Anda di halaman 1dari 7

Pemateri :

Nama :
Bp. T Yogaswara
Firma Hafiz Triaji
Bp. Rudi H.
Kelas : Sistem Komunikasi Satelit Mata Pelajaran:
3 TKJ A Instalasi WAN
No. Absen :
SMKN 1 Cimahi
13

Sistem Komunikasi Satelit

Prinsip dasar komunikasi satelit adalah sistem komunikasi radio dengan satelit
sabagai stasiun pengulang. Konfigurasi suatu sistem komunikasi satelit terbagi atas dua
bagian, yaitu ruas bumi (ground segment) dan ruas angkasa (space segment). Ruas
bumi terdiri dari beberapa stasiun bumi yang berfungsi sebagai stasiun bumi pengirim
dan stasiun bumi penerima, sedangkan ruas angkasa berupa satelit yang menerima
sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi pengirim, kemudian memperkuatnya dan
mengirimkan sinyal tersebut ke stasiun bumi penerima.

Pada sistem komunikasi satelit yang menggunakan orbit geosinkron, jarak yang
harus ditempuh sangat jauh, yaitu sekitar 36.000 km. Hal ini menyebabkan redaman
lintasan menjadi sangat besar, sehingga level daya terima sangat lemah. Untuk
mengatasi masalah ini, diperlukan peralatan yang mempunyai kehandalan tinggi, baik
dari segmen angkasa maupun segmen bumi.
Sesuai dengan ketinggian orbitnya, sistem komunikasi satelit bergerak terdiri dari
tiga jenis orbit, yaitu:
a. LEO (Low Earth Orbit) pada ketinggian 500 km sampai dengan 2.000 km.
b. MEO (Medium Earth Orbit) pada ketinggian 5.000 km sampai dengan 20.000 km.
c. GEO (Geosynchronous Earth Orbit) pada ketinggian 35.786 km.
Link Komunikasi Satelit

Link komunikasi satelit terdapat dua lintasan utama, yaitu uplink dan downlink. Uplink
merupakan lintasan dari stasiun bumi ke satelit, sedangkan downlink merupakan
lintasan dari satelit ke stasiun bumi. Untuk hubungan link komunikasi dapat dilakukan
melalui beberapa konfigurasi, yaitu: hubungan point-to-point, point-to-multipoint,
multipoint-to-poit, dan multipoint-to-multipoint. Dalam sistem komunikasi satelit, untuk
uplink biasa digunakan konfigurasi multipoint-to-point, sedangkan untuk downlink
biasanya menggunakan konfigurasi point-to-multipoint (broadcast).

Hubungan dalam komunikasi satelit dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu:

a. Uplink, yaitu hubungan dari stasiun bumi ke satelit.


b. Downlink, yaitu hubungan dari satelit ke stasiun bumi.
c. Inter Satellite Link (ISL), yaitu lintasan full duplex antara dua satelit.

Parameter Link Sistem Komunikasi Satelit

Parameter link sistem komunikasi satelit terdiri dari penguatan antena, EIRP,
redaman ruang bebas, kerapatan fluks daya, daya sinyal pembawa dan derau. Dengan
parameter ini, persyaratan teknik yang harus dipenuhi oleh sistem dapat ditentukan,
yang pada akhirnya dapat diperoleh rancangan sistem dengan kualitas sinyal sesuai
dengan yang diharapkan. Parameter-parameter yang diperlukan dalam perhitungan link
dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

a) Penguatan Antena

Penguatan antenna adalah perbandingan daya yang dipancarkan (diterima)


dalam tiap satuan luas pada arah tertentu oleh suatu antena dengan daya yang
dipancarkan (diterima) dalam luas yang sama dengan menggunakan antena
isotropic jika keduanya diberi daya yang sama. Dalam komunikasi satelit, jenis
antena yang biasa digunakan untuk satelit adalah antena parabola, dimana nilai
penguatannya dapat dihitung dengan rumus:

Jika penampangnya berupa lingkaran, maka

b) Daya Pancar Isotropis Efektif (EIRP)

EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power) merupakan parameter yang


menunjukkan nilai efektif daya yang dipancarkan dari antena yang memiliki
penguatan sendiri. Bila terdapat rugi-rugi feeder, maka akan mengurangi nilai
dari EIRP:

Dimana:

TX P = daya pancar sinyal pembawa (dBm)


