Oleh Kelompok 1 :
1. Wilda Putri Suhada
(1810411024)
2. Khairannisa Vidany
(1810412065)
3. Serlina
(1810413005)
4. Fajria Azzahra
(1810413014)
1 Pengertian TGA
3 Jenis-jenis TGA
5 Instrumental TGA
Thermogravimetric Analysis
Teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu
senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu
4. Mekanisme Kerja (Skema) Alat TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN KIMIA
4. Mekanisme Kerja (Skema) Alat TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN KIMIA
4. Mekanisme Kerja (Skema) Alat TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
TGA terdiri dari sebuah sample pan yang didukung oleh sebuah precision balance
Pan tersebut ditempatkan dalam suatu furnace dan dipanaskan atau didinginkan selama
eksperimen
Gas yang digunakan dapat berupa gas inert atau gas reaktif yang mengalir melalui
sampel dan keluar melalui exhaust
JURUSAN KIMIA
1. Electronic
2. Sample Holder 3. Furnace
microbalance
5. Temperature
4. Thermocouple
programmer
6. Data recording
unit
JURUSAN KIMIA
Tipe defleksi
2 Tipe Timbangan Mikro
Tipe null-poin
JURUSAN KIMIA
Jumlah arus yang dialirkan sama dengan nilai kehilangan berat atau
pertambahan berat.
JURUSAN KIMIA
3. Furnace
• Tungku pemanas harus dirancang sedemikian rupa sehingga laju pemanasan linier
dapat dicapai
Syarat Suhu wadah serta sampel sesuai dengan suhu tungku pemanasan
JURUSAN KIMIA
4. Thermocouple
5. Temperature Programmer
Kurva TGA
• Kurva TG menunjukkan plot perubahan bobot/massa sebagai fungsi dari suhu atau waktu
Keterangan :
Ti : suhu awal saat reaksi dekomposisi
Tf : suhu reaksi dekomposisi dihentikan
Analisis Kuantitatif
Kurva TG komponen murni adalah karakteristik untuk setiap komponen
tertentu.
Dalam Penggunakan kurva kita dapat menghubungkan perubahan massa
dengan stokiometri yang terlibat, sehingga kurva TG dapat digunakan sebagai
teknik kuantitatif dimana komposisi kuantitatif sampel dapat diketahui.
JURUSAN KIMIA
Analisis Kuantitatif
Sebagai ilustrasi interpretasi kurva TG, berikut ini Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
akan dijelaskan kurva TG CaCO3 pada 800ᵒC dan CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
900ᵒC untuk membentuk oksida CaO yang stabil Mr 100.1 56.1 44
dan gas CO2. Berdasarknan kurva TG menunjukan bahwa
persen massa yang hilang pada sampel adalah 44
% (100.1-56.1) pada antara suhu 800 ᵒC dan 900
ᵒC.
Hal ini sesuai untuk menghitung perubahan
massa berdasarkan stokiometri dekomposisi
CaCO3 melalui persamaan:
m% = × 100
= × 100
= 44
Analisis Kualitatif
Analisis Kualitatif
Berikut ini merupakan contoh intrerpretasi Kurva TG disamping mengindikasikan bahwa:
kurva TG yang digunakan sebagai teknik • polimer PVC memiliki kestabilan termal yang
analisis kualitatif pada berbagai sampel polimer. paling rendah dan PS memiliki kestabilan paling
tinggi.
• Polimer PS tidak kehilangan berat dibawah suhu
500 ᵒC dan dekomposisi terjadi pada suhu 600
ᵒC.
• Tiga polimer yang lain sudah terdekomposisi
sekitar suhu 450 ᵒC.
• Polimer PMMA dekomposisinya lebih lambat,
hal ini diindikasikan dari slop kurva TG. Kurva
TG polimer PMMA memiliki slop yang lebih
Kurva TG dari berbagai sampel polimer. rendah dari sebelumnya.
JURUSAN KIMIA
8. Aplikasi, Kelebihan & Kekurangan TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Aplikasi TGA
Aplikasi TGA
e. Membantu mengidentifikasi plastik dan material organik dengan mengukur
temperatur ikatan scissions didalam atmosfer inert atau oksidasi dalam udara
atau oksigen.
f. Digunakan untuk mengukur berat fiberglass dan material anorganik dalam
plastik, melaminasi, mengecat, primer, dan material composite dengan
pembakaran resin polymer.
g. Dapat mengukur material yang ditambahkan ke beberapa makanan, seperti
silika gel, dan titanium diaoksida.
h. Dapat menentukan kemurnian suatu material, senyawa anorganik, atau material
organik.
