Anda di halaman 1dari 89

CARA-CARA ANALITIK KHUSUS

THERMOGRAVIMETRIC ANALYSIS (TGA)

Oleh Kelompok 1 :
1. Wilda Putri Suhada
(1810411024)
2. Khairannisa Vidany
(1810412065)
3. Serlina
(1810413005)
4. Fajria Azzahra
(1810413014)

Dosen Pengampu : Dr. Zilfa


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
JURUSAN KIMIA

POKOK PEMBAHASAN MATERI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Pengertian TGA

2 Prinsip Dasar TGA

3 Jenis-jenis TGA

4 Mekanisme Kerja Alat / Skema Alat TGA

5 Instrumental TGA

6 Data yang Didapatkan

7 Cara Analisis (Kualitatif dan Kuantitatif)

8 Aplikasi, Kelebihan dan Kekurangan TGA


JURUSAN KIMIA
1. Pengertian TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Thermogravimetric Analysis
Teknik untuk mengukur perubahan berat dari suatu
senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu

Jenis pengujian yang dilakukan pada sampel untuk


menentukan perubahan berat-susut(weight-loss) dalam
kaitannya dengan perubahan suhu

Analisa tersebut bergantung pada tingkat presisi yang


tinggi dalam tiga pengukuran: berat, suhu, dan perubahan
suhu.
JURUSAN KIMIA

2. Prinsip Dasar TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Perubahan massa sampel yang diamati ketika sampel


dikenakan pada Controlled temperature programe.
Program temperatur seringkali digunakan pada
Prinsip dasar peningkatan suhu, namun pengamatan isotermal dapat
TGA juga dilakukan ketika perubahan massa sampel dengan
waktu diikuti.

Pada prinsipnya metode ini mengukur berkurangnya massa


material ketika dipanaskan dari suhu kamar hingga suhu tinggi
yang biasanya sekitar 900oC. Alat TGA dilengkapi dengan
timbangan mikro didalamnya sehingga secara otomatis berat
sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan dalam tampilan
grafik.
JURUSAN KIMIA

3. Jenis-jenis TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Dynamic 2 Quasistatic 3 Static or Isothermal


Thermogravimetric Thermogravimetric Thermogravimetric
Analysis Analysis Analysis

Dalam metode ini, suhu Dalam metode ini, sampel


Dalam metode ini,
sampel akan meningkat disimpan pada kondisi suhu
sampel dipanaskan
secara terus menerus konstan untuk interval waktu
dengan laju pemanasan hingga berat konstan
yang tetap. Selama periode ini,
tertentu. Oleh karena itu, di masing-masing
perubahan massa yang terjadi
suhu sampel bervariasi rangkaian
secara linier dengan waktu. pada sampel akan direkam.
peningkatan suhu
JURUSAN KIMIA

4. Mekanisme Kerja (Skema) Alat TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN KIMIA

4. Mekanisme Kerja (Skema) Alat TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN KIMIA

4. Mekanisme Kerja (Skema) Alat TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

TGA terdiri dari sebuah sample pan yang didukung oleh sebuah precision balance

Pan tersebut ditempatkan dalam suatu furnace dan dipanaskan atau didinginkan selama
eksperimen

Massa dari sampel dipantau selama eksperimen

Sampel dialiri oleh suatu gas untuk mengontrol lingkungan sampelnya

Gas yang digunakan dapat berupa gas inert atau gas reaktif yang mengalir melalui
sampel dan keluar melalui exhaust
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Instrumen yang digunakan pada Analisa Termogravimetri (TGA) sbb :

Termobalance merupakan jantung dari unit Analisa Termogravimetri (TGA). Termobalance


terdiri dari subunit yang tersedia untuk menghasilkan data dalam bentuk kurva TGA.
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Skema yang dapat merepresentasikan subunit termobalance ialah :


JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1. Electronic
2. Sample Holder 3. Furnace
microbalance

5. Temperature
4. Thermocouple
programmer

6. Data recording
unit
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1. Electronic Microbalance (Timbangan Mikro Elektronik)

Fungsi Untuk mencatat perubahan yang terkait dengan massa sampel

Karakteristik penting yang harus dimiliki Timbangan Mikro Elektronik


1. Sinyal elektronik harus disediakan dengan tepat oleh
timbangan mikro untuk merekam perubahan massa.
2. Kestabilan mekanik dan elektrik harus berkisar tinggi.
3. Timbanganmikro tidak boleh terpengaruh oleh getaran

Tipe defleksi
2 Tipe Timbangan Mikro
Tipe null-poin
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Tipe Defleksi Timbangan, dibagi menjadi 4 :

Tipe heliks : Pegas mengalami


Tipe balok : Konversi balok kontraksi/perpanjangn seiring
yang dibelokkan terjadi seiring dengan perubahan massa sampel
perubahan massa. Lalu kurva TG yang masuk secara berurutan dan
yang terbentuk diidentifikasi. direkan menggunakan trnaduser

Tipe kawat torsi : Balok dipasang


Tipe balok kantilever : Sampel ke kawat torsi keras (sebagai titik
ada di satu ujung dan ujung tumpu). Kabel dipasang ke salah
balok lainnya diperbaiki. Selama satu atau kedua ujung timbangan
perubahan massa, defleksi agar lendutan balok proporsional
dihasilkan dan direkam dengan perubahan massa. Defleksi
menggunakan jejak fotogragfi. dicatat dengan cara biasa.
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Tipe Null Poin Timbangan


