Anda di halaman 1dari 24

SISTEM

KOMUNIKASI SATELIT

MODUL 05
Edi Soerjanto, Ir. MSi
Modul Sistem Komunikasi Satelit ini disarikan dari beberapa sumber, literatur, teori maupun praktek dan disusun khusus dipergunakan untuk bahan
kuliah, pembelajaran internal, memperkaya pengetahuan dan wawasan mahasiswa yang disampaikan oleh dosen pengajar yang bersangkutan.
MODUL 05
SPACE SEGMENT :
COMMUNICATION
PAYLOAD SUBSYSTEM
 Repeater : Bent Pipe & Regenerative
 Satellite Footprint
 Frequency Plan
 Polarization & Frequency Convertion
Spacecraft
Propulsion System Subsystem

Telemetry, Attitude Control, Commanding

{
Solar Arrays Fuel, Batteries Solar Arrays
Power/Thermal Systems

Down- High Power


converter Amplifier

Communications Transponder Pre-


Filter
Payload
Transponder Receiver Section amplifier Transmitter Section
Subsystem

SPACE SEGMENT Filte


r

Uplink Downlink

GROUND SEGMENT
USA Tanzania
Earth Stations/ Antennas

Satellite Diagram 4
Prinsip Komunikasi Satelit

Up Link
Down Link
Sistem Komunikasi Satelit
1) Suatu stasiun bumi mentransmitkan signal uplink ke satelit dengan frekuensi dan
polarisasi tertentu ke arah satelit. Signal uplink berisi informasi (voice, video, data
atau internet).
2) Signal diterima di satelit dengan level lemah, karena telah melintasi jarak propagasi
yang cukup jauh dari bumi (pada GEO 36.000km).
3) Di satelit, signal tersebut diperlakukan dengan 2 (dua) macam cara, diperkuat saja
(Bent-Pipe/transparent) atau diperkuat kemudian diperbaiki kualitasnya
(Regenerative melalui baseband processing),
4) Kemudian signal ditransmitkan kembali (signal down link) ke suatu stasiun bumi
receiver. Signal down link akan diubah lagi menjadi signal informasi aslinya (voice,
video, data atau internet).
5) Signal down link diterima di stasiun bumi receive dengan frekuensi dan polarisasi
yang berbeda dibanding signal uplink.
6) Demikian sebaliknya, dari stasiun bumi receive juga mentransmitkan signal dengan
frekuensi dan polarisasi yang berbeda, sehingga membentuk komunikasi 2 (dua) arah.
Communication Payload Subsystem
Merupakan subsystem pada satelit yang digunakan untuk fungsi komunikasi yaitu
memproses signal yang berisi informasi, terdiri dari :

 Communication subsistem, terdiri atas: Antena (Rx & Tx) dan Repeater.
 Pada satelit dilakukan proses : pengulangan (repeater), perbaikan kualitas signal.
penguatan (amplification), baik per kanal frekuensi atau bandwidth keseluruhan.
 Pada satelit juga dilakukan konversi frekuensi dan konversi polarisasi.
 Ada 2 (dua) jenis repeater : Bent Pipe (transparant) dan Regenerative (baseband
processing).
 Repeater terdiri dari kanal-kanal frekuensi, yang disebut Transponder, yang
umumnya bekerja pada 1 – 3 pita frekuensi, mis :
 C-band : Rx 3,7-4,2 GHz; Tx 5,9-6,4 GHz; (BW down/uplink 500 MHz)
 Extended C-band : Rx 3,4-3,7 GHz; Tx 6,4-6,7 GHz (BW down/uplink 300 MHz)
 Ku-band : Rx 12,5-12,7 GHz; Tx 14,2-14,4 Ghz (BW down/uplink 200 MHz)
Communication Payload
Proses Sebagai Repeater
 Signal dari stasiun bumi diterima oleh antena
di satelit lalu diperkuat dengan suatu Pre
Amplifier, kemudian di mixer dengan suatu
frekuensi Local Oscillator, sehingga diperoleh
signal asli yang dimasukkan ke Input
Multiplexer untuk diuraikan menjadi beberapa
signal.
 Signal-signal tersebut masing-masing diperkuat
dengan Power Amplifier dan digabungkan lagi PRE AMP – Pre Amplifier
oleh Output Multiplexer untuk ditransmitkan LOCAL OSC – Local Oscilator
lagi ke bumi melalui antenna. I/P MUX – Input Multiplexer
O/P MUX – Output Multipler
 Umumnya frekuensi dan polarisasi signal saat
diterima dari bumi berbeda dengan frekuensi
dan polarisasi signal saat ditransmitkan
kembali ke bumi, agar tidak terjadi interferensi.
Bent Pipe/Transparant Transponder
 Signal dari stasiun bumi diterima antenna
dalam bentuk input frequency, karena
masih lemah, maka diperkuat dan
dihilangkan noisenya dengan suatu Low
RX dari bumi Noise Amplifier (LNA).
Tx ke bumi
 Signal tersebut kemudian di mixer dengan
suatu frekuensi yang dihasilkan Local
Oscilator, agar diperoleh signal dengan
nilai frekuensi yang lain dan diperkuat
menjadi output frequency yang kemudian
ditransmitkan kembali ke bumi.
 Frekuensi dan polarisasi signal input
frequency umumnya berbeda dengan
frekuensi dan polarisasi signal output
frequency.
Regenerative Transponder