JURUSAN KIMIA
8. Aplikasi, Kelebihan & Kekurangan TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Kelebihan TGA
• Dapat digunakan pada suhu yang sangat tinggi
• Semua jenis padatan dapat dianalisis dengan persiapan sampel minimal (setidaknya
0,1 mg) misalnya: bubuk, pelet, serpihan.
• TGA memiliki akurasi keseimbangan yang tinggi yang digunakan serta kontrol
yang tepat untuk laju pemanasan / pendinginan dan kondisi atmosfer
• Pengganti sampel yang mudah dan penggantian sample holder yang mudah
• Laju pemanasan yang cepat dengan resolusi yang baik dapat dipertahankan
• Waktu pendinginan sangat singkat sehingga Thermogram dapat direkam
• TGA merupakan proses yang cepat
JURUSAN KIMIA
8. Aplikasi, Kelebihan & Kekurangan TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Kekurangan TGA
• Hanya sampel padat yang harus digunakan dalam analisis kuantitatif dan
kualitatif
• Interpretasi data tidak selalu lurus ke depan
• Jumlah sampel yang digunakan sangat kecil tetapi bahan non-homogen tidak
dapat diuji
• Peka terhadap laju pemanasan dan massa sampel menghasilkan pergeseran
dalam suhu
• Terbatas untuk sampel yang mengalami perubahan berat. Peleburan, perubahan
fase kristal, dll tidak dapat dipelajari
JURUSAN KIMIA
ILMIAH 1
Serlina
JURUSAN KIMIA
3 Metodologi Penelitian
4 Hasil Penelitian
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Judu
l ”Analisis Termogravimetri dari Sifat Bahan Bakar Briket Tandan Buah Kosong”
Tujuan
Untuk mengetahui sifat termokimia briket Tandan Kosong (EFB) dengan
menggunakan analisis Termogravimetri (TGA)
Prinsip Kerja
Mengukur berkurangnya massa sampel ketika dipanaskan dari suhu
kamar sampai suhu tinggi yang biasanya sekitar 900°C, dimana pada alat
TGA ini dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya sehingga
secara otomatis berat sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan
dalam tampilan grafik.
JURUSAN KIMIA
Meningkatnya biaya
bahan bakar fosil &
kekhawatiran tentang
pemanasan global
Biomassa
Cangkang, inti, pelepah dan tandan buah Limbah sawit dalam jumlah
kosong (EFB) merupakan proporsi limbah besar dapat mengakibatkan
sawit terbesar. EFB terdiri dari sekam peningkatan emisi gas rumah
kosong hasil ekstraksi minyak sawit dari kaca seperti CO2, SOx, dan
tandan buah segar metana ke atmosfer.
Briket EFB yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Felda Semenchu Sdn Bhd,
Johor Bahru, Malaysia
Serat EFB
- dikeringkan, diparut dan dipadatkan menjadi briket padat
yang seragam dengan menggunakan mesin briket. Dimensi
rata-rata briket adalah 4,9 x 2,5 x 0,8 cm.
Briket
- dihancurkan dalam mesin penghancur berkecepatan tinggi
(Kimah Malaysia, Model RT 20) yang dilengkapi dengan
layar 1000 µm.
Serbuk Briket
JURUSAN KIMIA
Serbuk Briket
- diayak dalam saringan analisis Retsch (D-
42759, Haan Germany) sebelum
dilakukan analisis ultimat dengan
menggunakan analyzer LECO 932 CHNS
Analisis Thermogravimetri
14,13 mg briket
- ditempatkan dalam wadah sampel Aluminium
- dipanaskan dari 50°C hingga 900°C pada suhu Laju
pemanasan 10°C / menit menggunakan nitrogen (N2)
(laju aliran 25 mL / menit) sebagai sweeping gas
Hasil
JURUSAN KIMIA
2 Analisis Termal
2 Analisis Termal
Suhu dan persen penurunan berat sampel pada kurva TGA disajikan pada Tabel 3.
JURUSAN KIMIA
Kesimpulan
• Sifat termokimia briket EFB dianalisis dalam penelitian ini.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bakar mengandung kadar air rendah, kadar abu,
karbon tetap, kadar bahan mudah menguap tinggi.
• Selain itu, nitrogen dan sulfur hadir dalam jumlah kecil yang menunjukkan konversi termal
bahan bakar akan menghasilkan konsentrasi SOx dan NOx yang sangat rendah.
• Hasil TGA menunjukkan bahwa dekomposisi termal bahan bakar terjadi dalam empat tahap
dengan devolatisasi dimulai pada 206°C. Proses devolatisasi memuncak pada 325°C dan
dilambangkan sebagai Tmax yang menghasilkan 70% penurunan berat sampel.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket EFB merupakan bahan bakar yang ramah
lingkungan dan konversi termokimia akan menghasilkan produk pirolisis dan gasifikasi
yang dibutuhkan.
JURUSAN KIMIA
ILMIAH 2
Fajria
Azzahra
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Judu
l ANALISIS TERMOGRAVIMETRI : GASIFIKASI PERULANGAN KIMIA
JERAMI JAGUNG DENGAN PEMBAWA OKSIGEN BERBASIS Fe
Tujuan
Untuk menghasilkan syngas menggunakan analisis termogravimetri dan
mempelajari pengaruh OC (Oxygen carrier) pada gasifikasi perulangan kimia
jerami jagung.
Prinsip Kerja
Analisis termal : berdasarkan pada pengukuran laju penurunan massa sampel sebagai
fungsi dari suhu dan waktu.
Analisis termokimia : berdasarkan pada konversi energi berupa gas sintesis dari bahan
baku organik menggunakan agen gasifikasi perulangan kimia (CLG)
JURUSAN KIMIA
Bahan bakar fosil dan masalah lingkungan merupakan sumber masalah dalam beberapa
dekade terakhir.
Biomassa dianggap sebagai satu alternatif paling menjanjikan.
Konversi biomassa paling efisien yang digunakan ialah metode konversi termokima
(Gasifikasi).
Syarat agen gasifikasi yaitu memiliki nilai kalor tinggi (gas oksigen murni : sebagai OC).
Metode gasifikasi perulangan kimia (CLG) digunakan dengan menggunakan oksigen kisi
dalam OC untuk oksidasi parsial.
OC berbasis Fe dianggap sebagai materi OC yang menjajikan karena stabilitas suhu yang
baik.
JURUSAN KIMIA
• Tingkat pemanasan yang berbeda terjadi sedikit penurunan massa dan nilai puncak di
setiap zona.
• Tingkat pemanasan yang tinggi dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
campuran mencapai keadaan akhir.
• Peningkatan nilai pemanasan dapat menghasiilkan fenomena ekstrem terhadap suhu
sampel
JURUSAN KIMIA
ILMIAH 3
Wilda Putri
Suhada
JURUSAN KIMIA
3 Metodologi Penelitian
4 Hasil Penelitian
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Tujuan
• Menjelaskan dan memprediksi perilaku batubara peringkat rendah India dalam aplikasi praktis.
• Meningkatkan penggunaan batubara peringkat rendah, meminimalkan pemborosan, berkaitan dengan
penyimpanan Batubara peringkat rendah India
Prinsip Kerja
Mengukur berkurangnya massa material ketika dipanaskan dari suhu kamar sampai suhu tinggi yang
biasanya sekitar 900°C, dimana pada alat TGA ini dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya
sehingga secara otomatis berat sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan dalam tampilan grafik.
Eksperimen dilakukan pada empat tingkat pemanasan yang berbeda (50, 100, 150, 200 K / menit) untuk tiga
sampel batubara peringkat rendah khas India dalam atmosfer nitrogen dari kisaran suhu 30-950°C.
JURUSAN KIMIA
studi eksperimental tentang dekomposisi termal dan kinetik batubara peringkat rendah
India dengan menggunakan teknik analisis termogravimetrik (TGA).
JURUSAN KIMIA
Hasil
JURUSAN KIMIA
Berikut gambar. 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan profil TGA untuk tiga batubara peringkat rendah
khas India pada empat pemanasan berbeda 50, 100, 150 dan 200 K / menit.
Gambar 1. Kurva TG untuk batubara peringkat Gambar 2. Kurva TG untuk batubara peringkat
rendah pada laju pemanasan 50 K / menit rendah pada laju pemanasan 100 K / menit
JURUSAN KIMIA
Berikut gambar. 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan profil TGA untuk tiga batubara peringkat rendah
khas India pada empat pemanasan berbeda 50, 100, 150 dan 200 K / menit.