• Pada posisi nol sama dengan jumlah sinar
yang memancar pada dua photodiode.
• Bila timbangan bergerak tidak sama
dengan nol, maka terjadi
ketidakseimbangan jumlah cahaya yang
memancar pada dua photodiode.
• Pemulihan keseimbangan ke aslinya atau
posisi titik nol dibuat melalui gaya
resortasi

Jumlah arus yang dialirkan sama dengan nilai kehilangan berat atau
pertambahan berat.
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

2. Sample Holder (Wadah sampel)

Fungsi Sebagai wadah sampel yang akan dianalisa/dikarakterisasi

Syarat wadah sampel


 Memiliki stabilitas termal setidaknya 100°C lebih tinggi dibandingkan kondisi
suhu eksperimental
 Dapat mentransfer panas secara efisien dan seragam ke sampel
 Konduktivitas termal,bentuk,dan massa wadah termal dipertimbangkan
sebelum dilakukannya penganalisisan
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Jenis wadah sampel yang digunakan pada TGA :


1. Shallow pan : Wadah yang digunakan untuk menganalisis sampel
dimana difusi zat volatile berperan sebagai faktor pembatas laju.
2. Deep crucible : Wadah ini digunakan di mana reaksi samping
dibutuhkan, seperti kalsinasi skala industri.
3. Loosely covered crucible : Wadah yang digunakan dalam studi
isothermal di mana tingkat suhu atau penurunan massa berat sampel
dapat diabaikan.
4. Retort cup : Wadah ini digunakan dalam penentuan titik didih
sampel.
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

3. Furnace
• Tungku pemanas harus dirancang sedemikian rupa sehingga laju pemanasan linier
dapat dicapai

Syarat Suhu wadah serta sampel sesuai dengan suhu tungku pemanasan
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

4. Thermocouple

Fungsi Untuk mengukur suhu

• Jenis thermocouple yang digunakan pada temperature


diatas 1000°C yaitu chromal-alumel sedangkan
Pt/(Pt-10% Rh) digunakan untuk temperatur diatas
1750 °C.
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

5. Temperature Programmer

Mengontrol laju pemanasan ketika suhu cenderung


Fungsi
meningkat selama analisis

• Tingkat pemanasan disesuaikan untuk dicatat dalam derajat per menit


dalam skala kelvin (K) , celcius (°C)
JURUSAN KIMIA

5. Instrumental TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

6. Data Recording Unit

Unit perekam data pada dasarnya adalah perekam grafik


atau komputer mikro yang digunakan untuk merekam
Fungsi keluaran yang disediakan oleh neraca/timbangan dan
tungku/furnace/pemanas dalam bentuk kurva TG
(Thermal Gravimetric)
JURUSAN KIMIA

6. Data yang Didapatkan FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Kurva TGA
• Kurva TG menunjukkan plot perubahan bobot/massa sebagai fungsi dari suhu atau waktu

Keterangan :
Ti : suhu awal saat reaksi dekomposisi
Tf : suhu reaksi dekomposisi dihentikan

“Nilai Ti dan Tf bergantung pada


stabilitas termal sampel yang sedang
dianalisis”

Kurva satu tahap reaksi dekomposisi


JURUSAN KIMIA

6. Data yang Didapatkan FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Interpretasi Kurva TGA


A. Tipe Kurva TGA

Tipe 1 : Pada kurva menunjukkan tidak adanya perubahan massa pada


seluruh rentang suhu. Penurunan suhu pada sample lebih baik dari pada
rentang suhu instrument.
Tipe 2 : Kurva menunjukkan terjadi kehilangan massa yang besar diikuti
oleh plateau biasanya dicirikan dengan terjadinya penguapan pada zat
volatile saat reaksi desorpsi
Tipe 3 : Kurva yang menunjukkan dekomposisi suhu 1 tahap pada sampel
Tipe 4 : Kurva yang menunjukkan dekomposisi bertingkat pada sampel
(reaksi terselesaikan)
Tipe 5 : Dapat terjadi salah satunya akibat terjadinya kenaikan berat sampel
reaksi sama seperti tipe 4 namun (Rx tak selesai)
Tipe 6 : Kurva yang menunjukkan peningkatan massa sampel dengan
adanya interaksi atmosfer
Tipe 7 : Kurva yang menunjukkan beberapa reaksi berhubungan dengan
kenaikan suhu.
JURUSAN KIMIA

6. Data yang Didapatkan FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Interpretasi Kurva TGA

B. Plateau : Wilayah yang ada di kurva TGA yang mana massa


sampel konstan
C. Interfal reaksi : Perbedaan temperature antara Tf dan Ti
D. Penentuan perubahan massa isobaric : Pada kurva
ditentukan dengan cara merekam tekanan parsial konstan
produk volatile yang dilepaskan saat reaksi dekomposisi
JURUSAN KIMIA

7. Cara Analisis TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Analisis Kuantitatif
 Kurva TG komponen murni adalah karakteristik untuk setiap komponen
tertentu.
 Dalam Penggunakan kurva kita dapat menghubungkan perubahan massa
dengan stokiometri yang terlibat, sehingga kurva TG dapat digunakan sebagai
teknik kuantitatif dimana komposisi kuantitatif sampel dapat diketahui.
JURUSAN KIMIA

