Akupunktur Aman Bagi Ibu Hamil Dan Dapat
Diberikan Pada Ibu Hamil Selama Dilakukan Oleh Ahlinya. Manfaatnya
Antara Lain:

1. Membuat Seluruh Otot Tubuh Relaks, Sehingga Ibu Hamil Bisa


Menjalani Kehamilannya Dengan Tenang.
2. Mengurangi Rasa Mual Dan Muntah.
3. Mengurangi Rasa Panas Di Ulu Hati.
4. Menstabilkan Tekanan Darah, Sehingga Ibu Hamil Terhindar Dari
Tekanan Darah Tinggi.
5. Menghindari Terjadinya Varises.
6. Mengurangi Rasa Pegal Di Punggung, Pinggang Bagian Belakang
Serta Panggul, Yang Sering Muncul Seiring Besarnya Rahim.
7. Membantu Janin Berada Di Posisi Seharusnya, Sesuai Dengan Usia
Kehamilan.

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 12


8. Membantu Melancarkan Proses Persalinan, Meringankan Rasa
Nyeri, Serta Meningkatkan Energi Yang Dibutuhkan Ibu Yang
Akan Melahirkan.

3.1.1.2. Pengertian akupresurre


Acupressure Adalah Salah Satu Cara Pengobatan Tradisional Cina Yang
Sudah Lama Dikenal Keberadaannya. Di Barat Cara Pengobatan Yang
Sama Dengan Acupressure Adalah Penekanan- Penekanan Pada Titik
Triger, Yang Dalam Hal Nyeri Titik Triger Adalah Sama Dengan Titik
Akupunktur. Bila Dilihat Dari Indikasi Maka Acupressure Terutama
Untuk Nyeri Dan Gangguan Neuromuskuler. Menurut Beberapa
Penelitian Dan Pengalaman, Acupressure Ternyata Mempunyai Hasil
Yang Cukup Menggembirakan. Dikatakan Bahwa Acupressure
Merupakan Asal Dari Akupunktur. Dalam Perkembangannya Selama
Ribuan Tahun, Akupressure Mempunyai Banyak Ragam Dalam Hal
Teknik Dan Metode, Bahkan Dalam Seni Beladiri Cina Juga
Berkembang Pengetahuan Mengenai Titik Akupunktur Yang
Melumpuhkan, Yang Kemudian Berkembangmenjadi Poiting Therapy.
Didalam Ilmu Kedokteran Barat Yang Dapat Disamakan Dengan
Acupressure Adalah Penekanan Pada Titik Triger, Dengan Indikasi
Untuk Menghilangkan Nyeri. Sedangkan Menurut Ilmu Kedokteran
Timur Acupressure Adalah Penekanan Titik- Titik Akupungktur Dengan
Tujuan Memperlancar Ci Sehingga Tercapai Keseimbangan Enersi,
Dengan Indikasi Utama Untuk Nyeri Dan Gangguan Neuromuskuler.
Sedangkan Indikasi Lainnya Adalah Sama Dengan Akupungktur. Seperti
Ilmu Kedokteran Timur Lainnya, Acupressure Walaupun Beragam
Metode Dan Teknik, Semuanya Berdasarkan Pada Prinsip Yin Dan
Yang. Didalam Ilmu Kedokteran Barat, Sejauh Nyeri Yang
Diperhatikan, Maka Titik Triger Dianggap Sama Dengan Titik
Akupunktur. Titik Triger Adalah Titik Sensitif Yang Bila Ditekan Akan
Menimbulkan Nyeri Pada Tempat Yang Jauh Dari Titik Tersebut

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 13


Merupakan Degenerasilokal Didalam Jaringan Otot Yang Disebabkan
Oleh Spasme Otot, Trauma, Ketidak Seimbangan Endokrin, Ketidak
Seimbangan Otot, Ketegangan Umum Akibat Situasi, Pekerjaan, Emosi.
Titik Triger Dapat Ditemukan Pada Otot Rangka Dan Tendon, Ligamen
Dan Kapsul Sendi, Periosteum, Kulit. Otot Yang Normal Tidak
Mempunyai Titik Triger.

