Anda di halaman 1dari 13

POLIOMIELITIS

Defenisi
• Polio atau juga dikenal dengan nama ‘poliomyelitis’ adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus polio. Virus ini menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan
nyeri dan merusak saraf motorik, sehingga membuat pengidapnya mengalami
kelumpuhan otot atau ketidakmampuan untuk menggerakkan bagian tubuh tertentu.
Penyakit ini terbagi atas beberapa tipe. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa penyakit
polio lebih sering terjadi pada wanita hamil, anak kecil yang belum diimunisasi polio,
dan orang dengan daya tahan tubuh lemah. Pada kasus yang berat, penyakit ini sering
menyerang bagian kaki, walau pada kasus terparah, penyakit dapat memengaruhi
kemampuan bernapas dan menelan.
• Kebanyakan gejala infeksi ini berlangsung selama hanya beberapa hari hingga minggu.
Namun,
• polio sering menyebabkan gejala berat dan biasanya bertahan dari 2-6 bulan. Setelah
itu,
• pengidap akan baik kembali. Gejala yang paling sering terjadi pada polio ringan yaitu
gejala mirip flu, atau seperti infeksi virus, seperti sakit kepala, demam, sakit
tenggorokan, mual, muntah, dan konstipasi atau diare.
Tipe-Tipe Polio Berdasarkan Gejala dan
Keparahannya
• 1. Polio Paralitik
• Dari kebanyakan kasus polio, ada sekitar 1 persen infeksi polio yang berkembang menjadi polio paralitik.
Artinya, polio tipe ini terbilang cukup jarang terjadi. Polio paralitik adalah tipe polio yang bisa
menyebabkan kelumpuhan pada sumsum tulang belakang atau kelumpuhan tulang belakang batang otak.
• Gejala dari polio paralitik adalah hilangnya refleks, kejang parah, nyeri otot, serta kelumpuhan mendadak
seperti di pinggul atau pergelangan kaki. Selain itu, dalam beberapa kasus polio paralitik, virus polio bisa
menyerang otot yang membantu sistem pernapasan, sehingga bisa menyebabkan kematian.
• 2. Polio Non-Paralitik
• Polio ini disebut dengan polio abortif atau polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Namun, polio ini
bisa menyebabkan gangguan penyakit ringan seperti flu yang menyerupai penyakit virus lainnya. Gejala
dari polio non-paralitik adalah demam, sakit tenggorokan, mudah lelah, sakit kepala, atau nyeri punggung.
• 3. Sindrom Pasca Polio
• Sindrom ini merupakan sekelompok tanda atau gejala yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada
seseorang setelah beberapa tahun mengalami serangan polio. Biasanya, kelumpuhan ini akan datang 15-
35 tahun kemudian. Beberapa gejala umum dari sindrom pasca polio dapat berupa kelemahan sendi, sulit
bernapas atau sulit menelan, depresi, serta mudah lelah.
Hal yang Meningkatkan Risiko Polio
• Bepergian ke daerah dengan virus polio atau
epidemik polio.
• Tinggal dengan orang yang terinfeksi virus polio.
• Keadaan imunodefisiensi seperti HIV/AIDS.
• Riwayat tonsilektomi.
• Stres atau aktivitas berat lama dan terpapar
virus polio, karena keduanya dapat menurunkan
kekebalan tubuh.
Epidemiologi
• Epidemiologi poliomielitis atau polio telah
ditekan akibat cakupan imunisasi polio yang
luas. Kasus virus polio liar telah menurun lebih
dari 99% sejak tahun 1988, dari sekitar
350.000 kasus di 125 negara endemik telah
ditekan menjadi hanya 175 kasus yang
dilaporkan ke WHO pada tahun 2019.[18,19]
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan poliomielitis atau polio tidak ada yang spesifik,
melainkan hanya berupa penatalaksanaan suportif untuk mengurangi
gejala dan meminimalisir gejala sisa dari infeksi virus polio.
• Penatalaksanaan Akut
• Tata laksana poliomielitis akut berupa tirah baring total untuk
mencegah perluasan kelumpuhan, serta pemberian terapi simtomatik
seperti antipiretik, analgetik, atau antiemetik. Antispasmodik juga
dapat diberikan untuk merelaksasi otot-otot yang spasme. Pasien
juga harus menjalani fisioterapi ringan pada otot yang mengalami
lumpuh layu untuk mencegah/meminimalisir kontraktur otot dan
ankilosis sendi, serta supaya fungsi otot dapat dipertahankan
senormal mungkin.
Etiologi
• Etiologi poliomielitis atau polio adalah virus polio, virus RNA yang
berasal dari famili Picornaviridae, genus Enterovirus. Virus ini
memiliki inti dari single-stranded RNA diliputi oleh kapsul protein
tanpa sampul lipid, sehingga tahan terhadap zat yang dapat
melarutkan lipid dan stabil pada pH rendah. Virus polio dapat
dinonaktifkan dengan panas, formaldehida, klorin, dan sinar
ultraviolet.
• Virus polio yang menyebabkan poliomielitis atau paralisis infantil
terdiri dari 3 jenis strain antigen atau serotipe virus polio liar (wild
poliovirus / WPV), yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3. Hanya manusia
yang diketahui sebagai reservoir virus polio. Orang dengan
defisiensi imun bisa menjadi carrier asimtomatik dari virus ini.
• Virus Polio Tipe 1
• Virus polio tipe 1 merupakan penyebab dari 85% kasus polio
paralitik. Virus ini memiliki sifat imunitas heterotipik minimal,
yaitu imunitas terhadap satu tipe, tidak melindungi tubuh
terhadap infeksi tipe lainnya. Namun, imunitas yang timbul dari
tiap tipe adalah untuk jangka panjang, atau seumur hidup.
• Virus Polio Tipe 2 dan Tipe 3
• Virus polio tipe 2 secara resmi dideklarasikan dan disertifikasi
pada bulan September 2015, sebagai tipe yang telah dieradikasi
secara global. Virus polio tipe 3 juga tidak terdeteksi sejak
November 2012. Karenanya, diperkirakan hanya tipe 1 WPV yang
masih bersirkulasi saat ini.
Faktor Risiko
• Seseorang yang tidak pernah mendapatkan 
vaksin polio
• Imunisasi polio yang tidak lengkap
• Seseorang dengan gangguan kekebalan tubuh
• Seseorang yang tinggal di lingkungan yang kurang
bersih, dengan higiene dan sanitasi yang buruk
• Seseorang yang rentan dengan virus polio,
misalnya tinggal atau berkunjung ke daerah yang
terdapat sirkulasi virus polio[1-5]
Patofisiologi
• Patofisiologi poliomielitis atau polio akibat
masuknya virus polio ke dalam tubuh terbagi
dalam 2 fase, yaitu fase limfatik dan
neurologis. Pada beberapa kasus dapat
mengalami sindrom postpolio setelah 15‒40
tahun, terutama bila terkena polio akut pada
usia sangat muda.
• Fase Limfatik
• Fase limfatik dimulai dengan masuknya virus polio ke dalam tubuh manusia secara oral
dan bermultiplikasi pada mukosa orofaring dan gastrointestinal. Dari fokus primer
tersebut, virus kemudian menyebar ke tonsil, plakat Peyer, dan masuk ke dalam nodus-
nodus limfatikus servikal dan mesenterika.
• Pada fase limfatik ini, virus polio bereplikasi secara berlimpah lalu masuk ke dalam aliran
darah, menimbulkan viremia yang bersifat sementara, menuju organ-organ internal dan
nodus-nodus limfatikus regional. Kebanyakan infeksi virus polio pada manusia berhenti
pada fase viremia ini. Berdasarkan gejala yang muncul pada fase ini, polio dibedakan
menjadi polio nonparalitik, polio abortif, dan meningitis aseptik non paralitik..
• Polio Nonparalitik
• Hampir 72% infeksi virus polio pada anak-anak merupakan kasus asimtomatik. Masa
inkubasi untuk polio nonparalitik ini berkisar 3‒6 hari. Satu minggu setelah onset gejala,
jumlah virus polio pada orofaring makin berkurang. Namun, virus polio ini akan terus
diekskresikan melalui feses hingga beberapa minggu kemudian, sekitar 3‒6 minggu.
• Polio Abortif
• Sekitar 24% kasus infeksi virus polio pada anak-anak bermanifestasi tidak spesifik, seperti demam ringan
dan sakit tenggorokan. Kondisi ini disebut polio abortif. Pada polio abortif terdapat kemungkinan
terjadinya invasi virus ke dalam sistem saraf pusat tanpa manifestasi klinis atau laboratorium. Ciri khas
kasus ini adalah terjadi kesembuhan total dalam waktu kurang dari satu minggu.
• Meningitis Aseptik Nonparalitik
• Sekitar 1‒5% infeksi virus polio pada anak-anak menimbulkan meningitis aseptik nonparalitik setelah
beberapa hari gejala prodromal. Gejala yang dialami penderita berupa kekakuan leher, punggung,
dan/atau tungkai, dengan durasi sekitar 2‒10 hari, kemudian sembuh total.

• Fase Neurologis
•  
• Bila infeksi ini berlanjut, maka virus akan terus bereplikasi di luar sistem saraf yang kemudian akan
menginvasi ke dalam sistem saraf pusat. Kondisi ini dikenal sebagai fase neurologis. Pada fase ini, virus
polio akan melanjutkan replikasi pada neuron motorik kornu anterior dan batang otak, sehingga terjadi
kerusakan pada lokasi tersebut. Kerusakan sel-sel saraf motorik tersebut akan berdampak pada manifestasi
tipikal pada bagian tubuh yang dipersarafinya. Keadaan ini berakibat terjadinya lumpuh layu akut, dikenal
juga sebagai acute flaccid paralysis (AFP) sehingga polio yang terjadi dikenal sebagai polio paralitik.

 

Anda mungkin juga menyukai