7. Cara Analisis TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Analisis Kuantitatif
Sebagai ilustrasi interpretasi kurva TG, berikut ini  Adapun reaksinya adalah sebagai berikut :
akan dijelaskan kurva TG CaCO3 pada 800ᵒC dan CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
900ᵒC untuk membentuk oksida CaO yang stabil Mr 100.1 56.1     44
dan gas CO2. Berdasarknan kurva TG menunjukan bahwa
persen massa yang hilang pada sampel adalah 44
% (100.1-56.1) pada antara suhu 800 ᵒC dan 900
ᵒC.
Hal ini sesuai untuk menghitung perubahan
massa berdasarkan stokiometri dekomposisi
CaCO3 melalui persamaan:
m% = × 100
= × 100
= 44

Kurva TG dan DTG CaCO3 berbagai suhu pemanasan


JURUSAN KIMIA

7. Cara Analisis TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Analisis Kualitatif

 Kurva TG juga dapat digunakan sebagai analisis kualitatif dengan cara


membandingkan stabilitas termal suatu material.
 Informasi yang dihasilkan oleh kurva TG dapat digunakan untuk:
• memilih material yang cocok pada penggunaan akhir aplikasi
• memprediksi performa produk
• meningkatkan kualitas produk.
JURUSAN KIMIA

7. Cara Analisis TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Analisis Kualitatif
Berikut ini merupakan contoh intrerpretasi Kurva TG disamping mengindikasikan bahwa:
kurva TG yang digunakan sebagai teknik • polimer PVC memiliki kestabilan termal yang
analisis kualitatif pada berbagai sampel polimer. paling rendah dan PS memiliki kestabilan paling
tinggi.
• Polimer PS tidak kehilangan berat dibawah suhu
500 ᵒC dan dekomposisi terjadi pada suhu 600
ᵒC.
• Tiga polimer yang lain sudah terdekomposisi
sekitar suhu 450 ᵒC.
• Polimer PMMA dekomposisinya lebih lambat,
hal ini diindikasikan dari slop kurva TG. Kurva
TG polimer PMMA memiliki slop yang lebih
Kurva TG dari berbagai sampel polimer. rendah dari sebelumnya.
JURUSAN KIMIA
8. Aplikasi, Kelebihan & Kekurangan TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Aplikasi TGA

a. Menentukan temperatur dan perubahan berat reaksi dekomposisi, analisa


komposisi kuantitatif, serta menentukan kandungan air
b. Analisa reaksi dengan udara, oksigen, atau gas reaktif lainnya
c. Dapat digunakan untuk mengukur laju evaporasi, seperti untuk mengukur emisi
campuran cairan yang mudah menguap
d. Menentukan temperatur curie dari transisi magnetis dengan mengukur temperatur
dimana kekuatan yang digunakan oleh suatu magnet menghilang pada pemanasan
atau muncul kembali pada pendinginan
JURUSAN KIMIA
8. Aplikasi, Kelebihan & Kekurangan TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Aplikasi TGA
e. Membantu mengidentifikasi plastik dan material organik dengan mengukur
temperatur ikatan scissions didalam atmosfer inert atau oksidasi dalam udara
atau oksigen.
f. Digunakan untuk mengukur berat fiberglass dan material anorganik dalam
plastik, melaminasi, mengecat, primer, dan material composite dengan
pembakaran resin polymer.
g. Dapat mengukur material yang ditambahkan ke beberapa makanan, seperti
silika gel, dan titanium diaoksida.
h. Dapat menentukan kemurnian suatu material, senyawa anorganik, atau material
organik.
JURUSAN KIMIA
8. Aplikasi, Kelebihan & Kekurangan TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Kelebihan TGA
• Dapat digunakan pada suhu yang sangat tinggi
• Semua jenis padatan dapat dianalisis dengan persiapan sampel minimal (setidaknya
0,1 mg) misalnya: bubuk, pelet, serpihan.
• TGA memiliki akurasi keseimbangan yang tinggi yang digunakan serta kontrol
yang tepat untuk laju pemanasan / pendinginan dan kondisi atmosfer
• Pengganti sampel yang mudah dan penggantian sample holder yang mudah
• Laju pemanasan yang cepat dengan resolusi yang baik dapat dipertahankan
• Waktu pendinginan sangat singkat sehingga Thermogram dapat direkam
• TGA merupakan proses yang cepat
JURUSAN KIMIA
8. Aplikasi, Kelebihan & Kekurangan TGA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Kekurangan TGA
• Hanya sampel padat yang harus digunakan dalam analisis kuantitatif dan
kualitatif
• Interpretasi data tidak selalu lurus ke depan
• Jumlah sampel yang digunakan sangat kecil tetapi bahan non-homogen tidak
dapat diuji
• Peka terhadap laju pemanasan dan massa sampel menghasilkan pergeseran
dalam suhu
• Terbatas untuk sampel yang mengalami perubahan berat. Peleburan, perubahan
fase kristal, dll tidak dapat dipelajari
JURUSAN KIMIA

ANALISIS ARTIKEL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

ILMIAH 1
Serlina
JURUSAN KIMIA

POKOK PEMBAHASAN ARTIKEL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Judul, Tujuan dan Prinsip Kerja Penelitian

2 Latar Belakang Penelitian

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil Penelitian
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Judu
l ”Analisis Termogravimetri dari Sifat Bahan Bakar Briket Tandan Buah Kosong”

Tujuan
Untuk mengetahui sifat termokimia briket Tandan Kosong (EFB) dengan
menggunakan analisis Termogravimetri (TGA)

Prinsip Kerja
Mengukur berkurangnya massa sampel ketika dipanaskan dari suhu
kamar sampai suhu tinggi yang biasanya sekitar 900°C, dimana pada alat
TGA ini dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya sehingga
secara otomatis berat sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan
dalam tampilan grafik.
JURUSAN KIMIA

2. Latar Belakang Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Meningkatnya biaya
bahan bakar fosil &
kekhawatiran tentang
pemanasan global

Biomassa

Di Malaysia, produksi tahunan


minyak sawit mentah
menghasilkan biomassa
lignoselulosa dalam jumlah
besar
JURUSAN KIMIA

2. Latar Belakang Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Cangkang, inti, pelepah dan tandan buah Limbah sawit dalam jumlah
kosong (EFB) merupakan proporsi limbah besar dapat mengakibatkan
sawit terbesar. EFB terdiri dari sekam peningkatan emisi gas rumah
kosong hasil ekstraksi minyak sawit dari kaca seperti CO2, SOx, dan
tandan buah segar metana ke atmosfer.

