Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SISTEM KOMUNIKASI BERGERAK

SATELIT BUMI

NAMA :

ROBERTUS WISNUAJI NUGROHO

NO :

11/319440/TK/38568

PRODI :

TEKNIK ELEKTRO

BAB I
PENDAHULUAN
Stasiun bumi adalah terminal telekomunikasi yang berada di bumi, yang
didesain

untuk

berkomunikasi

dengan pesawat

luar

angkasa atau

menerima gelombang radio dari luar angkasa. Stasiun bumi merupakan terminal yang
dapat berfungsi pada dua arah komunikasi baik sebagai transmiter ataupun receiver.
Stasiun bumi biasanya dibangun di tempat yang jauh dari pemukiman
penduduk karena "radiasi" atau kawasan industri yang berdebu. Di Indonesia stasiun
bumi yang terkenal adalah Stasiun Bumi Jatiluhur, yang merupakan pusat
kendali satelit Palapa.
Satelit pada dasarnya hanya sebagai repeater yang prinsip dasarnya sebagai
stasiun pengulang. Secara garis besar sistem komunikasi satelit terdiri dari dua bagian,
yang terdiri dari :

Space segment terdiri dari satelit dan stasiun bumi.

Earth segment / Ground Segment (GS) terdiri dari seluruh sistem perangkat
pemancar dan penerima suatu sistem komunikasi satelit.
Bagian space segment berorientasi pada proses pengendalian dari satelit baik

yang dikendalikan yaitu satelit dan bagian pengendali yaitu Master Control atau
Stasiun Bumi (SB). Sebagai contoh milik satelit yang terletak di Indonesia. Sedangkan
GS berorientasi terhadap pengguna (user) dari satelit tersebut. Dalam hal ini yaitu
terminal VSAT yang nanti kita gunakan untuk komunikasi berupa data dengan
segmentasi IP address.
Space segment (satelit dan master control) merupakan kesatuan yang tidak
dapat terpisahkan, dimana master control berperan sebagai pengendali utama dari
satelit yang digunakan. Agar tetap berada dalam kondisi yang baik dan dapat

beroperasi sesuai dengan usia yang diprediksikan, maka pada saat pembuatan dengan
selalu meng-update semua respon kondisi satelit dengan beracuan kepada data-data
yang diambil melalui proses Telemetry, Tracking Command, dan Ranging, disamping
sebagai interface antara user ke satelit. Berikut proses yang selalu dilakukan SB untuk
menjaga agar satelit dalam kondisi baik, diantaranya :

Telemetry, adalah berupa data-data yang berisi informasi kondisi satelit, baik
posisi maupun kualitas respon satelit.

Tracking Command atau penjejakan, adalah pengarahan antena SB agar selalu


dapat mengikuti posisi dari suatu satelit.

Ranging, adalah pengukuran jarak satelit terhadap permukaan bumi, dengan


beracuan kepada jarak satelit terhadap SB.
Perangkat ground segment pada stasiun bumi ini, berdasarkan penempatannya

dibedakan menjadi 2 jenis yaitu indoor dan outdoor unit.


1. In-door Unit : Perangkat dasar penyusunan station bumi yang umumnya
bersifat sensitif sehingga diletakkan pada sisi dalam ruangan, contoh perangkat
indoor adalah :

Modem dan multiplexer

Baseband Processor, Alarm dan Control power supply

2. Out-door Unit Adalah unit perangkat yang letak atau posisi efisiensi relatif
penggunaannya berada pada luar ruangan. Contoh perangkat outdoor unit
adalah :

Up/ Down Converter

SSPA (Solis State Power Amplifier) atau HPA (High Power Amplifier)

PSU (Power Supply Unit)

Antena sub-sistem : Reflektor, Freedhorn, LNA (Low Noise Amplifier),


Grounding instrumen, Mounting instrumen dan Assembly intrument.

Sedangkan sistem stasiun bumi menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi :

Stasiun bumi besar, yaitu stasiun bumi yang ditempatkan di kota-kota yang
traffiknya padat.

Stasiun bumi sedang, yaitu stasiun bumi yang ditempatkan di kota-kota yang
traffiknya kurang padat.

Stasiun bumi kecil, yaitu stasiun bumi yang ditempatkan di kota-kota yang
traffiknya rendah atau di daerah yang terpencil yang dianggap strategis.