Gambar 3. Kurva TG untuk batubara peringkat Gambar 4. Kurva TG untuk batubara peringkat
rendah pada laju pemanasan 150 K / menit rendah pada laju pemanasan 200 K / menit
JURUSAN KIMIA
Pirolisis batubara peringkat rendah dapat dianalisis dalam tiga tahap, yaitu :
• Tahap pertama
Penghapusan air permukaan atau kelembaban, selama tahap ini beberapa konversi
depolimerisasi terjadi. Dalam percobaan ini pemakaian kelembaban dimulai dari suhu 100 °C
hingga 180 ° C.
• Tahap kedua
Tahap reaksi di mana 70%– 80% dari penurunan berat bobot.
• Tahap ketiga
Residu membusuk dan tingkat penurunan berat bobot menjadi lebih kecil, rasio residu juga
cenderung konstan pada akhir seperti yang ditunjukkan pada gambar. 1, 2, 3 dan 4 untuk
tingkat pemanasan masing-masing 50, 100, 150 dan 200 K / menit.
JURUSAN KIMIA
Fase devolatilisasi dimulai dari 200 °C hingga kisaran suhu 500 °C.
Setelah proses suhu 500 °C dimulai untuk menghilangkan residu padat dari sampel.
Devolatilisasi utama berlangsung dari kisaran suhu 200 °C hingga 600 °C yang dikenal
sebagai zona untuk pirolisis aktif (proses pirolisis ditingkatkan untuk membentuk residu
padat (arang) dan kandungan volatil turun cukup dramatis)
Pada dasarnya devolatilisasi tidak terjadi setelah kisaran suhu 600 °C.
Pada zona pasif (zona di mana tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut ) karbon dan
abu dibentuk sebagai residu padat akhir.
Dalam percobaan ini untuk tingkat pemanasan masing-masing 50, 100, 150 dan 200
K/menit pirolisis batubara peringkat rendah cepat terjadi di kisaran suhu sekitar: 300–600
°C, 350–600 °C, 400–650 °C dan 450–750 °C
JURUSAN KIMIA
Kesimpula
n
tiga sampel batubara peringkat rendah khas India menunjukkan perilaku yang berbeda pada pirolisis.
Reaksi dimulai dengan tingkat pemanasan rendah ketika batu bara di pirolysed di atmosfer nitrogen.
Studi ini mengungkapkan bahwa batubara India peringkat rendah dapat digunakan untuk pembangkit
listrik dan operasi boiler industri.
Proses pirolisis batubara peringkat rendah pada dasarnya melibatkan memutus ikatan kimia yang
berbeda dengan energi yang berbeda.
Dari penelitian saat ini jelas bahwa batubara peringkat rendah India adalah semacam sumber daya
berharga untuk pembangkit listrik.
JURUSAN KIMIA
ILMIAH 4
Khairannisa
Vidany
JURUSAN KIMIA
3 Metodologi Penelitian
4 Hasil Penelitian
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
Judu
l ” Pirolisis biomassa biji acai: Kinetika dan parameter termodinamika
menggunakan analisis termogravimetri”
Tujuan
Untuk mengetahui proses Pirolisis biomassa biji acai: Kinetika dan parameter
termodinamika menggunakan analisis Termogravimetri (TGA)
Prinsip Kerja
Mengukur berkurangnya massa sampel ketika dipanaskan dari suhu
kamar sampai suhu tinggi yang biasanya sekitar 900°C, dimana pada alat
TGA ini dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya sehingga
secara otomatis berat sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan
dalam tampilan grafik.
JURUSAN KIMIA
1. Sample preparation
Benih acai diperoleh di kota State of Pará, Brazil utara.
Benih acai
2. Thermogravimetric analysis
9,5 ± 0,3 mg Serbuk Benih
acai
- Sampel ditempatkan dalam wadah alumina
- dipanaskan dari 30 hingga 900 ° C, pada tingkat pemanasan yang
berbeda dari 5, 10, 15, 20 ° C / menit menggunakan nitrogen (N 2)
(laju aliran 25 mL / menit) sebagai sweeping gas
- Studi termogravimetri dilakukan dengan menggunakan DTG-DSC
60H penganalisis termal yang dibuat oleh Perusahaan Shimadzu,
Kyoto, Jepang.
