Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Akhlak, etika, moral dan susila

• 1. Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk


mufrodnya khulqun yang menurut logat diartikan budi pekerti. Sedangkan
secara istilah akhlak adalah kehendak dan tindakan yang sudah menyatu
dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya sehingga sulit untuk
dipisahkan. Karena kehendak dan tindakan itu sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan, maka seseorang dapat mewujudkan kehendak dan tindakannya itu
dengan mudah, tidak memerlukan banyak pertimbangan dan pemikiran. Oleh
karena itu, tidak salah apabila akhlak sering diterjemahkan dengan
kepribadian lantaran kehendak dan tindakannya itu sudah menjadi bagian dari
kepribadiannya.
• 2. Etika
 Secara Bahasa, dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan
ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku.
Sedangkan secara istilah, etika adalah suatu ilmu yang membahas
perbuatan manusia yang bersumber dari pikiran atau filsafat sebagai penilai,
penentu dan penetap yaitu apakah perbuatan tersebut dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat, hina dan sebagainya yang bersifat relatif yakni dapat
berubah-ubah sesuai tuntunan zaman.
Sebagai Contoh: ketika masuk kerumah orang lain, harus mengetuk pintu
rumah dan memberikan salam.
3. Moral
Dari segi bahasa, moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari
kata mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, moral adalah penentuan baik-buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan.
Menurut istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang
secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
  Sebagai contoh dari moral adalah kalau kita menemukan tas yang berisikan
dokumen penting dan juga sejumlah uang yang terdapat dalam tas tersebut.
Seandainya kita memiliki moral yang baik maka kita akan memberikan tas
itu kepada pemiliknya atau kalau tidak pada yang berwajib.
4. Susila
• Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan
akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta , yaitu su dan sila. Su
berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih
baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang
yang asusila adalah orang yang berlakuan buruk, contohnya para pelaku zina
(pelacur) sering diberi gelar sebagai tuna asusila.
• Selanjutnya kata susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan
kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu
kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan
menggambarkaan keadaan dimana orang selalu menerapkaan nilai-nilai yang di
pandang baik.
Hubungan Akhlak dengan etika, moral dan
susila
• Dilihat dari fungsi perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak , etika, moral, dan susila
sama, yaitu  menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan
tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriyah.
• Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian
baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan
kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik dan buruk itu aadalah Al Quran dan Al Hadits.
• Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya, Jika etika lebih banyak pada sifat dan kawasan pembahasanya. Jika etika
lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis.
Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila
bersifat lokal atau idividual. Etika menjelaskan baik buruknya, sedangkan moral dan
susila menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
• Namun  demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan dengan jelas bahwa etika, moral dan
susila berasal dari budaya masyarakat yang scara selektif diakui sebagai yang bermanfaat
dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni
ketentuan yang berdasarkan Al Quran dan Hadits. Dengan kata lain jika etika, moral dan
susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
• Kajian-kajian keislaman sudah menunjukkan dengan jelas bahwa keberadaan wahyu
bersifat mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Dengan demikian akhlak sifatnya juga
mutlak, absolut dan tidak dapat diubah. Sementara etika, moral dan susila sifatnya
terbatas dan dapat diubah.
Pengertian Hak, kewajiban dan Keadilan
1. Pengertian Hak
Hak adalah wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang dapat
mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut
sesuatu. Pengertian hak secara sempit, yaitu sesuatu yang diterima setelah
selesai mengerjakan kewajiban. Secara luas pengertian hak itu tergantung
pada sudut dari mana kita memandangnya.
• Dalam kajian akhlak, hak subyektiflah yang lebih mendapatkan perhatian
yaitu wewenang untuk memiliki dan bertindak. Dilihat dari segi obyek
dan hubungannya dengan akhlak, hak dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu
hak hidup, hak mendapatkan perlakuan hukum, hak mengembangkan
keturunan (hak kawin), hak milik, hak mendapatkan nama baik, hak