BAB II
PERLENGKAPAN STASIUN BUMI

Bagian-Bagian dalam Stasiun Bumi

I. Radiowave Frequency
1. Antena Parabola
Merupakan perangkat yang berguna untuk menerima dan mengirim sinyal dari
atau ke satelit agar pencaran gelombang tepat pada terarah kepada satelit. Antena
Parabola berfungsi sebagai penguat daya dan mengubah dari gelombang RF
terbimbing menjadi gelombang RF bebas dan sebaliknya.
Karakteristik yang dibutuhkan oleh antenna pada stasiun bumi adalah :

high directivity, pada arah posisi nominhal satelit

low directivity pada arah selain yang digunakan oleh high directivity, terutama
untuk satelit sekitar untuk mengurangi kemungkinan terjadinya gangguan pada
system yang lainnya

efisiensi antenna harus bisa setinggi-tingginya selama mungkin untuk kedua


band frekuensi (uplink dan downlink) pada pengoperasian antenna

nilai isolasi yang tinggi antara polarisasi orthogonal

noise temperature yang diusahakan bisa sekecil-kecilnya

kemampuan untuk bekerja secara terus-menerus menghadap arah satelit


dengan akurasi yang tinggi

batas kemampuan antenna sejauh mungkin, setelah diperhitungkan dengan


berbagai aspek (seperti angin, temperature, dll) pada kemampuan secara
general.
1.1 Karakteristik Radiasi
Antena yang digunakan untuk stasiun bumi biasanya merupakan tipe
parabola reflector yang merupakan tipe dengan radiating aperture. Untuk
antenna stasiun bumi, parameter yang penting untuk menunjukkan
karakterisasi dari lingkup daerah radiasi adalah gain, panjang gelombang
angular, dan isolasi dari polarisasi itu sendiri. Gain dari antenna berasal dari
perhitungan yang didapatkan dari nilai effective isotropic radiated power (EIRP)
dan nilai figure of merit (G/T) dari stasiun bumi. Panjang gelombang antenna
menentukan tipe dari system tracking yang digunakan berdasarkan
karakteristik tertentu dari orbit satelit. Besar isolasi untuk polarisasi
menentukan kemampuan antenna untuk beroperasi pada system dengan
frekuensi yang digunakan kembali oleh polarisasi orthogonal. Dengan
mengasumsikan bahwa daya pembawa untuk polarisasi orthogonal adalah
sama, gangguan yang ditunjukkan oleh antenna dari satu carrier pembawa
menuju carrier yang laiinya adalah sama dengan isolasi polarisasi yang harus
lebih besar dari nilai yang telah diprediksi.

1.2 Temperatur Noise Antena


Untuk stasiun bumi, noise yang didapatkan pada antenna berasal dari
langit dan radiasi pada permukaan bumi. Noise ini berdasarkan pada frekuensi,
sudut elevasi, dan kondisi atmosfer (langit cerah atau hujan). Tipe antenna yang
dipasang juga memiliki efek pada kontribusi radiasi dari darat.
Meningkatnya noise temperature dari antenna pada saat konjungsi
bergantung pada temperature terangnya cahaya matahari pada bidang
frekuensi yang digunakan.

Pada gambar di atas, menunjukkan variasi dari temperature antenna


apabila pergerakan dari matahari bertemu dengan jarak sinyal antenna. Poinpoin yang penting dari gambar di atas adalah :

Selama matahari berada pada jarak yang jauh dari sumbu antenna,
maka dapat diketahui bahwa temperature antenna adalah sama dengan
nilai nominal pada langit cerah.

Saat matahari mlai mendekati jarak sinyal antenna, maka dapat


diketahui bahwa nilai noise temperaturnya akan meningkat ( dalam
sudut 1, maka akan meningkat namun masih belum dalam
temperature maksimal yang memungkinkan terjadi pada antenna) dan
masih memungkinkan untuk tidak terjadinya interupsi.

Apabila nilai TA = TA acc (saat posisi matahari berada di lokasi yang


optimal dan tegak lurus dengan antenna) maka akan terjadi interupsi
pada servis yang dijalankan. Posisi pusat matahari dengan sumbu
antenna menjelaskan sudut setengah diameter dari zona interferensi
solar.

Saat perbahan dari zona interferensi, bila besar temperature noise


antenna TA melebihi batas yang diperbolehkan TA acc maka servis
sudah pasti akan terinterupsi.

Servis akan dilakukan kembali apabila kualitas yang diberikan oleh


antenna menjadi lebih kuat dibandingkan dengan nilai tujuan saat mode
degradasi dan saat posisi dengan matahari keluar dari daerah
interferensi.

Untuk menghitung limit temperature noise antenna yang diperbolehkan


setelah terus bertambah dapat menggunakan rumus :
TA acc = T(100.1M-1)LFRX (K)

Dengan keterangan sebagai berikut :


T = temperature noise system saat langit cerah
M = total margin
LFRX = losses feeder

2. Radio Frequency
Pada subsistem radio frekuensi terdapat :

pada bagian penerima, perlengkapan low noise amplifier dan perlengkapan


untuk routing sinyal carrier yang diterima menuju channel demodulasi.

pada bagian pengirim, perlengkapan untuk memodulasi sinyal carrier yang akan
dikirimkan dengan power amplifier.
Pada segala arah, converter frekuensi membentuk sebuah jaringan dengan

subsistem telekomunikasi yang beroperasi saat frekuensi sedang.