Local Oscilator 1 Local Oscilator 2

 Signal dari stasiun bumi diterima antena lalu diperkuat oleh LNA, kemudian dimixer dengan signal
dari Local Oscilator1. Signal tersebut diperbaiki kualitasnya dengan cara diperkuat kembali, difilter
lalu didemodulasi.
 Setelah dimodulasi, kemudian dimixer dengan frekuensi tertentu yang dihasilkan Local Oscilator 2,
lalu difilter dengan bandwidth tertentu dan diperkuat untuk ditransmitkan kembali ke bumi.
 Signal yang diterima dari dan ditransmitkan kembali ke bumi mempunyai nilai frekuensi dan
polarisasi yang berbeda,
 Atau bisa disebutkan, pada satelit dilakukan konversi frekuensi sebesar nilai local oscillator dan
konversi polarisasi.
Regenerative Repeater
CONTOH LAIN
Satelit Indonesia
Communication payload satelit-satelit Indonesia, umumnya dual band, yaitu
menggunakan frekuensi kerja C-band dan Ku-Band, misalkan :
• Satelit Telkom 2
• C-band payload, mempunyai 24 transponder.
• Slot orbit 118o BT meliputi seluruh Asean, India, Guam dan Asia Tenggara.
• Layanan telekomunikasi Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), Sambungan Langsung In
ternasional (SLI), Internet dan jaringan komunikasi untuk militer.
• Palapa D
 C-Band payload, mempunyai 35 transponder.
 Ku-Band payload, memiliki 5 transponder.
 Slot orbit 113o BT meliput wilayah : Indonesia, Asean dan Asia.
• Satelit BRIsat
 C-Band payload, mempunyai 36 transponder.
 Ku-Band payload, memiliki 9 transponder.
 Slot orbit 150,5o BT meliput wilayah : Indonesia, Asean, dan Asia Timur.
Coverage Area
Payload komunikasi satelit Palapa-D memiliki layanan
sebagai berikut :

 Downlink ASEAN coverage menggunakan antena


komunikasi C-Band.
 Downlink ASIA coverage menggunakan C-band long
focal offset deployable antenna yang terletak pada East
panel.
 Downlink Indonesia coverage menggunakan Ku-band
long focal offset deployable antenna yang terletak pada
West panel.
Footprint Satelit
PALAPA-D
Footprint Satelit
PALAPA-D
Footprint Satelit
PALAPA-D
Steerable Phased Array Antenna
Phased Array Antenna
CONTOH LAIN
Frequency Reuse
 Untuk mengoptimalkan kapasitas, payload satelit umumnya
menggunakan teknik Frequency Reuse, yaitu signal ditransmisikan pada
satu frekuensi yang sama dengan mengaplikasikan dua polarisasi
berbeda, agar dapat menggandakan kapasitas transponder.

 Terdapat 2 (dua) jenis polarisasi, yaitu Polarisasi Linier dan Polarisasi


Circular.
 Satelit Domestik umumnya menggunakan Polarisasi Linier (Vertical dan
Horizontal), misalkan : Telkom, Palapa, BRIsat.
 Satelit Internasional menggunakan Polarisasi Circular (RHCP dan LHCP),
misalkan : Intelsat, Inmarsat
Polarisasi
Frequency Plan
Frequency Plan
Frequency Range

Freq Band BW Tx Freq Rx Freq LO Freq/


Freq Convertion
C-band 500 MHz 5900-6400 MHz 3700-4200 MHz 2225 MHz

Extended C-band 300 MHz 6400-6700 MHz 3400-3700 MHz 3025 MHz

Ku-band 160 MHz 14298-14458 MHz 12550-12710 MHz 1748 MHz


Konversi Polarisasi & Frekuensi
 Di satelit, saat dilakukan perbaikan kualitas signal pada communication payload,
dilakukan juga polarization convertion dan frequency convertion.
 Polarization Convertion, signal yang diterima dengan polarisasi vertical akan
ditransmitkan lagi ke earth station dengan polarisasi horizontal, demikian sebaliknya.
 Frequency convertion, menggunakan Local Oscilator, sehingga dapat dikatakan satelit
melakukan konversi frekuensi sebesar nilai local oscillator terhadap signal yang
diterimanya.
 Local Oscilator/Frequency Convertion :
C-band 2225 MHz, Ext C-band 3025 MHz, Ku-band 1748 MHz

Contoh
Suatu stasiun bumi Tx mentransmitkan carrier C-band pada frekuensi 5950 MHz dengan polarisasi Vertical.
Maka stasiun bumi Rx akan menerima carrier tersebut pada frekuensi (5950-2225) MHz = 3725 MHz dengan
polarisasi Horizontal.

Anda mungkin juga menyukai