kebebasan berfikir dan hak mendapatkan kebenaran. Semua hak itu tidak
diganggu gugat, karena merupakan hak asasi yang secara fitrah telah
diberikan Tuhan kepada manusia, karena yang dapat mecabut hak-hak
tersebut hanya Tuhan
2. Kewajiban
• Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, tidak dapat terlepas
dari kewajiban. Apa yang dilakukan seseorang dapat menyebabkan pola
pengaruh pola hubungannya dengan social. Pola hubungan yang baik antara
individu satu dengan yang lain. Karena adanya kewajiban-kewajiban yang
harus dipenuhi.
• Di dalam ajaran agama islam , kewajiban ditempatkan sebagai salah satu
hukum syara, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan
mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapat siksa atau dosa.
dengn kata lain kewajiban dalam agama berkaitan dengan pelaksanan hak
yang diwajibkan oleh Allah Swt. Melaksanakan shalat lima waktu, membayar
zakat bagi orang yang memiliki harta tertentu dan sampai batas nisab, dan
berpuasa di bulan ramadhan misalnya adalah merupakan kewajiban.
• Kewajiban manusia dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu kewajiban manusia terhadap diri
sendiri, kewajiban terhadap sesama makhluk, dan kewajiban manusia terhadap Tuhan sebagai Dzat
yang menciptakan.
• a.       Kewajiban terhadap diri sendiri (individu)
• Kewajiban seseorang pada dirinya sendiri seperti menjaga hidup, kebersihan dan melaksanakan
perkawinan. Contoh, manusia sebagai individu perlu kesehatan untuk memperoleh kesehatan manusia
harus dapat memenuhinya dengan cara individu harus berkewajiban menjaga kesehatan badan,
bahkan kalau badan kita kurang sehat, sebagai makhluk individu mengupayakan menyembuhkannya,
dengan demikian kita telah memenuhi kewajiban sebagai makhluk individu perlu berusaha dengan
tindakan nyata menunjukan apakah seseorang telah memenuhi kewajibannya atau tidak.
• b.      Kewajiban kepada sesama makhluk (social)
• Manusia disamping sebagai individu tetapi juga sekaligus makhluk social, maka kerikatan tersebut
menjadikan individu harus sebagai anggota masyarakat. Manusia tidak bisa hidup menyendiri dan
masing-masing individu mempunyai kewajiban terhadap sesama manusia, sebagai contoh adalah
kewajiban tolong menolong antar sesama manusia.
• c.       Kewajiban kepada Allah SWT
• Manusia tidak hanya hidup bersama sebagai makhluk pribadi dan makhluk social tetapi manusia tidak
dapat terlepas dari penciptanya yaitu Tuhan karena dia yang menciptakan dan memelihara alam
(termasuk menciptakan manusia) sehingga kewajiban sebagai hamba (ciptaan) hanya ibadah. Tugas
dan kewajiban manusia sebagai makhluk Allah adalah beriman kepada-Nya.
3. Keadilan
• Sejalan dengan adanya hak dan kewajiban tersebut di atas, maka timbul pula keadilan.
Poedjawijatna mengatakan bahwa keadilan adalah pengakuan dan perlakuan terhadap
hak (yang sah). Keadilan berasal dari kata adil dengan mendapat imbuhan ke-an
menjadi keadilan. Menurut bahasa keadilah ialah seimbang antara berat dan muatan,
sesuai antara hak dan kewajiban, sesuai dengan pekerjaan dan hasil yang diperoleh.
Keadilah ialah pengakuan dan perlakuan yang sama antara hak dan kewajiban.
• Keadilan dalam Islam dapat diartikan istilah yang digunakan untuk menunjukan pada
persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Yang mengatur semua segi
kehidupan manusia secara seimbang dan menyeluruh. Keadilan dalam Islam tidak
memecahkan persoalan-persoalan di dalamnya secara acak dan terpisah antara satu
dengan yang lain. Hal ini karena islam memiliki konsep yang menyeluruh, Islam pun
juga tidak mempermasalahkan tentang derajat manusia satu dengan manusia yang
lainnya, karena semua manusia itu sama di hadapan Sang Khaliq-Nya. Yang
membedakan manusia itu hanyalah ketakwaan seorang hamba terhadap Rabb-Nya.
Hubungan antara Hak, Kewajiban dan
Keadilan dengan Keadilan
• Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa yang disebut akhlak
adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, mendarah daging,
sebenarnya dan tulus ikhlas karena Allah. Hubungan dengan hak dapat
dilihat pada arti dari hak yaitu sebagai milik yang dapat digunakan oleh
seseorang tanpa ada yang dapat menghalanginya. Hak yang demikian itu
merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak harus dilakukan oleh
seseorang sebagai haknya.
• Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari
kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk
melaksanakannya tanpa merasa berat. Akhlak dan berbuat adil sangat erat
hubunganya, akhlak baik mampu berbuat adil, akhlak buruk terjadi
penyimpangan hak dan keadilan. Keduanya saling berhubungan dan tarik-
menarik, tidak bisa dilepaskan antara satu dengan yang lainnya.
• Dengan terlaksananya hak, kewajiban dan keadilan, maka dengan
sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaki. Di sinilah
letak hubungan fungsional antara hak, kewajiban dan keadilan dengan
akhlak.

Anda mungkin juga menyukai