Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL CHAIN

PROJECT MANAGEMENT

Disusun Oleh :

1. RAHMAD SANYOMAI PUTRA


(1300011214)
2. ERIQ LUTHFI EFFENDY (1300011199)
3. SASVYA
Pengertian Critical Chain
Project Management

Rantai Manajemen Proyek Kritis (CCPM) adalah metode


perencanaan dan pengelolaan proyek yang menempatkan
lebih menekankan pada sumber daya (fisik dan manusia)
yang diperlukan dalam rangka melaksanakan tugas-tugas
proyek.

Bagian yang paling kompleks melibatkan profesional dari


berbagai bidang rekayasa (Sipil, Listrik, Mekanikal, dll) saling
bekerja sama. Ini adalah sebuah aplikasi dari Teori Kendala
(TOC) untuk proyek-proyek. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan tingkat throughput (atau tingkat penyelesaian)
proyek dalam suatu organisasi. 
Teknis CCPM

Menurut Umble (2000), salah satu penyebab utama


rendahnya kinerja perencanaan proyek konvensional
adalah besarnya tambahan safety time saat penjadwalan
waktu.

Seringnya penambahan safety time ini karena alasan


mencegah keterlambatan penyelesain proyek untuk
menjamin elemen proyek atau keseluruhan proyek selesai
tepat waktu.
Teknis CCPM

Masalah penambahan safety time yang berlebihan


inilah yang diperbaiki oleh metode CCPM dengan
memprioritaskan kesuksesan proyek secara
keseluruhan.

Untuk menjamin penyelesaian critical chain tepat


waktu, metode CCPM mengganti safety time dengan
buffer time.
Buffer Time terdiri dari feeding buffer dan project buffer.

1.Feeding Buffer.
Adalah waktu penyangga yang menghubungkan aktifitas
non-critical chain dengan aktifitas critical chain. Dan berfungsi
sebagai waktu cadangan jika terdapat keterlambatan pada
aktifitas non-critical chain.

2. Project Buffer.
Adalah waktu penyangga yang diletakkan diakhir critical
chain suatu proyek sebagai cadangan waktu untuk keseluruhan
proyek.
Perencanaan proyek dengan metode CCPM diawali
terlebih dahulu dengan penyusunan network melalui
WBS (Work Breakdown Structure).

Bersamaan dengan penyusunan network, dimasukkan


pula data-data setiap aktifitas yaitu nama aktifitas, durasi
pekerjaan, waktu mulai dan selesai, predecessor, dan
kebutuhan sumber daya untuk setiap proyek.

Setelah seluruh data-data tersebut dimasukkan,


barulah dilakukan proses resource leveling untuk
menyeimbangkan kebutuhan dan ketersediaan sumber
daya.
Kerangka Kerja CCPM
Work Breakdown Structure
•Daftar Kegiatan
• Hierarki Kegiatan

Work Interdependency
• Pendahulu dan Penerus
• Pembatas

Work Shceduling
•Durasi Kerja
• Susunan Acara Kerja

Resources Allocation
• Jenis Sumber Daya
• Nomor Sumber Daya
Lanjutan...
Resources Cost
• Tenaga Kerja & Biaya Materil
• Biaya Standar & Biaya Lembur

Resources Leveling
• Sumber Daya yang Dibutuhkan
• Sumber Daya yang Tersedia

Critical Chain Identification


• Kegiatan Bergantung Terpanjang
• Sumber Daya yang Tersedia

Feeding Buffer
• Connect Non-CC to CC
• Melindungi Aktifitas
Lanjutan...

Project Buffer
• Proyek Akhir
• Melindungi Seluruh Proyek

Cost Analysis
• Biaya Langsung dan Tak Langsung
• Biaya Kemungkinan

Project Integration
• Semua Elemen Proyek
• Keselamatan & Lingkungan
Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika
mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut :

1. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis


menyebabkan seluruh pekerjaan proyek tertunda
penyelesaiannya.

2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila


pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat
dipercepat.
3. Pengawasan dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur
kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan
di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien)
dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang
optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula)
atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya
lembur.

4. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada


pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis.
Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk
memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-
pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.
Keperilakuan Terkait Manajemen Proyek

A. Estimating

Adalah proses meramalkan atau memperkirakan waktu dan


biaya untuk menyelesaikan berbagai deliverabel proyek.
Estimasi diperlukan untuk :

•Mendukung keputusan yang baik


•Menjadwalkan pekerjaan
•Menentukan berapa lama proyek perlu dilakukan dan berapa
biayanya
•Menentukan apakah proyek layak dikerjakan
•Mengembangkan kebutuhan arus kas
•Menentukan seberapa baik kemajuan proyek
Keperilakuan Terkait Manajemen Proyek

B. Student Syndrome

Konsep student syndrome menyatakan bahwa


seseorang biasanya baru akan memulai menyelesaikan
tugas pada waktu mendekati batas akhir pada
berapapun waktu yang diberikan. 
Keperilakuan Terkait Manajemen Proyek

C. Parkinson’s Law
Konsep ini menyatakan bahwa orang cenderung melambatkan
pekerjaan ketika melihat bahwa ternyata ia memiliki kelebihan
waktu atau sebaliknya meningkatkan usaha agar terlihat sibuk
selama jadwal tugas.

Sebagai ilustrasi, seorang programer diberi tugas membuat


sofware, ia akan cenderung melambatkan penyelesaian, ketika
dia melihat adanya kelebihan waktu yang dimiliki dalam
menyelesaikan tugas tersebut atau sebaliknya ia akan berupaya
meningkatkan usaha yang cenderung mengada-ada atau tidak
efektif hanya agar terlihat sibuk selama jadwal penyelesaian
tugas.
Keperilakuan Terkait Manajemen Proyek

D. Multi Tasking

 Konsep ini menyatakan bahwa dalam lingkungan yang


terdiri dari berbagai pekerjaan memungkinkan pekerja
diminta untuk menghentikan suatu pekerjaan yang
belum selesai untuk berganti mengerjakan pekerjaan
yang lain dan demikian seterusnya kemudian kembali
lagi memulai pekerjaan yang sama untuk melanjutkan
penyelesainnya sehingga orang kehilangan orientasi dan
prioritas.
Keperilakuan Terkait Manajemen Proyek

E. No Early Finishes

 Konsep ini menyatakan bahwa biasanya dalam


penyelesaian tugas orang cenderung tepat waktu atau
terlambat dan jarang sekali terjadi yang lebih cepat dari
jadwal. Pertanyaannya mengapa hal ini dapat terjadi?

Ada beberapa penjelasan yakni manajemen menerapkan


pendekatan manajemen tradisional dalam sistem
penghargaan dan pinalti. Pendekatan tradisional jarang
sekali memberikan penghargaan untuk pekerjaan yang
diselesaikan dengan lebih cepat.
Keperilakuan Terkait Manajemen Proyek

F. Backward Planning

 Backward Planning merupakan metode yang sering


diterapkan dalam metode perencanaan proyek jalur kritis
(Critical Chain). Pendekatan Bacward Planning berdasar
pada pertimbangan bahwa bekerja mundur akan
menyebabkan memperkecil ketergantungan tugas-tugas
yang tidak diperlukan atau tidak bernilai tambah.

Secara teknis Backward Planning dilakukan dengan


menjabarkan proyek ke tugas-tugas, durasi dan hubungan
ketergantungan.
Keperilakuan Terkait
Keperilakuan TerkaitManajemen
ManajemenProyek
Proyek

G. Penjadwalan Selambat Mungkin (As Late As


Possible Scheduling (ALAP)

Konsep ini menyatakan bahwa tugas-tugas dijadwalkan


selambat mungkin dari tanggal penyelesaian proyek dan
menempatkan kerja sedekat mungkin dengan jadwal akhir.

Dengan pendekatan ini akan terbuka kesempatan


meningkatkan pengetahuan dan menurunkan risiko untuk
mengulang karena telah cukup waktu untuk mempersiapkan
diri.
Keperilakuan Terkait Manajemen Proyek

H. Estimasi Tugas

Estimasi tugas merupakan pengembangan akurasi


estimasi waktu melalui pendekatan budaya. Melalui
pendekatan budaya diharapkan orang tidak lagi memasukan
hidden sfaty ke dalam estimasi waktu penyelesain tugas.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangan budaya


yang dapat mengeleminasi ketakutan terutama ketakutan
dalam hal kemananan diri bila menghilangkan hidden safety
dalam perkiraan waktu mereka.
THANKS FOR
YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai