Anda di halaman 1dari 13

“Teks Editorial”

Nama : Mochamad Rizky Arrasyid


Kelas : XII IPA 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
1. Pengertian Teks Editorial

Teks editorial adalah suatu tulisan opini atau pendapat yang ditulis oleh penulis
sebuah media terhadap isu atau peristiwa aktual yang sedang hangat
diperbincangkan masyarakat. Teks editorial ini dianggap sebagai pandangan resmi
dari media tersebut terhadap isu yang dibicarakan.

2. Tujuan Teks Editorial

Teks editorial bertujuan mengajak pembaca untuk ikut berpikir tentang isu aktual
yang sedang hangat dibicarakan atau sedang terjadi di kehidupan sekitar.
Teks editorial bertujuan untuk memberikan opini atau pandangan redaksi kepada
pembaca terhadap isu yang sedang berkembang.

3. Sifat Teks Editorial

Teks Editorial pada umumnya bersifat aktual yang berisi analilsis subjektif harus
berdasarkan fakta dan data.
4. Manfaat Teks Editorial
 Memberikan informasi kepada pembaca
 Bermanfaat untuk merangsang pemikiran pembaca
 Teks editorial terkadang mampu menggerakkan pembaca untuk
bertindak

5. Fungsi Teks Editorial

 Fungsi tajuk rencana umumnya menjelaskan berita dan akibatnya


pada masyarakat.
 Memberi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan
kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih
menyeluruh.
 Terkadang ada analisis kondisi yang berfungsi untuk
mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan yang bisa terjadi.
 Meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.
6. Ciri-ciri Teks Editorial

• Topik tulisan teks editorial selalu hangat (sedang berkembang dan


dibicarakan secara luas oleh masyarakat), bersifat aktual dan
faktual.
• Teks editorial bersifat sistematis dan logis.
• Memiliki kritik, penilaian, apresiasi, prediksi, saran maupun
harapan terhadap isu yang dibahas.
• Berisi fakta atau peristiwa yang aktual, sedang ramai
diperbincangkan, hingga kontroversial.
• Terdapat saran atau rekomendasi yang dapat menjadi solusi
ditunjukkan oleh bagaimana caranya secara konkret.
Perbedaan Fakta dan Opini Teks Editorial

 Pilah berbagai kalimat yang mengandung: kritik, penilaian, prediksi, harapan,


dan saran. Kalimat seperti itu adalah opini dan bukan fakta.
 Pisahkan berbagai kalimat yang mengandung data fakta seperti kalimat yang
menyatakan suatu angka statistik dari lembaga terpercaya, atau kalimat
langsung dari hasil wawancara narasumber.
 Identifikasi peristiwa, tokoh, kejadian, dan semua yang berhubungan dengan
berita yang dikomentari dalam teks editorial.
 Verifikasi kebenaran berbagai data, peristiwa, dan semua konteks lainnya yang
digunakan dalam teks editorial. Caranya dapat sesederhana
membandingkannya dengan berita dari media lain atau mengakses website
resmi penyedia data.
7. Struktur Teks Editorial

 Pernyataan pendapat (tesis)


Berisi sudut pandang penulis terhadap permasalahan yang
diangkat. Berupa pernyataan atau teori yang akan diperkuat oleh
argumen.
 Argumentasi 
Bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk memperkuat
pernyataan tesis. Bisa berupa pernyataan umum, data hasil penelitan,
pernyataan para ahli atau fakta-fakta yang dapat dipercaya.
 Penegasan Ulang Pendapat /Reiteration
berisi penguatan kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh
fakta-fakta dalam bagian argumentasi.
8. Unsur Kebahasaan Teks Editorial
 Adverbia, 
merupakan kata keterangan yang ada dalam teks editorial. Biasanya yang sering
muncul dalam teks editorial adalah adverbia frekuentatif. Adverbia frekuentatif
yang menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya
sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Contohnya seperti kata-kata selalu,
biasanya, sering, kadang-kadang, jarang, sebagian besar waktu.
 Konjungsi
merupakan kata penghubung. Biasanya banyak ditemukan konjungsi antarkalimat,
seperti bahkan, malahan, dan sesungguhnya.
 Verba material
merupakan kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa.
Contohnya membaca, menulis, dan memukul.
 Verba relasional
merupakan kata kerja yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A adalah
B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B)
 Verba mental
merupakan kata kerja yang menerapkan persepsi (melihat, merasa), afeksi (suka,
khawatir) dan kognisi (berpikir,mengerti)
9. Tahap Merancang atau Membuat
Teks Editorial

PENTING!!!
Ketahui terlebih dahulu :
a) Pernyataan pendapat
b) Argumentasi
c) Pernyataan ulang pendapat
 Memilih topik terkini dan terhangat yang menarik pembaca 
Topik yang menarik akan diminati para pembaca karena pembaca
selalu ingin topik yang terbaru.
 Mengumpulkan data untuk mendukung pendapat
Data berupa fakta-fakta yang berhubungan dengan topik akan sangat
mendukung pendapat yang sudah dibuat.
 Menyesuaikan topik dengan pembaca 
Penulis teks editorial harus memperhatikan bahasa, fakta-fakta dan
pendapat yang dikemukakan apakah sudah tepat atau belum bagi
pembaca..
 Menyunting teks editorial 
Periksa kembali teks yang sudah dibuat agar kaidah kebahasaan,
tanda baca, dan kalimatnya sudah padu dan siap untuk dibaca para
pembaca.
10. Contoh Teks Editorial

“Bola Panas Reklamasi Laut Ancol”

Pengenalan Isu (Tesis)

Gubernur Jakarta Anies Baswedan seharusnya memberikan argumentasi yang


layak sebelum menerbitkan izin reklamasi kawasan rekreasi Ancol. Keputusan
yang dirilis pada akhir Februari lalu tersebut mengingkari janji politiknya pada saat
kampanye. Keputusan ini pula mengancam lingkungan sekitar area reklamasi dan
menabrak perda rencana tata ruang dan wilayah.

Anies menerbitkan keputusan yang memberikan izin perluasan Dufan dan Taman
Impian Jaya Ancol bagian Timur, masing-masing 35 dan 120 hektare. Belakangan
ini, setelah pro-kontra muncul, Anies menyatakan bahwa keputusan tersebut adalah
syarat legal untuk memanfaatkan daratan karena terjadinya penumpukan lumpur
dari pengerukan sungai dan waduk di Jakarta yang mendangkal akibat sedimentasi.
Penyampaian Pendapat (Argumen)

Alasan memanfaatkan hasil penumpukan lumpur tersebut dapat dipahami dan


cukup masuk akal. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak dapat membiarkan
3,4 juta meter kubik lumpur yang kini berubah menjadi daratan  seluas 20
hektare di Ancol Timur. Menelantarkan lahan yang sudah setengah jadi akibat
pemadatan lumpur tentu hanya akan memperburuk lingkungan di sekitar
pesisir utara Jakarta.

Hanya saja pemanfaatan daratan tersebut seharusnya tetap mengacu pada


rencana tata ruang dan wilayah DKI Jakarta. Rencananya, perluasan kawasan
Ancol yang 72% saham perusahaannya dimiliki oleh pemerintah DKI tidak
masuk Perda Tata Ruang yang ada. Secara aturan, daratan yang sudah
terbentuk tidak bisa dijadikan alasan memperluas kawasan Ancol.
Anies berargumen bahwa tujuan perluasan Ancol berbeda dengan proyek
reklamasi di Teluk Jakarta. Selain memberikan akses pantai gratis kepada
masyarakat, ia juga menyatakan bahwa pihaknya akan membangun Museum
Rasulullah dan peradaban Islam di kawasan yang akan direklamasi tersebut.
Namun Gubernur tetap harus memberikan argumentasi mengenai dampak
reklamasi terhadap lingkungan.

Padahal salah satu janji politik Anies untuk meraup suara yang kemudian dapat
mengalahkan Basuki adalah dengan menolak reklamasi. Janji politik tersebut kini
telah ditinggalkannya dengan alasan “sudah terlanjut dibangun”.

Penegasan Ulang

Supaya reklamasi Ancol tidak menimbulkan persoalan di kemudian hari, Anies


sebaiknya mencabut keputusan gubernur yang telah ia terbitkan. Setelah itu,
ajukan terlebih dahulu rancangan peraturan daerah mengenai rencana detail tata
ruang dan wilayah yang mengatur perluasan Ancol lengkap dengan upaya dalam
menghindari dampak kerusakan lingkungannya. Pembahasan aturan tersebut
haruslah transparan agar tidak memicu gejolak baru.

Anda mungkin juga menyukai