Teknik
Diicari Letak Titik Triger Maka Dilakukan Penekanan/ Penjepitan
Secara Terus Menerus Atau Intermiten. Hal Ini Disebut Ischemic
Coinpression/Myotherapy, Termasuk Di Dalamnya Shiatzu/Acupressure.
Penekanan Dilakukan Dengan Ibu Jari/ Ujung Jari Tangan. Pada
Penekanan Terus Menerus Bila Rasa Nyeri Berkurang, Tenaga Tekanan
Ditingkatkan Bertahap Dengan Menambah Ibu Jari Atau Jari Tangan
Lainnya Untuk Lebih Menguatkan. Proses Ini Dilanjutkan Sampai Satu
Menit Dengan Tenaga Tekanan Sebesar 1030 Lbs. Chiropractor
Umumnya Menganjurkan Teknik Menekan Selama 710 Detik Yang
Diulang Beberapa Kali Dalam Sehari Untuk Beberapa Hari Sampai Titik
Nyeri Hilang. Pada Penekanan Intermiten Dilakukan Penekanan
Kuat Selama 5 Detik, Penekanan Ringan (± 25%) Selama 5 Detik Dan
Seterusnya Sampai Satu Menit. Bila Nyeri Berkurang Bermakna, Maka
Terapi Dihentikan Pada Triger Yang Baru Dan Nyeri Sedang, Setelah
Dilakukan Penekanan, Dilakukan Peregangan Pasif Pada Tiap Triger
Dengan Cara, Yaitu Pasien Dalam Keadaan Rileks, Peregangan
Dilakukan Secara Perlahan-Lahan Dan Bertahap Sampai Panjang Otot
Kembali Nomal.

Indikasi/Kontraindikasi

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 14


Yang Harus Dipenuhi, Yaitu Penderita Harus Rileks, Bila Otot Tegang
Maka Titik Triger Terlindung Dan Pemijatan Dan Terapi Tidak Akan
Bermanfaat. Indikasinya Yaitu Nyeri. Sedangkan Kontraindikasinya
Adalah Area Inflamasi, Varices, Kutil, Dan Jaringan Parut.

Syarat
Persiapan Dimulai Tiga Minggu Sebelum Waktu Yang Diperkirakan.
Kira-Kira Diperlukan Tiga Kali Pengobatan Untuk Mengharmoniskan
Keadaan Energitas Kedua Belas Meridian Untuk Menghadapi Waktu
Bersalin. Acupressure Aman Bagi Ibu Hamil Dan Dapat Diberikan Pada
Ibu Hamil Selama Dilakukan Oleh Ahlinya. Manfaatnya Antara Lain:

1. Membuat Seluruh Otot Tubuh Relaks, Sehingga Ibu Hamil Bisa


Menjalani Kehamilannya Dengan Tenang.
2. Mengurangi Rasa Mual Dan Muntah.
3. Mengurangi Rasa Panas Di Ulu Hati.
4. Menstabilkan Tekanan Darah, Sehingga Ibu Hamil Terhindar Dari
Tekanan Darah Tinggi.
5. Menghindari Terjadinya Varises.
6. Mengurangi Rasa Pegal Di Punggung, Pinggang Bagian Belakang
Serta Panggul, Yang Sering Muncul Seiring Besarnya Rahim.
7. Membantu Janin Berada Di Posisi Seharusnya, Sesuai Dengan Usia
Kehamilan.
8. Membantu Melancarkan Proses Persalinan, Meringankan Rasa
Nyeri, Serta Meningkatkan Energi Yang Dibutuhkan Ibu Yang
Akan Melahirkan.

Wanita Hamil Tidak Boleh Dipijat Pada Beberapa Titik Akupresur


(Terutama Di Bagian Yang Langsung Ke Janin Seperti Perut). Alat
Bantu Pijat Yang Digunakan Bersih, Tidak Tajam Dan Menyakitkan.
Pemijatan Dapat Dilakukan Dengan Ujung-Ujung Jari, Kepalan Tangan,

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 15


Telapak Tangan, Pangkal Telapak Tangan, Dan Siku. Tidak
Diperkenankan Menggunakan Lutut Atau Telapak Kaki.

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 16


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Jadi, Keperawatan komplementer adalah cabang ilmu keperawaratan yang


menerapkan pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala,
meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien
secara keseluruhan, diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,
keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik,
yang telah di sahkan dan oleh Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan
komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan dan memberikan tindakan
terapi yang dimana disini salah satunya diterapkanya beberapa terapi yaitu salah
satunya Akupunktur dan akupresser

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 17


DAFTAR PUSTAKA

Amien.2012.Terapi Komplementer (Complementere Teraphy ) (online). Available


from<http://nersamienptb.blogspot.com/2012/03/terapi-komplementer
complementere.html> diakses tanggal 16 November 2016

Benson H. 1975. The Relaxtion Respone. New York : Avon. diakses tanggal 16
November 2016

Fontaine K. 2005. Healing Practices : Alternative therapies For nursing. Edisi 2.


Prentice Hall. diakses tanggal 16 November 2016
Kemnekes RI.2010. Pengobatan Komplementer Tradisional– Alternatif (online).
Availablefrom<http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=art
icle&id=66:pengobatan-komplementer-tradisional-alternatif> diakses tanggal 16
November 2016

Perry, Potter. 2009. Fundamentals of Nursing Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba


Medika. diakses tanggal 16 November 2016

Rakel DP, Faass N. 2006. Complementary medicinen in clinical practice,Sudbury,


Mass, 2006, Jones & Battlett. diakses tanggal 16 November 2016

‘’Terapi Komplementer dan Home Care Nursing Practice’’ Page 18

Anda mungkin juga menyukai