Para ilmuwan di Malaysia memikirkan cara yang


efisien untuk mengubah limbah sawit menjadi produk
bernilai tambah dalam upaya mengurangi emisi gas
rumah kaca dan menciptakan ekonomi energi
berbasis biomassa
JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Briket EFB yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Felda Semenchu Sdn Bhd,
Johor Bahru, Malaysia
Serat EFB
- dikeringkan, diparut dan dipadatkan menjadi briket padat
yang seragam dengan menggunakan mesin briket. Dimensi
rata-rata briket adalah 4,9 x 2,5 x 0,8 cm.

Briket
- dihancurkan dalam mesin penghancur berkecepatan tinggi
(Kimah Malaysia, Model RT 20) yang dilengkapi dengan
layar 1000 µm.

Serbuk Briket
JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Serbuk Briket
- diayak dalam saringan analisis Retsch (D-
42759, Haan Germany) sebelum
dilakukan analisis ultimat dengan
menggunakan analyzer LECO 932 CHNS

Analisis proksimat dilakukan sesuai Nilai kalor (HHV) dari


dengan teknik standar ASTM untuk briket EFB ditentukan
menentukan kadar air, bahan yang dengan menggunakan bomb
mudah menguap, kadar abu dan calorimeter (sistem
kadar karbon tetap bahan bakar kalorimeter IKA, Model
biomassa C2000).
JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Alat analisa spektroskopi Infra-Merah


Transformasi Fourier (FTIR) (Model Perkin
Elmer Spectrum One) dengan resolusi pindai
0,5 cm-1 hingga 64 cm-1, rentang pindai 4000
cm-1 hingga 500 cm-1 dan nomor pemindaian
16, digunakan untuk menganalisis dan
mendapatkan spektrum IR dari sampel.

Dekomposisi termal bahan bakar


ditentukan dengan menggunakan
penganalisis termogravimetri (TGA)
Model Mettler Toledo TGA / SDTA 851.
JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Analisis Thermogravimetri

14,13 mg briket
- ditempatkan dalam wadah sampel Aluminium
- dipanaskan dari 50°C hingga 900°C pada suhu Laju
pemanasan 10°C / menit menggunakan nitrogen (N2)
(laju aliran 25 mL / menit) sebagai sweeping gas

Hasil
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Karakterisasi Bahan Bakar


Analisis ultimat disajikan dalam tabel 1
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Karakterisasi Bahan Bakar

 C, H, O, sebagai unsur penyusun biomassa utama, rumus empiris CH1.59O0.88


ditentukan dari analisis ultimat briket. Sebagai perbandingan, rumus empiris
untuk EFB yang disimpulkan oleh Lahijani & Zainal [4] adalah CH1.46O0.84

 Demikian pula, briket mengandung sejumlah kecil nitrogen dan kandungan


sulfur yang menunjukkan konversi termal bahan bakar akan menghasilkan
konsentrasi SOX dan NOX yang rendah. Oleh karena itu briket ini merupakan
bahan bakar yang ramah lingkungan untuk konversi termokimia.
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Karakterisasi Bahan Bakar

Analisis proksimat disajikan dalam tabel 2


JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

2 Analisis Termal

Dari Gambar 1 dapat


disimpulkan bahwa dekomposisi
briket EFB terjadi dalam empat
(4) tahap: pengeringan
(A), pemanasan (B), devolatisasi
(C) dan agregasi karbon (D).

Parameter : suhu penyalaan


(Tign), suhu maksimum
(Tmax), suhu transisi (Tg),
weight loss (%), derivative
weight (%/min).
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

2 Analisis Termal

Suhu dan persen penurunan berat sampel pada kurva TGA disajikan pada Tabel 3.
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

3 Spektroskopi Infra Merah Transformasi Fourier (FTIR)

Komposisi gugus unsur dan fungsi


bahan bakar dianalisis
menggunakan spektroskopi
Fourier Transform Infra-Red
(FTIR).
Dari analisis FTIR bahan bakar,
gas H2, CO, CO2, CH4, dan CmHn
berikut dapat diprediksi secara
akurat untuk pirolisis briket.
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Kesimpulan
• Sifat termokimia briket EFB dianalisis dalam penelitian ini.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan bakar mengandung kadar air rendah, kadar abu,
karbon tetap, kadar bahan mudah menguap tinggi.
• Selain itu, nitrogen dan sulfur hadir dalam jumlah kecil yang menunjukkan konversi termal
bahan bakar akan menghasilkan konsentrasi SOx dan NOx yang sangat rendah.
• Hasil TGA menunjukkan bahwa dekomposisi termal bahan bakar terjadi dalam empat tahap
dengan devolatisasi dimulai pada 206°C. Proses devolatisasi memuncak pada 325°C dan
dilambangkan sebagai Tmax yang menghasilkan 70% penurunan berat sampel.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket EFB merupakan bahan bakar yang ramah
lingkungan dan konversi termokimia akan menghasilkan produk pirolisis dan gasifikasi
yang dibutuhkan.
JURUSAN KIMIA

ANALISIS ARTIKEL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

ILMIAH 2
Fajria
Azzahra
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Judu
l ANALISIS TERMOGRAVIMETRI : GASIFIKASI PERULANGAN KIMIA
JERAMI JAGUNG DENGAN PEMBAWA OKSIGEN BERBASIS Fe

Tujuan
Untuk menghasilkan syngas menggunakan analisis termogravimetri dan
mempelajari pengaruh OC (Oxygen carrier) pada gasifikasi perulangan kimia
jerami jagung.