2.1 Perlengkapan Pada Penerima
Untuk mengetahui figure of merit (G/T) pada stasiun bumi dengan
ditentukan oleh besarnya system temperature noise T dengan persamaan
seperti berikut ini :

Dimana TA adalah temperature antenna, LFRX adalah losses feeder


antara permukaan antenna dengan input penerima, TF adalah temperature
secara fisik pada koneksi, dan TeRX adalah temperature noise input efektif dari
penerima.
2.1.1 Low Noise Amplifier
Adalah suatu penguat pada arah terima yang berfungsi untuk
mempurkuat sinyal yang diterima dari antenna parobola, LNA harus
ditempatkan sedekat mungkin dengan antena, hal ini dimaksudkan
untuk mendapatkan G/ T (Gain to Noise Temperature Ratio) lebih baik.

Noise yang Dihasilkan dari Low Noise Amplifier (LNA) Menggunakan


High Electron Mobility Transistors (HEMTs)

Pada table di atas memberikan gambaran temperature noise


sebagai suatu fungsi pada ranah frekuensi dari HEMT amplifier. Alat
thermoelektrik Peltier memberikan kemampuan untuk mengurangi
temperature pada elemen aktif hingga -50oC. Temperatur noise pada
amplifier kemudian dikurangi untuk dibandingkan dengan temperature
saat operasi ambient.
2.1.2 Frequency Downconversion
Setelah amplifikasi low noise dilakukan, sinyal carrier yang
diterima pada ranah frekuensi digunakan sebagai sambungan kemudian
diubah menjadi frekuensi sedang yang lebih rendah dimana operasi
filter dan memproses sinyal lebih mudah. Cara mengkonversinya antara
menggunakan fullband conversion pada penerima atau dengan carrier
by carrier.
Fullband conversion dari band frekuensi digunakan dalam
perlengkapan dengan maksud untuk menerima carrier channel tunggal
(SCPC). Distribusi carrier menuju demodulator yang berbeda dilakukan
pada frekuensi intermediate (140 MHz) dan pemiihan frekuensi carrier
tertentu dilakukan oleh tugas demodulator.
Carrier by carrier conversion menggunakan perlengkapan
konversi frekuensi yang memperbolehkan carrier terkait untuk dipilih

dan dikonversi menjadi frekuensi intermediate. Frekuensi intermediate


ini tetap sama tidak melihat frekuensi pada RF carrier penerima, proses
tuning ini dilakukan pada downconverter dengan mengontrol frekuensi
oscillator local. Frekuensi intermediate yang digunakan adalah 70 MHz
dan 140 MHz.

Diagram blok penerima (a) fullband conversion dan (b) carrier by carrier conversion

2.2 Perlengkapan pada Pengirim


Power per carrier Pt yang berasal dari perlengkapan transmisi
menentukan nilai EIRP, yang merupakan karakteristik dari stasiun bumi apabila
link turut diperhitungkan. Power carrier yang tersedia Pt pada input antenna
bergantung pada power PHPA dari power amplifier, LFTX yaitu feeder loss
diantara output amplifier dan permukaan antenna, dan power loss LMC
didalam beberapa operasi carrier dapat dituliskan dalam persamaan :

2.2.1 High Power Amplifier


HPA merupakan penguat akhir dari sinyal RF sebelum
dipancarkan ke satelit melalui antenna parabola, input dari HPA adalah
sinyal RF dari Up converter dengan daya rendah sehingga dikuatkan oleh
HPA sinyal RF tersebut mempunyai daya yang cukup untuk diberikan ke
antena selanjutnya dapat dipancarkan ke satelit dengan harga EIRP yang
telah disyaratkan.
Power amplifier subsistem menggunakan tabung atau power
transistor yang sudah disesuaikan dengan preamplifier dan linearizer.
Subsistem ini juga sudah dilengkapi dengan proteksi dan perlengkapan
ontrol dan kemungkinan system pendingin. Berikut jenis-jenis power
amplifier yang digunakan pada zaman sekarang :
2.2.1.1 Tube Amplifier
Tube amplifier yang digunakan pada stasiun bumi adalah
klystrons atau tabung gelombang bergerak (Travelling Wave
Tube TWT). Benda ini berstruktur secara umum yaitu terdapat
electron gun, system untuk melakukan focus pada electron yang
dapat merealisasikan extended cylindrical beam didapatkan, alat
yang dapat menconvert kinetic energy dari electron menjadi
energy elektromagnetik, dan dapat mengumpulkan electron.
Berikut perbandingan antara klystrons, TWT, dan FET :