Hasil
JURUSAN KIMIA
2 Analisis Termal
• Kurva termogravimetri (TG) dan turunan dari termogravimetri kurva (DTG) ditunjukkan pada Gambar. 1a-b.
Stabilitas termal sifat biji acai, devolatilisasi termal nya yang bersifat biopolimer, serta penentuan kinetik dan
termodinamika parameter pirolisis dari biomassa sisa acai sudah teramati. Gambar 1c menunjukkan
kehilangan massa dalam kaitannya dengan konversi (α = 0,0–1,0) dengan laju pemanasan berbeda.
• Kurva TG / DTG (Gbr. 1a-b) menunjukkan profil termogravimetri konsisten dengan termodekomposisi
biomassa lignoselulosa, mirip dengan data residu biji guarana dan inti sawit shell
• Di sini, kurva TG / DTG untuk sampel acai benih menunjukkan pola kehilangan massa yang sama dalam
perbedaan tingkat pemanasan. Oleh karena itu, kita dapat mengelompokkan pembahasan analisis termal.
• pada Gambar 1b, terlihat dalam kurva DTG bahwa termogravimetri kurva dengan laju pemanasan 5 sampai 20
° C / menit didapatkan sedikit pergeseran puncak menuju suhu yang lebih tinggi. Ini berhubungan dengan
penurunan efisiensi perpindahan panas selama proses pirolisis sampel sisa biomassa biji acai untuk laju
pemanasan yang lebih tinggi. Studi menunjukkan bahwa laju pemanasan yang lebih rendah mendukung
efisiensi perpindahan panas partikel biomassa menghasilkan degradasi pirolitik yang lebih homogen
JURUSAN KIMIA
2 Analisis Termal
3 Kinetic analysis
• Sifat kinetik pirolisis dari biomassa sisa acai Benih dievaluasi dengan menghitung energi
aktivasi (Ea) dan faktor pra-eksponensial (A) dengan metode iso-percakapan FWO dan
KAS. Juga, parameter termodinamika pirolisis biji acai dihitung.
• Untuk studi kinetik pirolisis biomassa acai benih, tujuh tingkat konversi (α = 0,2-0,8) dalam
tingkat pemanasan 5, 10, 15 dan 20 ° C / menit dapat dilihat pada Gambar 1c. Untuk studi
ini, hanya file wilayah dengan kehilangan massa terbesar dianggap fraksi yaitu dianggap
pirolisis, seperti yang dilakukan untuk biomassa lainnya
• Ada linierisasi hampir paralel yang dihitung oleh kedua FWO model dan model KAS,
dengan mempertimbangkan rentang konversi yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa
model tersebut cukup menggambarkan proses devolatilisasi biomassa sisa biji acai (Gbr. 2).
• Energi aktivasi yang dimiliki selama pirolisis biomassa biji acai sedikit variasi dalam kedua
metode yang digunakan, yang memungkinkannya dilakukan secara memadai digambarkan
sebagai kinetik satu tahap. Rata-rata Ea yang diperoleh adalah 159,12 kJ / mol untuk metode
FWO dan 157,62 kJ / mol untuk metode KAS
JURUSAN KIMIA
3 Kinetic analysis
JURUSAN KIMIA
Kesimpulan
• Sifat termokimia Biji acai dianalisis dalam penelitian ini.
• Studi kinetik pirolisis biji acai menunjukkan bahwa residu ini memiliki karakteristik yang
memadai untuk diubah menjadi bioenergi oleh proses termokimia
• Dengan nilai Ea yang mirip dengan biomassa Amazon lainnya, bersama dengan parameter
termodinamika dan kinetik. Ini menunjukkan bahwa benih acai merupakan biomassa
terlantar yang memiliki potensi besar bioenergynya.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji acai merupakan bahan bakar yang ramah
lingkungan dan konversi termokimia akan menghasilkan produk pirolisis
JURUSAN KIMIA
Loganathan, S., Valapa, R. B., Mishra, R. K., Pugazhenthi, G., & Thomas, S. (2017).
Thermogravimetric Analysis for Characterization of Nanomaterials. In Thermal and
Rheological Measurement Techniques for Nanomaterials Characterization (Vol. 3). Elsevier
Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-46139-9.00004-9
Sanjaya, H. (2012). Analisa Instrumen 2 : XRD, XRF, SEM, DTA, TGA, dan DSC. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang
JURUSAN KIMIA