Prinsip Kerja
Analisis termal : berdasarkan pada pengukuran laju penurunan massa sampel sebagai
fungsi dari suhu dan waktu.
Analisis termokimia : berdasarkan pada konversi energi berupa gas sintesis dari bahan
baku organik menggunakan agen gasifikasi perulangan kimia (CLG)
JURUSAN KIMIA

2. Latar Belakang Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

 Bahan bakar fosil dan masalah lingkungan merupakan sumber masalah dalam beberapa
dekade terakhir.
 Biomassa dianggap sebagai satu alternatif paling menjanjikan.
 Konversi biomassa paling efisien yang digunakan ialah metode konversi termokima
(Gasifikasi).
 Syarat agen gasifikasi yaitu memiliki nilai kalor tinggi (gas oksigen murni : sebagai OC).
 Metode gasifikasi perulangan kimia (CLG) digunakan dengan menggunakan oksigen kisi
dalam OC untuk oksidasi parsial.
 OC berbasis Fe dianggap sebagai materi OC yang menjajikan karena stabilitas suhu yang
baik.
JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Preparasi sampel &


Experimental set up
Sampel jerami jagung
• Dekomposisi termal - Dihancurkan
dari sampel campuran - Dikeringkan
dianalisis dengan - Dipilih ukuran sampel 80-
penganalisis 100 mesh
termogravimetri (TA Sampel
discovery SDT 650) - Dimasukkan ke dalam panci keramik dari TG
• Jumlah CS dan OC analyzer
ditimbang dengan - Dipanaskan dari 50-1100 °C , pada 10,15,20
timbangan mikro dan 30 °C /menit dibawah aliran nitrogen
• Mortar dan alu dengan kemurnian tinggi 50 mL/menit untuk
digunakam untuk memastikan atmosfer lembam
pencampuran mekanis hasil
JURUSAN KIMIA

4.Hasil FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Dalam proses reaksi gasifikasi,


ada 3 puncak yang
memperlihatkan terjadinya
penurunan massa sampel
campuran yaitu :
1. Pada (200 °C -500 °C)
2. Pada (500 °C-700 °C)
3. Pada (700 °C-1100 °C)

Gambar 1. Kurva TG dan DTG dari proses pirolisis dan


gasifikasi sampel dibawah keadan N2
JURUSAN KIMIA

4. Hasil FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

• Rasio massa CS/OC yaitu (1:0,5 ; 1: 1 ;


1:2)
• Terdapat 3 zona reaksi pada analisis
TGA
JURUSAN KIMIA

4. Hasil FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS
JURUSAN KIMIA

4.Hasil FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

• Rasio CS:OC ialah 1:2 untuk melihat


kinetika reaksi CLG.
• Reaksi CLG menghasilkan jumlah
residu yang hamper sama pada tingkat
pemanasan yang berbeda hingga suhu
akhir dan terjadi perubahan dalam 3
zona reaksi
JURUSAN KIMIA

4.Hasil FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

• Tingkat pemanasan yang berbeda terjadi sedikit penurunan massa dan nilai puncak di
setiap zona.
• Tingkat pemanasan yang tinggi dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
campuran mencapai keadaan akhir.
• Peningkatan nilai pemanasan dapat menghasiilkan fenomena ekstrem terhadap suhu
sampel
JURUSAN KIMIA

5. Kesimpulan FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

• OC berbasis Fe dapat meningkatkan perluasan reaksi CLG


• Rasio kualitas OC meningkatkan efisiensi tahap reaksi padat-gas dan tahap reaksi padatan-
padat
• Tingkat pemanasan yang tinggi dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk
campuran mencapai keadaan akhir
JURUSAN KIMIA

ANALISIS ARTIKEL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

ILMIAH 3
Wilda Putri
Suhada
JURUSAN KIMIA

POKOK PEMBAHASAN ARTIKEL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Judul, Tujuan dan Prinsip Kerja Penelitian

2 Latar Belakang Penelitian

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil Penelitian
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Judu Karakteristik pirolisis dan kinetika batubara peringkat rendah India


l menggunakan analisis termogravimetri

Tujuan
• Menjelaskan dan memprediksi perilaku batubara peringkat rendah India dalam aplikasi praktis.
• Meningkatkan penggunaan batubara peringkat rendah, meminimalkan pemborosan, berkaitan dengan
penyimpanan Batubara peringkat rendah India

Prinsip Kerja
Mengukur berkurangnya massa material ketika dipanaskan dari suhu kamar sampai suhu tinggi yang
biasanya sekitar 900°C, dimana pada alat TGA ini dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya
sehingga secara otomatis berat sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan dalam tampilan grafik.
Eksperimen dilakukan pada empat tingkat pemanasan yang berbeda (50, 100, 150, 200 K / menit) untuk tiga
sampel batubara peringkat rendah khas India dalam atmosfer nitrogen dari kisaran suhu 30-950°C.
JURUSAN KIMIA