Tube amplifier memberikan power yang tinggi untuk


diproduksi dank arena itu telah digunakan secara luas di stasiun
bumi. Pilihan untuk memilih travelling wave tube dengan
klystons bergantung pada bandwidth, karena untuk output
power yang sama maka keuntungan ada pada klystron. Pilihan
power yang tersedia hanya berbeda pada frekuensi yang pada
tube menyediakan servis pada 17 GHz (untuk link feeder) dan 30
GHz.
Tube amplifier memerlukan power supply yang benarbenar sesuai ntuk memberikan tegangan beragam (sampai
dengan 10kV) yang dibutuhkan pada elektroda.
2.2.1.2 Transistor Amplifiers
Amplifier semikonduktor menyediakan power sampai
dengan 100 W pada band C (6 GHz) dan berpuluhan watt pada
band Ku (14 GHz). Amplifier ini biasanya menggunakan gallium
arsenide (GaAs) transistor field effect yang dipasang secara
parallel. Walaupun hanya menyediakan power rendah (yang
secara

berkala

terus

meningkat

seiring

berkembangnya

teknologi), transistor amplifier semakin banyak digunakan

dikarenakan biaya yang rendah, linearitas, dan rentang


bandwidth yang lebar.
2.2.1.3 Karakteristik Power Amplifier
Non linear. Power amplifier memiliki sifat non linear.
Karena power carrier yang digunakan pada input amplifier telah
meningkat, ada daerah pada operasi quasi linear pada tingkat
rendah yang setelah itu power output tidak lagi meningkat sesuai
dengan proporsi pada power input. Maximum power output saat
saturasi pada operasi carrier tunggal (P01) adalah power yang
telah dirating menurut data sheet manufaktur (PHPA).
Untuk membatasi intermodulasi noise apabila beberapa
carrier diamplifikasi secara bersamaan menjadi nilai yang
compatible dengan total kebtuhan biaya link, maka disarankan
untuk mengoperasi amplifier dibawah daerah saturasi. Output
back off (OBO), didefinisikan sebagai rasio power output dari
jnlah n carrier (Pon) dengan power saturasi. Power yang
terdistribusikan pada output amplifier untuk carrier dapat
dituliskan dalam persamaan :

Lalu karakteristik kedua adalah variasi gain. Gain yang


diinginkan pada power amplifier tergantung pada variasi
berbagai fungsi parameter. Berikut aplikasi yang diinginkan :

stabilitas dari gain sebagai fungsi waktu (e.g. <= 0.4 dB/24
h) pada tingkat input konstan

magnitude dari variasi gain sebagai fungsi frekensi


didalam bandwidth untuk tingkat power (e.g. <= 4 dB
dalam 500 MHz)

maksimum dari rate of change of gain fluctuation sebagai


fungsi frekuensi pada band yang ditentukan (e.g. <= 0.05
dB per MHz)

Karakteristik yang ketiga adalah Standing Wave Ratio


(SWR) dan waktu propagasi. Batas maksimum SWR adalah
ditentukan pada input dan output dari amplifier dan juga untuk
beban yang diberikan. Grop delay didalam band frekuensi power
amplifier bervariasi sebagai fungsi frekuensi.
Karakteristik keempat adalah RF/DC efisiensi. Ini
didefinisikan sebagai rasio dari output RF power menjadi arus
searah tegangan power diperlukan untuk mengoperasikan
amplifier. Efisiensinya bergantung pada point operasi back off
value dan secara tipikal maksimum pada saturasi.

Perbandingan Teknologi Power Amplifier

2.2.2 LInearisers
Penggunaan linearisers semakin menjadi hal yang general
dengan maksud untuk membatasi efek non linear amplifier.
Dikombinasikan dengan preamplifier , atau terletak sebelumnya,
linearisers secara umum memproduksi amplitude dan distorsi fase sinyal
untuk mengkompensasikan karakteristik tertentu dari power amplifier.
Untuk tingkat noise intermodulasi tertentu, linearizer dapat melakukan
reduksi back off (dalam nilai yang absolute) yang menyebabkan
amplifier dapat dioperasikan mendekati saturasi.

Lineariser non linear tipe predistortion

2.3 Redundancy
Untuk memenuhi tujuan berupa reliabilitas dan ketersediannya yang
ditentukan, terkadang diperlukan untuk mem-backup perlengkapan frekuensi
radio di stasiun bumi. Sepanjang area input masih diperhitungkan, penggunaan
penerima redundant adalah normal kecuali untuk stasiun kecil dimana tidak
memperhitungkan redundancy. Karena operasi pada stasiun dimonitor, sangat
jarang untuk memiliki lebih dari satu system standby karena pengelolaan
stasiun sangat dijamin.