TX G = penguatan antena pengirim (dB)
c) Redaman Ruang Bebas fs L (FSL)

Redaman ruang bebas atau FSL (Free Space Loss) dipengaruhi oleh jarak
stasiun bumi ke satelit dan besarnya frekuensi karier yang digunakan dalam
transmisi radio. Besarnya redaman ruang bebas dapat dicari dengan
menggunakan persamaan:

Dimana:
TR d = jarak transmisi dari stasiun bumi ke satelit dalam satuan meter (m).
λ = panjang gelombang dalam satuan meter (m).
Jika dinyatakan dalam bentuk logaritmis diperoleh persamaan :

d) Kerapatan Fluks Daya

Pada arah pancar juga dikenal kerapatan fluks daya (power flux density) dalam
satuan 2 watt/m , yang dinyatakan dengan:

Dimana:
EIRP = effective isotropic radiated power dalam satuan watt.
d = jarak antara stasiun bumi dengan satelit dalam satuan meter (m).
L = rugi propaga

e) Daya Sinyal Pembawa

Daya sinyal pembawa (carrier) sering juga disebut sebagai Receive Signal Level
atau RSL. Daya sinyal pembawa ada dua macam, yaitu daya sinyal pembawa
arah uplink dan daya sinyal pembawa arah downlink. Daya sinyal pembawa arah
uplink adalah daya yang diterimma satelit dari stasiun bumi pemancar setelah
mengalami redaman ruang bebas arah uplink, rugi-rugi tambahan dan
penguatan di satelit. Sedangkan daya sinyal pembawa arah downlink adalah
daya yang diterima stasiun bumi penerima yang berasal dari daya pancar satelit
setelah mengalami redaman ruang bebas arah downlink, rugi-rugi tambahan dan
penguatan antenna stasiun bumi penerima. Secara umum persamaan
matematisnya dapat dituliskan sebagai berikut:
f) Daya Derau

Derau merupakan sinyal pengganggu yang bercampur dengan sinyal informasi


sehingga menyulitkan penerima untuk mendapatkan informasi asli yang
dikirimkan. Derau ini akan sangat merugikan jika spektrumnya berada dalam
cakupan spectrum sinyal berguna (spektrum sinyal yang digunakan). Model
derau yang paling banyak digunakan adalah derau putih (white noise) yaitu
derau yang spektrumnya selebar spektrum sinyal berinformasi B dengan
kepadatan daya spektral No yang konstan. Temperatur derau antena tergantung
dari beberapa aspek, seperti: pola penguatan antena, temperatur langit (ruang
bebas), ekivalen temperatur derau atmosfir, serta temperatur derau dari
matahari. Besarnya daya derau dapat dihitung menggunakan persamaan:
Pada komunikasi satelit, karena jarak yang sangat jauh, maka sinyal yang diterima
pada user maupun di satelit akan melemah. Sehingga untuk memenuhi persyaratan
C/N yang ditentukan, maka dibutuhkan receiver dengan noise thermal sekecil mungkin.
Umumnya noise thermal untuk satelit adalah sekitar 450 – 600 K. Besarnya nilai
temperatur (T) untuk suatu sistem penerima dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

g) Kualitas Sinyal Total

Kualitas sinyal total diperoleh dari perhitungan link budget arah uplink dan
linkbudget arah downlink, sehingga kualitas sinyal total dari sistem komunikasi
satelit adalah:

h) Bit Error Rate (BER)

Besarnya BER tergantung pada besarnya Eb/No sistem, dimana


Eb/Nomerupakan perbandingan antara energi bit dengan rapat daya derau pada
keluaran demodulator. Energi bit tiap informasi didefinisikan sebagai energi yang
terakumulasi pada penerima dari penerimaan power carrier (C) selama interval
waktu yang setara dengan waktu yang diperlukan untuk menerima bit informasi
adalah

Hubungan antara Eb/No dan BER tergantung pada tipe modulasi dan Forward
Error Correction (FEC) yang digunakan pada sistem.
Waktu Tunda
Waktu tunda adalah selisih antara waktu sinyal tiba di penerima dengan waktu
saat sinyal dikirim. Waktu tunda pada komunikasi satelit adalah:

Jarak antar user dengan satelit d adalah:

l = lintang dari user


L = selisih bujur dari user dan satelit

Anda mungkin juga menyukai