2. Latar Belakang Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Batubara peringkat rendah


digunakan untuk pembangkit
listrik oleh pembangkit listrik Polusi skala besar
tenaga api di sekitar
penambangan batu bara
Sehingga perlu mitigasi masalah tsb
agar penggunaan batubara limbah
seefisien mungkin

studi eksperimental tentang dekomposisi termal dan kinetik batubara peringkat rendah
India dengan menggunakan teknik analisis termogravimetrik (TGA). 
JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

3 sampel batubara peringkat rendah


(1, 2 dan 3)

- Dikeringkan dalam cahaya matahari selama 2-3 hari


- Dihaluskan hingga kisaran ukuran partikel dari 60 μm-70 μm

Sampel halus batubara kering

- Diproximate dan analisis akhir


- Dipirolisis menggunakan analis termal NETZSCH (TG 209 F3 Tarsus) di
lingkungan nitrogen dengan laju aliran pembersihan 40 mL / menit pada
tingkat pemanasan yang berbeda 50, 100, 150 dan 200 K / menit dari suhu
sekitar hingga 950°C
- Dalam setiap percobaan 10 mg sampel batubara peringkat rendah
ditempatkan pada Al2O3 crucible.
- Analisis kinetik

Hasil
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Berikut Tabel 1 dan 2 menunjukkan karakterisasi komposisi batubara


peringkat rendah India.
Tabel 1. Analisis proximate batubara peringkat rendah India

Tabel 2. Analisis akhir batubara peringkat rendah India (dry-basis)


JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Berikut gambar. 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan profil TGA untuk tiga batubara peringkat rendah
khas India pada empat pemanasan berbeda 50, 100, 150 dan 200 K / menit.

Gambar 1. Kurva TG untuk batubara peringkat Gambar 2. Kurva TG untuk batubara peringkat
rendah pada laju pemanasan 50 K / menit rendah pada laju pemanasan 100 K / menit
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Berikut gambar. 1, 2, 3 dan 4 menunjukkan profil TGA untuk tiga batubara peringkat rendah
khas India pada empat pemanasan berbeda 50, 100, 150 dan 200 K / menit.

Gambar 3. Kurva TG untuk batubara peringkat Gambar 4. Kurva TG untuk batubara peringkat
rendah pada laju pemanasan 150 K / menit rendah pada laju pemanasan 200 K / menit
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Pirolisis batubara peringkat rendah dapat dianalisis dalam tiga tahap, yaitu :

• Tahap pertama
Penghapusan air permukaan atau kelembaban, selama tahap ini beberapa konversi
depolimerisasi terjadi. Dalam percobaan ini pemakaian kelembaban dimulai dari suhu 100 °C
hingga 180 ° C.
• Tahap kedua
Tahap reaksi di mana 70%– 80% dari penurunan berat bobot.
• Tahap ketiga
Residu membusuk dan tingkat penurunan berat bobot menjadi lebih kecil, rasio residu juga
cenderung konstan pada akhir seperti yang ditunjukkan pada gambar. 1, 2, 3 dan 4 untuk
tingkat pemanasan masing-masing 50, 100, 150 dan 200 K / menit.
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

 Fase devolatilisasi dimulai dari 200 °C hingga kisaran suhu 500 °C.
 Setelah proses suhu 500 °C dimulai untuk menghilangkan residu padat dari sampel.
 Devolatilisasi utama berlangsung dari kisaran suhu 200 °C hingga 600 °C yang dikenal
sebagai zona untuk pirolisis aktif (proses pirolisis ditingkatkan untuk membentuk residu
padat (arang) dan kandungan volatil turun cukup dramatis)
 Pada dasarnya devolatilisasi tidak terjadi setelah kisaran suhu 600 °C.
 Pada zona pasif (zona di mana tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut ) karbon dan
abu dibentuk sebagai residu padat akhir.
 Dalam percobaan ini untuk tingkat pemanasan masing-masing 50, 100, 150 dan 200
K/menit pirolisis batubara peringkat rendah cepat terjadi di kisaran suhu sekitar: 300–600
°C, 350–600 °C, 400–650 °C dan 450–750 °C
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Pengaruh laju pemanasan


Tabel 3 Kisaran suhu untuk penurunan berat bobot maksimum sampel batu bara dengan
penurunan berat bobot (%) dan massa sisa pada tingkat pemanasan (50, 100.150, 200
K / menit) di atmosfer nitrogen
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Pengaruh laju pemanasan


Tabel 4 Karakteristik suhu dalam kurva TG / DTG batubara peringkat
rendah pada tingkat pemanasan yang berbeda
Biasanya laju pemanasan mempengaruhi puncak
kurva TGA, lokasi suhu maksimum dan tingkat
dekomposisi maksimum masing-masing seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4.
Jadi dari analisis saat ini dapat diamati bahwa,
ketika laju pemanasan meningkat, suhu puncak
dan akhir pirolisis batubara peringkat rendah
juga meningkat.

Tc = Suhu puncak untuk kehilangan kelembaban


Ti = Suhu awal pirolisis
Tm = Suhu awal untuk pirolisis cepat
Tmax = Suhu puncak pirolisis terbesar
Tn = Menyelesaikan suhu pirolisis cepat
Tf = Pyrolysis suhu akhir.
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Evaluasi parameter kinetik


Parameter kinetik untuk pirolisis batubara peringkat rendah India diperoleh dengan metode bebas model
konversi ISO yang dikenal sebagai metode Friedman di bawah atmosfer nitrogen dengan menggunakan kurva
TGA pada empat tingkat pemanasan yang berbeda.

Efek laju pemanasan pada proses pirolisis batubara dapat


diwujudkan dengan kurva TG seperti yang ditunjukkan pada
gambar 5 disamping.

Gambar 5. Kurva TG pada laju pemanasan berbeda pada


proses pirolisis batubara peringkat rendah
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Kesimpula
n
 tiga sampel batubara peringkat rendah khas India menunjukkan perilaku yang berbeda pada pirolisis.
Reaksi dimulai dengan tingkat pemanasan rendah ketika batu bara di pirolysed di atmosfer nitrogen.
 Studi ini mengungkapkan bahwa batubara India peringkat rendah dapat digunakan untuk pembangkit
listrik dan operasi boiler industri.
 Proses pirolisis batubara peringkat rendah pada dasarnya melibatkan memutus ikatan kimia yang
berbeda dengan energi yang berbeda.
 Dari penelitian saat ini jelas bahwa batubara peringkat rendah India adalah semacam sumber daya
berharga untuk pembangkit listrik.
JURUSAN KIMIA

ANALISIS ARTIKEL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

ILMIAH 4
Khairannisa
Vidany
JURUSAN KIMIA

POKOK PEMBAHASAN ARTIKEL FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Judul, Tujuan dan Prinsip Kerja Penelitian

2 Latar Belakang Penelitian

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil Penelitian
JURUSAN KIMIA
1. Judul, Tujuan & Prinsip Kerja Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS

Judu
l ” Pirolisis biomassa biji acai: Kinetika dan parameter termodinamika
menggunakan analisis termogravimetri”
Tujuan
Untuk mengetahui proses Pirolisis biomassa biji acai: Kinetika dan parameter
termodinamika menggunakan analisis Termogravimetri (TGA)

Prinsip Kerja
Mengukur berkurangnya massa sampel ketika dipanaskan dari suhu
kamar sampai suhu tinggi yang biasanya sekitar 900°C, dimana pada alat
TGA ini dilengkapi dengan timbangan mikro didalamnya sehingga
secara otomatis berat sampel setiap saat bisa terekam dan disajikan
dalam tampilan grafik.
JURUSAN KIMIA

2. Latar Belakang Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Sebagian besar pembangkit Beberapa sumber biomassa untuk


listrik, masih menggunakan fosil pembangkit energi terbarukan
sebagai bahan bakar yang tersedia di wilayah Amazon,
Biomassa
digunakan secara berlebihan di Brazil. dan salah satu contohnya
seluruh dunia dan berbahaya ke adalah dari benih buah acai
lingkungan. (Euterpe oleracea Mart.).
JURUSAN KIMIA

2. Latar Belakang Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Limbah biomassa juga merupakan limbah yang


Dikarenakan Bahan bakar fosil berkelanjutan, terbarukan, berbiaya rendah dan
digunakan dalam jumlah besar dapat merupakan alternatif ketersediaan yang relatif
mengakibatkan peningkatan emisi gas tinggi. Keunikan ini menjadikannya sebuah
rumah kaca seperti CO2, SOx, dan potensi calon pengganti bahan baku turunan
metana ke atmosfer. minyak bumi atau untuk menghasilkan energi
hijau.

Di negara bagian Pará, sebuah inisiatif swasta telah


mengembangkan sebuah proyek menggunakan biji acai
sebagai pengganti kokas minyak bumi, yaitu digunakan
sebagai bahan bakar dalam tungku produksi semen.
dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan
menciptakan ekonomi energi berbasis biomassa
JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1. Sample preparation
Benih acai diperoleh di kota State of Pará, Brazil utara.

Benih acai

- Sampel dikeringkan pada suhu 100°C selama 24 jam


- digiling dengan pisau gilingan
- dilanjutkan dengan penyaringan (Granutest, Tyler, ukuran mata
jaring 35) untuk menghomogenkan diameter partikel.

Serbuk benih acai


JURUSAN KIMIA

3. Metodologi Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

2. Thermogravimetric analysis
9,5 ± 0,3 mg Serbuk Benih
acai
- Sampel ditempatkan dalam wadah alumina
- dipanaskan dari 30 hingga 900 ° C, pada tingkat pemanasan yang
berbeda dari 5, 10, 15, 20 ° C / menit menggunakan nitrogen (N 2)
(laju aliran 25 mL / menit) sebagai sweeping gas
- Studi termogravimetri dilakukan dengan menggunakan DTG-DSC
60H penganalisis termal yang dibuat oleh Perusahaan Shimadzu,
Kyoto, Jepang.

Hasil
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Sifat fisikokimia dan HHV biji acai.


JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Sifat fisikokimia dan HHV biji acai.

• Tabel 1 menunjukkan hasil diperoleh dari analisis proksimat,


komposisi kimia dan nilai kalor tinggi (HHV) untuk benih acai. Kadar
air, bahan volatil, karbon tetap dan abu masing-masing 8,5, 67,0, 30,0
dan 2,7%, masing-masing. Kelembaban kurang dari 10%, yang
merupakan batas yang dapat diterima untuk konversi biomassa dalam
proses termokimia. Selain itu, ia mirip dengan biomassa lignoselulosa
lainnya, seperti biji tucumã (7,6%) dan batang pisang (6,67%), dan
lebih rendah dari sisa biji jarak (11,14%)
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