3. Subsistem Komunikasi
Subsistem komunikasi pada bagian pengirim terdiri dari perlengkapan untuk
menconvert sinyal baseband menjadi carrier frekuensi radio untuk amplifikasi, dan
pada bagian penerima subsistem ini menkonvert carrier pada output low noise
amplifier menjadi sinyal baseband.
Sinyal baseband dapat berupa analog maupun digital. Pada kasus analog, sinyal
baseband dapat menjadi chanel telefon pada saat single channel per carrier (SPSC)
system transmisi, multipleks channel televisi, sinyal televisi atau program suara. Dalam
digital, sinyal baseband berupa bentuk bit stream yang merespon pada satu atau
mulitpleks oleh channel suara atau paket data. Fungsi yang dapat direalisasikan pada
bagian penerima dapat ditunjukkan sebagai berikut :

konversi frekuensi carrier (RF) menjadi frekuensi intermediate (Intermediate


Freqency IF)

filter dan ekualisasi untuk delay grup propagasi

demodulasi carrier
Pada bagian pengirim apabila menggunakan TDMA, diperlukan untuk membuat

grup bits dari sinyal baseband menjadi paket yang akan dimasukkan pada waktu yang
tepat yang disediakan oleh frame. Untuk sinyal analog, beberapa operasi yang
dilakukan :

modulasi dari carrier pada frekuensi intermediate

filter dan ekualisasi untuk delay grup propagasi

konversi modulasi carrier menjadi frekuensi radio.

3.1 Translasi Frekuensi


Fungsi dari subsistem translasi frekuensi adalah untuk memilih carrier
dalam band tertentu pada output low noise amplifier dan melakukan translasi
spectrum carrier tadi menjadi frekuensi intermediate. Translasi frekuensi dapat
dibagi menjadi dua tipe, yaitu single atau dual conversion.
3.1.1 Single Frequency Conversion
Translasi frekuensi system terdiri dari filter bandpass yang
memiliki puast pada frekuensi radio carrier yang akan diterima dan
mixer yang juga akan digabungkan dengan sinyal dari oscillator local.
Filter pada input berguna untuk menghilangkan frekuensi gambar yang
merupakan karakteristik dari proses konversi frekuensi. Untuk nilai
frekuensi intermediate yang rendah (ex: 79 MHz), maka perlu
disediakan filter frekuensi radio dengan selektivitas tinggi yang sudah
tuning dengan frekuensi carrier yang akan diterima, seperti contoh bila
fIF (frekuensi intermediate) = 70 MHz, maka selektivitasnya harus dalam
order 200 pada 12 GHz.

Seleksi carrier yang diterima didapatkan dengan cara mengubah


frekuensi dari oscillator local dan frekuensi tengah dari filter tolak
gambar. Realisasi dari bisa diatur dan mudah dikontrol filter frekuensi
radio sangatlah susah dan frekuensi ganda berubah struktur lebih
diandalkan.

Single conversion downconverter

3.1.2 Dual Frequency Conversion


Untuk dapat memberikan kecepatan frekuensi tanpa perlu
melakukan tuning pada filter input menuju carrier yang akan diterima,
sangat perlu untuk menjaga frekuensi gambar diluar band frekuensi.
Frekuensi yang didapatkan setelah tranlasi pasti akan sama
tinggi dengan lebar dari bandwidth penerima. Beberapa konfigurasi
menggunakan smber frekuensi radio tetap untuk oscillator pertama.
Tuning kemudian dicapai dengan menyesuaikan frekuensi pada
oscillator kedua (synthesizer) yang beroperasi pada frekuensi rendah
dan mudah untuk didesain. Namun, pada frekuensi intermediate
pertama bukan merupakan nilai tetap dan perlu untuk diasosiasikan
dengan filter band pass agar dapat detuning.

Dual Frequency Conversion


3.1.3 Karakteristik dari Frequency Translation Subsystems
Selain kapasitas untuk kecepatan frekuensi yang menentkan
jarak frekuensi dapat diterima sebagai input dan sinyal output,
karakteristik spesifik dapat dituliskan sebagai berikut :

stabilitas frekuensi pada oscillator local (waktu lama dan noise


fase)

tingkat maksimum dari komponen frekuensi spurious

waktu yang panjang untuk stabilitas gain di band frekuensi

linearitas (tingkat intermodulasi produk)

3.2 Modems
Operasi modulasi (pada sisi transmisi) dan demodulasi (pada sisi
penerima) akan direalisasi pada frekuensi intermediate. Subsistem modem
direalisasikan bergantung pada tipe sinyal baseband (multiplex atau channel
tunggal), tipe channel coding (FEC), tipe modulasi carrier, dan mode akses
jamak (FDMA, TDMA, MF/TDMA, CDMA).

BAB III
MACAM-MACAM STASIUN BUMI
Stasiun bumi secara umum dapat dikategorikan berdasarkan tipe servis atau
layanan yang disediakan dan fungsinya walaupun stasiun bumi tersebut dapat juga
diklasifikasikan berdasarkan besar antenna yang dimiliki. Berdasarkan tipe servis atau
layanan yang diberikan oleh stasiun bumi, stasiun bumi sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kategori sebagai berikut :
1. Fixed Satellite Service (FSS) Earth Stations
Fixed Satellite Service (FSS) adalah kata yang lebih sering digunakan di Amerika
Utara. Layanan yang diberikan melibatkan penggunaan satelit komunikasi geostasioner
untuk kegiatan telepon-menelepon, komunikasi data, radio dan televisi broadcast.
Penggunaan berada di frekuensi mana bekerjanya, tergantung pada negara yang
menggunakannya. Pada negara seperti Eropa, penggunaan satelit ini berada di rentang
frekuensi antara 11.45 GHz hingga 11.7 GHz dan 12.5 GHz hingga 12.75 GHz (pada
band Ku) dan 3.7 GHz hingga 4.2 GHz (pada band C). Untuk perbandingannya dapat
kita bandingkan dengan negara seperti Amerika yang menggunakannya pada rentang
frekuensi 11.7 GHz hingga 12.2 GHz (pada band Ku).
Spesifikasi yang diberikan oleh Fixed Satellite Service ini berdasarkan besar
stasiun buminya adalah :

stasiun bumi besar

G/T = 40dB/K

stasiun bumi sedang :

G/T = 30dB/K

stasiun bumi kecil

G/T = 25 dB/K

stasiun bumi terminal sangat kecil dengan fngsi mengirim atau menerima sinyal

G/T = 20 dB/K

stasiun bumi terminal kecil dengan fungsi hanya receiver


:

G/T = 12 dB/K

FSS beroperasi dengan tingkat power yang lebih rendah dibandingkan dengan
Broadcast Satellite Service (BSS) an karena itu lebih membutuhkan plan yang lebih
besar. Selain itu, transponder pada satelit BSS menggunakan polarisasi linear yang
dapat dibedakan dengan sifat transponder pada BSS yang melakukan polarisasi secara
sirkular.

FSS terminal sangat kecil (Transmit/Receive)

2. Broadcast Satellite Service (BSS) Earth Stations


Secara teknis, broadcast satellite service atau BSS dikenal oleh International
Telecommunications Union (ITU) sebagai layanan yang diberikan oleh satelit dalam
band frekuensi yang tertentu dan spesifik. Penggunaan rentang frekuensinya pun
dibagi menjadi beberapa negara dalam rentang frekuensi yang sama, seperti 10.7 GHz
hingga 12.75 GHz pada daerah ITU-1 (Eropa, Rusia, Afrika), 12.2 GHz hingga 12.7 GHz
pada daerah ITU-2 (Amerika Utara dan Amerika Selatan), dan 11.7 GHz hingga 12.2

GHz pada daerah ITU-3 (Asia, Australia). ITU kemudian mengadaptasikan rencana
penggunaan BSS pada tahun 1977, yang berisi bahwa setiap negara memiliki frekuensi
spesifiknya sendiri untuk digunakan pada lokasi orbit tertentu untuk layanan domestic.
Kemudian BSS dikenal kembali dengan nama Direct Broadcast Service atau DBS atau
lebih dikenal lagi dengan nama Direct-to-Home atau DTH. Istilah DBS lebih sering
digunakan dengan DTH digunakan untuk menamai layanan audio untuk analog dan
video digital yang didapatkan dari jaringan yang kecil.
Spesifikasi yang diberikan pada BSS ini dengan perbedaan besar stasiunnya
adalah sebagai berikut :

stasiun bumi besar

G/T = 15 dB/K

(digunakan untuk keperluan

G/T = 8 dB/K

(digunakan untuk keperluan

masyarakat luas)

stasiun bumi kecil


individu)

BSS terminal sangat kecil

3. Mobile Satellite Service (MSS) Earth Stations


Salah satu layanan yang sering digunakan untuk satelit Mobile Satellite Service
ini adalah penggunaan satelit telepon. Ini adalah tipe komunikasi yang bersifat mobile
yang dapat menghubungkan menuju satelit sebagai pengganti site selular permukaan
bumi. Mobile satellite service diberikan layanan dari geostasioner dan juga satelit orbit
rendah bumi. Untuk kasus geostasioner, tiga atau empat satelit dapat menjaga formasi
dengan posisi pada area jangkauan global secara kontinu. Satelit-satelit ini sangat
berat sehingga untuk membawanya dan meluncurkannya ke luar angkasa akan
memakan biaya yang sangat mahal. Satelit geostasioner berdasarkan layanan mobile
dapat merasakan terjadinya delay saat melakukan aktifitas telpon-menelpon ataupun
menggunakan layanan data. Selain itu juga terdapat kelemahannya yang lain untuk
system satelit geostasioner ini yaitu terkadang bisa kehilangan arah pandang antara
satelit dengan telepon dikarenakan tertutupi dengan adanya halangan atau rintangan
diantara keduanya.

Iridium System

Kelemahan dari system satelit geostasioner dapat diatasi oleh system satelit
Low Earth Orbit (LEO). Untuk system satelit LEO sendiri, berbagai halangan yang akan
menghalangi akses satelit dengan telepon hanya terjadi untuk selang waktu yang
pendek, dikarenakan aka nada satelit lain yang akan lewat tepat di atas pengguna
telpon. Salah satu keunggulan yang paling mencolok dari satelit LEO berdasarkan
system komunikasi adalah jarak nirkabel coverage yang sangat luas dan mendunia
tanpa adanya celah yang mungkin terjadi. Akan tetapi, satelit LEO perlu untuk menjaga
coverage yang tak dapat diinterupsi. Gambar Iridium diatas merupakan salah satu
system satelit LEO yang mendominasi untuk urusan layanan satelit mobile. Iridium
mengoperasikan 66 satelit yang memiliki orbit di orbit polar. Jaringan radio digunakan
diantara satelit-satelit agar dapat memberikan informasi data menuju satelit terdekat
yang terhubungkan dengan stasiun bumi.
Untuk spesifikasi pada MSS, adalah sebagai berikut berdasarkan besar
stasiunnya :

stasiun bumi besar

stasiun bumi sedang :

G/T = -12 dB/K

stasiun bumi kecil

G/T = -24 dB/K

G/T = -4 dB/K

Pada stasiun bumi besar dan sedang memiliki tracking didalam stasiunnya,
namun tidak demikian untuk stasiun bumi MSS kecil yang tidak memiliki
perlengkapan tracking.

Kemudian stasiun bumi juga dapat dikategorikan menjadi tiga fungsi yang
mendominasi berdasarkan kegunaannya. Kategori-kategori tersebut adalah :
1. Single Function Stations
Stasiun Single function memiliki karakteristik yaitu memiliki satu tipe jaringan
menuju satelit atau konstelasi satelit. Stasiun-stasiun ini mungkin hanya bisa
melakukan pengiriman sinyal saja, penerimaan sinyal saja, atau mungkin bisa
keduanya. Contoh dari penggunaan stasiun fungsi tunggal adalah pada terminal TVRO
(television receive only) yang digunakan untuk penerimaan sinyal televisi oleh
individual. Selain itu contoh lainnya adalah terminal radio satelit, terminal hanya

mampu menerima yang digunakan untuk stasiun broadcast televisi, dua arah terminal
VSAT yang digunakan oleh toko jual kembali sebagai point penjualan komunikasi
dengan hub korporat, satelit portable yang dapat dibawa-bawa berbentuk terminal
telepon yang didesain untuk bekerja dengan konstelasi satelit tunggal.

Contoh Single Function Stations : Terminal TVRO

2. Gateway Stations
Stasiun gateway ini berguna sebagai perantara antara satelit-satelit dengan
jaringan permukaan bumi dan juga sebagai titik transit antara satelit. Stasiun ini
terhubungkan dengan jaringan permukaan bumi dengan berbagai teknologi transmisi,
seperti dengan menggunakan kabel layaknya kabel koaxial, kabel fiber optic, dan
lainnya serta menggunakan teknologi nirkabel seperti menara microwave. Tidak
seperti stasiun bumi fungsi tunggal dimana hal yang paling penting pada stasiun bumi
tersebut adalah pada operasi up-link dan down-link; namun berbeda dengan stasiun
gateway yang hal paling utama dilakukan pada stasiun tersebut adalah memproses
sinyal.

Stasiun gateway menerima berbagai sinyal permukaan bumi dalam jumlah


besar dalam setiap waktu. Sinyal yang diterima ada berbagai macam, seperti sinyal
telepon, sinyal televisi, dan stream data. Sinyal-sinyal tersebut datang dengan berbagai
format dan menggunakan berbagai macam tingkat multiplexing dan standar
telekomunikasi. Banyak aktifitas memanipulasi sinyal terjadi di sini dan karena itu
sebelum sinyal tersebut diarahkan menuju satelit yang dituju, maka sinyal tersebut
harus selesai diproses di stasiun gateway ini. Antena yang digunakan pada stasiun
gateway bekerja dengan spesifik terhadap system satelit dan telah didesain
sedemikian rupa dan dibuat mengikuti aturan dan standar yang dikelarkan oleh pemilik
satelit.

3. Teleports
Teleport adalah tipe variasi dari stasiun gateway yang dioperasikan oleh pihak
yang biasanya buka merupakan bagian dari system satelit yang spesifik. Teleport
berguna bagi perusahaan yang tidak terlalu membutuhkan konektivitas tinggi dengan
satelit yang bukan merupakan milik mereka sendiri. Stasiun ini juga berguna untuk
bisnis yang berhubungan dengan rumah terutama rumah yang berada di tempat yang
ramai dan kurang memiliki jarak pandang dengan satelit yang diinginkan dikarenakan
dekatnya bangunan tinggi lainnya maupun halangan yang lainnya. Teleport biasanya
memiliki lokasi diluar kota dan konektivitas dari perusahaan pengguna dengan stasiun
teleport dilakukan dengan perantara hub. Semua pengguna dihubungkan dengan hub
dan hub terhubungkan dengan stasiun teleport melalui fibre optic atau dengan
menggunakan jaringan microwave.
Stasiun teleport modern sekarang dapat disebut serbaguna dan terkadang
memiliki jarak pelayanan yang lebar sesuai dengan standar dari banyak operasi satelit
yang dapat memberikan pelayanan dengan jarak yang lebar terhadap pengguna.
Pelayanan yang diberikan oleh stasiun teleport biasanya memiliki format konversi,
enkripsi, produksi dan post produksi, pelayanan balik dan bahkan uplink yang dapat
dipindah dalam suatu kejadian yang singkat.

Berdasarkan aplikasinya maka stasiun bumi dapat dibedakan menjadi tiga


kategori, yaitu :
1. Transmit and receive
Pada stasiun bumi ini, dapat melakukan kegiatan pengiriman data dan dapat
menerima data. Realisasi dari stasiun bumi ini antara lain seperti dapat melakukan
kerja stasiun transmit dan juga stasiun receive sekaligus.

Ilustrasi transmit and receive

2. Receive only
Pada stasiun bumi ini, hanya dapat melakukan pengumpulan data saja dan
tidak bisa menyebarkannya. Realisasi dari stasiun ini seperti pada Shoal Bay Receiving
Station yang digunakan untuk mengintercept dan memonitor satelit komunikasi
Indonesia dan mengumpulkan informasi mengenai aktifitas yang terjadi pada militer
Indonesia.
3. Tranmit only

Pada stasiun bumi ini dilakukan instalasi untuk mengirim sinyal frekuensi radio
untuk komunikasi nirkabel, broadcasting, jaringan microwave, mobile telepon, dan
untuk tujuan yang lain. Stasiun bumi ini hanya dapat melakukan pengiriman dan tidak

dapat menerima sinyal yang dikirim dari stasiun bumi yang lainnya. Contoh dari
penggunaan stasiun bumi ini adalah stasiun televisi.

Untuk stasiun bumi yang dibedakan berdasakan ukurannya, dapat dibagi


menjadi lima kategori yaitu :
1. Small Earth Stations

antenna memiliki diameter ukuran kurang dari 60 panjang gelombang

diameter antenna = 5m pada frekuensi 4GHz, 1.6m pada frekuensi 11 Ghz

memiliki gain = kurang dari 44 dB

tipe parabola = parabola umpan depan

arah tetap, tidak perlu menggunakan system auto track yang mahal

aplikasi : TURO (TV receive only) system, layanan mobile, layanan maritime

2. Micro Earth Station

ukuran : 2 sampai 6 kaki

biaya sangat terjangkau

aplikasi : DBS

3. Very Small Aperture Terminals (VSAT)

stasiun bumi biaya rendah, kecepatan rendah

ukuran antenna : 1.2 hingga 2.5 diameternya

G/T <15 dB/K

aplikasi : layanan broadcasting data, layanan data dua arah, transmisi dokumen
dan chart

4. Large earth station


5. Medium earth station

BAB IV
KESIMPULAN
Dari awal mula era komunikasi satelit, stasiun bumi telah terus berkembang
walaupun perlengkapan secara general pada stasiun masih tetap tak berubah.
Perkembangan ini telah menjadi bukti dari pengurangan ukuran stasiun bumi.
Ukuran diameter antenna, yang pada awalnya berukuran 30 m, sekarang dapat diubah
menjadi lebih kecil lagi menjadi beberapa puluh sentimeter. Ini juga dikarenakan
meningkatnya effective isotropic radiated power (EIRP) dari satelit komunikasi dengan
penggunaan teknik transmisi yang memiliki performa tinggi.
Secara nyata, mnculnya system baru yang memperbolehkan eksploitasi yang
lebih baik dari karakteristik tertentu satelit, seperti kapasitas broadcast, dan
kemungkinan untuk mengakses secara menyebar kepada pengguna tanpa biaya
tambahan.
Banyak dari system yang menggunakan stasiun bumi berukuran kecil yang
ditanamkan pada lokasi pengguna dan menyediakan kemampuan jaringan telefon
secara langsung, komunikasi data dengan ukuran terminal yang kecil (VSAT) pada
jaringan privat, akses internet, dan penerimaan video. Untuk komunikasi secara mobile,
batasan power dan bobot, dan juga penggunaan tracking untuk antenna omnidireksi,
harus dapat dijadikan bahan yang dipertimbangkan untuk dikembangkan.

Anda mungkin juga menyukai