1 Sifat fisikokimia dan HHV biji acai.


JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

2 Analisis Termal
• Kurva termogravimetri (TG) dan turunan dari termogravimetri kurva (DTG) ditunjukkan pada Gambar. 1a-b.
Stabilitas termal sifat biji acai, devolatilisasi termal nya yang bersifat biopolimer, serta penentuan kinetik dan
termodinamika parameter pirolisis dari biomassa sisa acai sudah teramati. Gambar 1c menunjukkan
kehilangan massa dalam kaitannya dengan konversi (α = 0,0–1,0) dengan laju pemanasan berbeda.
• Kurva TG / DTG (Gbr. 1a-b) menunjukkan profil termogravimetri konsisten dengan termodekomposisi
biomassa lignoselulosa, mirip dengan data residu biji guarana dan inti sawit shell
• Di sini, kurva TG / DTG untuk sampel acai benih menunjukkan pola kehilangan massa yang sama dalam
perbedaan tingkat pemanasan. Oleh karena itu, kita dapat mengelompokkan pembahasan analisis termal.
• pada Gambar 1b, terlihat dalam kurva DTG bahwa termogravimetri kurva dengan laju pemanasan 5 sampai 20
° C / menit didapatkan sedikit pergeseran puncak menuju suhu yang lebih tinggi. Ini berhubungan dengan
penurunan efisiensi perpindahan panas selama proses pirolisis sampel sisa biomassa biji acai untuk laju
pemanasan yang lebih tinggi. Studi menunjukkan bahwa laju pemanasan yang lebih rendah mendukung
efisiensi perpindahan panas partikel biomassa menghasilkan degradasi pirolitik yang lebih homogen
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

2 Analisis Termal

Inisial dan suhu akhir dari setiap


peristiwa kehilangan massa,
suhu puncak DTG dan
persentase kehilangan massa
pada laju pemanasan 5, 10, 15
dan 20 ° C min − 1
diilustrasikan pada Tabel 2.
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

3 Kinetic analysis
• Sifat kinetik pirolisis dari biomassa sisa acai Benih dievaluasi dengan menghitung energi
aktivasi (Ea) dan faktor pra-eksponensial (A) dengan metode iso-percakapan FWO dan
KAS. Juga, parameter termodinamika pirolisis biji acai dihitung.
• Untuk studi kinetik pirolisis biomassa acai benih, tujuh tingkat konversi (α = 0,2-0,8) dalam
tingkat pemanasan 5, 10, 15 dan 20 ° C / menit dapat dilihat pada Gambar 1c. Untuk studi
ini, hanya file wilayah dengan kehilangan massa terbesar dianggap fraksi yaitu dianggap
pirolisis, seperti yang dilakukan untuk biomassa lainnya
• Ada linierisasi hampir paralel yang dihitung oleh kedua FWO model dan model KAS,
dengan mempertimbangkan rentang konversi yang dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa
model tersebut cukup menggambarkan proses devolatilisasi biomassa sisa biji acai (Gbr. 2).
• Energi aktivasi yang dimiliki selama pirolisis biomassa biji acai sedikit variasi dalam kedua
metode yang digunakan, yang memungkinkannya dilakukan secara memadai digambarkan
sebagai kinetik satu tahap. Rata-rata Ea yang diperoleh adalah 159,12 kJ / mol untuk metode
FWO dan 157,62 kJ / mol untuk metode KAS
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

3 Kinetic analysis
JURUSAN KIMIA

4. Hasil Penelitian FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Kesimpulan
• Sifat termokimia Biji acai dianalisis dalam penelitian ini.
• Studi kinetik pirolisis biji acai menunjukkan bahwa residu ini memiliki karakteristik yang
memadai untuk diubah menjadi bioenergi oleh proses termokimia
• Dengan nilai Ea yang mirip dengan biomassa Amazon lainnya, bersama dengan parameter
termodinamika dan kinetik. Ini menunjukkan bahwa benih acai merupakan biomassa
terlantar yang memiliki potensi besar bioenergynya.
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji acai merupakan bahan bakar yang ramah
lingkungan dan konversi termokimia akan menghasilkan produk pirolisis
JURUSAN KIMIA

REFERENSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Dwivedi, K. K., Chatterjee, P. K., Karmakar, M. K. & Pramanick, A. K., Pyrolysis


characteristics and kinetics of Indian low rank coal using thermogravimetric analysis. Int. J.
Coal Sci. Technol., 6(1): 102–112 (2019).

Loganathan, S., Valapa, R. B., Mishra, R. K., Pugazhenthi, G., & Thomas, S. (2017).
Thermogravimetric Analysis for Characterization of Nanomaterials. In Thermal and
Rheological Measurement Techniques for Nanomaterials Characterization (Vol. 3). Elsevier
Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-46139-9.00004-9

Sanjaya, H. (2012). Analisa Instrumen 2 : XRD, XRF, SEM, DTA, TGA, dan DSC. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang
JURUSAN KIMIA

REFERENSI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS ANDALAS

Ibrohim. (2016, 27 Juli). THERMOGRAVIMETRIC ANALYSIS (TGA). Diakses pada 27


januari 2021, dari
http://chanifanschemits-ibrohim.blogspot.com/2016/07/thermogravimetric-analysis-tga.html

Nurlaila. (2018, 4 april). KARAKTERISASI KRISTAL DENGAN INSTRUMEN DTA DAN


TGA. Diakses pada 27 januari 2021, dari
https://www.scribd.com/document/375564800/Makalah-Dta-Tga

Simrana, Fathima. (2019, 21 maret). Thermogravimetric analysis. Diakses pada 27 januari


2021, dari https://www.slideshare.net/SimranaFathima/thermogravimetric-analysis-137533476
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai